The Arrival - The Hallway

13 5 6
                                    

Setelah istirahat sebentar seusai pertemuannya dengan Paus dan para delegasi dari Qokar dan Qasalon di ruang audiens, pemuda itu merasa harus segera mencari tahu tentang Tarikh Daslaenad yang sepertinya disembunyikan oleh pihak Katedral--itu, atau Archie hanya lapar dan jam makan malam masih belum terlihat.

Dengan jantung yang meletup-letup karena merasa akan memulai petualangan hebat, Archie keluar kamar dan mendapati ruangannya kosong. Mereka belum kembali ternyata. Dia pun meninggalkan kamar dan segera saja menyusuri lorong.

Lalu, kaki pemuda itu berhenti. Harus dari mana dia memulai? Archie celingukan ke kanan dan kiri koridor, beberapa orang berlalu lalang--misdinar, frater, dan beberapa suster, tapi dari penampilannya, Archie ragu mereka bisa ditanya-tanya tentang si Tarikh misterius.

Cukup lama dia berkutat dengan pikiran sampai akhirnya orang-orang itu tidak terlihat lagi. Sial. Ya sudahlah.

Archie memutuskan untuk mengikuti kakinya melangkah ke mana pun. Kadung tersesat, sekalian saja dia menyusuri setiap lorong yg ada, sampai menembus ke Katedral kalau harus!

Dengan tubuh yang memantul-mantul dan senyum yg terpatri seolah dia sang pemilik menara dan sudah berada di sana seumur hidupnya, Archie menyusuri lorong yang berjendela tinggi melengkung dengan tiang-tiang batu yang menyangga. Cahaya mentari sore merangsek masuk dan menyinari debu-debu yang beterbangan. Sesekali Archie mengagumi langit-langit lorong yang melengkung kokoh dengan ornamen-ornamen sampai akhirnya dia tidak sadar sudah berada di belakang orang yang cukup dia kenal.

Archie berdiri cukup jauh. Apa itu Isolda Kais? Dari perawakan, rambut hitam yang dikuncir kuda, dan seragam Isigalla-nya sudah tidak salah lagi kalau gadis itu adalah partner bertandingnya. Dengan perlahan Archie memanggilnya pelan, "Isolda!"

Namun, tidak ada jawaban. Archie mengerucutkan bibir dan menghampiri gadis itu pada akhirnya. "Isolda Kais!" seru Archie lagi sambil menepuk bahu orang di depannya.

"Apaan, sih?!" Isolda Kais berbalik sambil terperanjat kaget.

Archie sontak melonjak dengan kedua tangan terangkat di samping telinga seolah Isolda Kais adalah polisi yg baru saja menangkap basah Archie melakukan kesalahan. Memang benar, kesalahan terbesarnya adalah mendekati gadis galak yang sudah membencinya dari awal bertemu itu. Alasan satu-satunya pemuda tersebut mendekat hanyalah karena akhirnya dia bertemu seseorang yang dikenal di tempat antar-berantah. Siapa yang tahu Isolda Kais juga tersesat?

"A-aku cuma memanggil," balas Archie gagap. Dia menurunkan tangan. "Kau dari mana, mau ke mana?"

"Oh. Aku, uh, maaf. Kau membuatku terkejut. Aku tadi berniat ke ...."

Seorang Isolda Kais minta maaf? Telinga Archie pasti salah dengar. Lorong ini pasti memiliki kekuatan magisnya sendiri hingga bisa membuat Archie mendengar hal yang tidak-tidak. Ini Edealunis. Sudah pasti itu.

Namun, Isolda Kais yang celingukan membuat Archie mempertanyakan lagi pengaruh lorong. Gadis itu menatap Archie dengan nada bingung. "Er, di mana kita?"

Ada yang rusak dengan Isolda Kais.

Bukan menjawab, Archie malah bertanya balik, memastikan dugaannya. "Apa kau benar-benar Isolda Kais?"

Jawaban yang sudah bisa ditebak oleh Archie. "Apa maksudmu bilang begitu?" Gadis itu berdecak sambil berkacak pinggang. Itu artinya, dia masih benar Isolda Kais yang Archie kenal.

Namun, belum sempat Archie membalas, Isolda Kais berbalik sambil berucap, "Aku cari jalan sendiri saja," lalu kembali berjalan ... hanya untuk berhenti kembali di lorong yang bercabang. Pemuda bercodet di pangkal hidung itu tersenyum geli.

"Kau juga tersesat ya? Bagaimana kalau kita cari jalan bersama?" tawar Archie, meskipun dia yakin akan ditolak untuk kesekian kalinya.

Pertanyaan Archie tidak langsung dijawab, tetapi direspons dengan gerutuan. Hening beberapa saat sebelum akhirnya Isolda Kais menjawab, "Ya sudah. Ayo. Cepat."

An Ode of Dawn and Moon (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang