The Arrival - The Tower

8 6 1
                                    

Benteng putih itu semakin besar dan dekat. Rombongan Archie dengan kereta kuda dan para pengawal akhirnya berhenti di sebuah gerbang putih raksasa.

Wow, gumamnya dalam hati. Dia yang pertama keluar dari kereta sambil menenteng koper besar. Matanya tidak berhenti menatap ke atas, pada gerbang dengan lembaran daun-daun palem yang menempel di sisi kanan dan kirinya, seolah menyambut mereka dengan angin kedamaian dan hijau yang asri. Beberapa bunga lili putih menancap di tulang daun bagian pucuk, melambai-lambai tertampar angin sepoi. Di bagian langit-langit gerbang, digantung beberapa benda: satu cabang pohon akasia, beberapa butir kacang almond dalam satu kantong, warna-warni kembang angin, seikat tangkai bunga topi nenek, bunga sendurat, bunga semanggi, bunga sembulau, bunga tetes salju, tulip putih, dan juluran buah stroberi. Semuanya berkilauan di antara bilah-bilah cahaya sore.

Pemuda itu sampai tidak sadar telah menghalangi jalan dan sesegera mungkin menyingkir.

"Perwakilan dari Isigalla?" tanya seorang pria berjubah putih berambut hitam belah tengah yang telah menunggu mereka bersama pria lain berpakaian serupa dan seorang wanita berjubah putih dengan tudung kepala panjang. Archie tidak heran mereka bisa langsung mengenalinya. Dia yakin pasti karena kemeja putihnya yang berkilauan dengan aksen emas di sana-sini dan celana hitam panjang yang modis dan bermotif khas tanaman Isigalla menjadi ciri yang tidak bisa dilewatkan. Atau mungkin dari sebelumnya juga sudah ketahuan? Kereta kencana mewah dengan kuda penarik berhiaskan rangkaian rantai emas dan berpengawal kavaleri seperti sebuah panji yang bertuliskan "Kerajaan Isigalla, minggir kalian".

Archie buru-buru mengangguk dan menghampirinya. "Archer Lancaster." Pemuda itu menempelkan tangan di dada, memperkenalkan diri.

"Saya adalah pendamping mereka, Deonyco Phenix." Si Lelaki Genit Berpenutup Mata turut menempelkan tangan di dada.

Orang-orang dari Katedral di Edealunis segera menyambut mereka, rombongan dari Isigalla.

"Ah, dan ini juga peserta turnamen, siapa namamu tadi?"

"Saya belum memperkenalkan diri." Mata Archie beralih pada Isolda Kais yang mengambil langkah maju. Dagunya terangkat, tetapi gadis tersebut segera menekuk lutut dengan hormat. "Isolda Kais. Suatu kebanggaan bagi saya bisa hadir di hadapan Anda sekalian."

Alis Archie naik satu. Wow, ternyata gadis galak itu bisa bersikap sopan juga ternyata. Perhatian Archie beralih pada penyambutnya lagi.

"Terima kasih atas kehadiran kalian," ujarnya sambil memperhatikan mereka satu per satu. "Saya ucapkan selamat datang di Edealunis. Mari kami antar ke menara tempat kalian bisa beristirahat sebelum dapat bertemu dengan Paus." Pria itu melanjutkan sambil mengulurkan tangan, meminta kesediaan.

Archie menanggapinya dengan memberikan kopernya dan hanya direspons oleh senyuman. "Suatu kehormatan juga bagi kami," tanggapnya.

Si Pria Penyambut Berjubah Putih mengisyaratkan pula untuk membawakan barang bawaan kedua orang lainnya.

"Mari," ajaknya.

Archie dan rombongan akhirnya bergerak meninggalkan gerbang yang katanya dikenal sebagai Gerbang Victoria, membiarkan kereta kencana dan para pengawal kembali ke Isigalla. Sesaat menjejak kaki ke dalam, nuansa Festival langsung terasa. Bazar yang diselenggarakan lima tahun sekali segera menyambut mereka yang bertepatan dengan Festival Edealunis. Orang-orang lalu-lalang tanpa henti.

Mata cokelat Archie tidak bisa berhenti memandang sekitar. Meskipun dia sudah pernah merasakan bazar sebeluimnya, tetapi perayaan yang diadakan di Edealunis ini sangat berbeda. Pelita, obor, dan api-api magis yang dikurung dalam kotak kaca terasa menyulut semangat di dadanya. Para pedagang kaki lima yang menggelar permadani dan saling menyahuti para pelancong seolah menggoda Archie untuk menghabiskan dagangan mereka, apalagi mendengar barang dan diskon-diskon yang menggiurkan. Archie ingin berhenti, tetapi penyambutnya bilang itu bisa dilakukan nanti.

An Ode of Dawn and Moon (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang