Pagi sebelum pertandingan Qokar melawan Qasalon, Archie sedang membaca buku di kamarnya saat Isolda Kais berteriak, "Archer! Deon! Ada ... uh, Miss Lockhart!" Seketika itu pula pemuda tersebut terlonjak dari kasur tempat dia berbaring santai.
Dengan sigap dia menghampiri cermin besar di salah satu sudut, merapikan pakaian yang agak kusut, menyugar rambut agar rapi, dan memastikan wajahnya tidak mengandung kotoran apa pun. Tidak lupa Archie memakai parfum agar aroma kasurnya yang mungkin saja berbau iler tidak ikut.
Miss Lockhart ... Hazel Lockhart. Salah satu guru di akademi yang terkenal tegas. Untuk apa pihak Kerajaan sampai mengirimnya ke sini? Apa karena berita Archie dan Isoldan Kais kalah sudah sampai ke telinga orang-orang sana? Kalau iya, apa separah itu keadaannya sampai Miss Lockhart harus dikirim ke sini?
Archie buru-buru keluar kamar dan menghampiri gurunya itu. Dia menunduk memberi hormat sambil mencium tangan Miss Lockhart. "Halo, Miss," sapa Archie basa-basi. "Apa kabar?" Pemuda itu tersenyum canggung.
Deon yang dipanggil kedua akhirnya datang dari kamarnya di lantai dua. "Akademi dan kerajaan tidak memberiku kabar tentang kedatangan Anda," jelas Deon sambil menapaki tangga. "Salam untuk Anda, Senior. Semoga damai Edea bersama Anda." Deon memberikan salam dengan baik.
Tidak Archie, tidak Deon. Mereka sama-sama tidak menyangka Miss Hazel Lockhart akan datang ke Edealunis. Tidak ada kabar apa pun, bahkan Deon selaku wali perwakilan Isigalla.
"Apakah ada tujuan tertentu Anda dikirim ke Edealunis?" tanya Deon.
"Salam," balas Miss Lockhart. "Seharusnya saya yang bertanya tentang kabar kalian semua." Perempuan berambut pendek sebahu itu bersedekap, tatapnya begitu sinis. "Pihak Kerajaan memang meminta perwakilan dari akademi untuk memantau langsung begitu mendengar kekalahan telak Isigalla di turnamen pertama."
Deg. Ternyata benar. Kerajaan langsung mengambil tindakan. Kalau mereka tidak memberi peringatan dulu pada Deon dan malah mengirim seseorang, keadaannya pastinya sudah sangat gawat. Isigalla mungkin sedang benar-benar malu sebab bagaimana mungkin murid terbaik mereka bisa kalah dari orang-orang sabana.
"Intinya, saya diminta memantau dan memastikan kalian masih bisa membawa nama baik Kerajaan Isigalla," lanjut Miss Lockhart.
"Kalau begitu, ini akan menjadi pembicaraan yang panjang. Silakan duduk dulu, saya akan mengatakan setiap detailnya sebelum pertandingan hari kedua dimulai," balas Deon dengan wajah keras.
"Baik, Deonyco Phenix. Terima kasih." Wanita itu meletakkan tas jinjing hitamnya di pinggir sofa dan duduk anggun, bersiap mendengar penjelasan dari sang mentor.
Archie sendiri refleks mengambil kursi terjauh yang bisa dia jangkau, dan mempersiapkan jawaban terbaik yang bisa dia pikirkan.
Deon mengambil napas panjang sebelum mulai menjelaskan kepada seniornya yang tiba-tiba datang ke menara ini.
"Tim Isigalla, bisa saya bilang, terprovokasi dan menghadapi kerugian yang besar saat melawan Qokar. Qokar bisa memperpendek jarak karena mereka cepat dan segera memulai pertarungan, sementara para penyihir seperti kita butuh jarak dan waktu yang cepat.
"Dalam keadaan kritis tersebut, Isolda-lah yang pertama kali dihabisi hingga tumbang. Archer berusaha mengulur waktu, tetapi tidak dapat menemukan celah untuk melawan balik hingga kelelahan di arena pertandingan."
Deon terdiam sebentar.
"Ya, itu juga ada faktor kelalaian dari saya dalam menyusun strategi, meski sebelum itu saya sudah memperbaiki alat sihir Archer dan Isolda, saya lupa memberi arahan bahwa lawan mereka, Qokar, unggul dalam pertarungan jarak dekat."
KAMU SEDANG MEMBACA
An Ode of Dawn and Moon (END)
Fantasy"Api membakar. Remuk sampai ke tulang. Jadilah abu. Ignito!" Dikenal karena suka tantangan dan sering membahayakan dirinya di akademi, Archer--Archie--Lancaster akhirnya terpilih sebagai perwakilan untuk menghadiri turnamen persahabatan. Namun, dia...