Ciyuyy♪┌|∵|┘♪
Aku up loh..Happy Reading 💐
Sudah empat hari setelah kebenaran tentang ayah dan Serina menjalin hubungan terungkap.
Sedangkan sampai saat ini, satu bukti pun tak Sahara dapatkan.
Tiga hari yang lalu ia meminta rekaman CCTV itu, namun memang keberuntungan memang tak memihak padanya. Karena di tempat ayah dan Serina berbicara tak ada satupun CCTV, yang artinya tak ada bukti kuat untuk menyudutkan Serina agar mengaku.
Mengingat itu di ujung lorong yang tak pernah dan jarang dilewati, mungkin saja pihak rumah sakit tak memasangnya dan menganggap tempat itu tak ada artinya.
Tapi ada satu yang terlupakan.
Satra.
Sahara menegakkan badannya dengan spontan. Ia lupa jika Serina pernah menyingung tentang Satra.
"Padahal aku udah lakuin semuanya supaya Satra masih koma."
Ya, Serina pernah mengatakan itu.
Apa jangan-jangan, Satra tahu tentang hal itu?
Sahara menggelengkan kepalanya yang tiba-tiba pening. Menurutnya ini tak akan selesai jika, ia tak bertanya langsung pada sang kakak.
Sahara pun bangkit dari duduknya dan bergegas pergi menuju rumah sakit, tempat dimana Satra masih di rawat.
"Gue harap ini berhasil."
~••*••~
Sahara memasuki ruang inap Satra dengan pelan dan terlihat santai. Walupun pikirannya tak santai sedikitpun.
"Tumben baru ke sini?" Tanya Samudra. Laki-laki itu awalnya akan keluar namun ia berpapasan dengan Sahara yang baru saja masuk.
Sahara mengangkat alisnya menatap Samudra sebelum berkata, "Lo mau kemana?"
"Jemput Serina." Jawab Samudra.
Seketika raut wajah Sahara berubah kembali datar ketika Samudra menyinggung nama Serina. Maklum saja, ia tak tahu jika kekasihnya itu bermain api dengan ayah.
"Oh."
Sahara kemudian berjalan mendekat ke arah Satra yang duduk di tas ranjang rumah sakitnya.
Tapi sebelum ia duduk, Sahara melirik Septian yang sibuk dengan laptopnya sedari tadi dan tak sekalipun melirik ke arahnya, seolah ada hal penting yang dikerjakan.
Sahara tak ambil pusing, ia mengendikkan bahunya acuh. Kemudian ia pun mendudukkan dirinya di samping Satra yang sedang memakan makan siangnya.
"Dek, pinjem mobil dong." Sahut Samudra membuat Sahara langsung menatapnya. Ternyata kakak laki-lakinya itu belum juga keluar dari sana.
"Nggak mau!" Ketus Sahara, ia kemudian kembali menatap Satra yang terkekeh mendengar penolakannya.
"Ketimbang mobil aja sih. Pinjem bentar." Sahara semakin kesal ketika mendengar Samudra mulai merengek.
Akhirnya Sahara pun menatap Samudra kembali.
"Gue nggak mau." Menurutnya, enak saja mobilnya digunakan untuk menjemput biang masalah keluarganya.

KAMU SEDANG MEMBACA
NEED - End (PROSES REVISI)
Romanzi rosa / ChickLitPROSES REVISI! ROMBAK ALUR PASTI ADA! BACA ULANG DAN VOTE UNTUK MENGHARGAI USAHA PENULIS. "Bunda... apa Hara harus sakit dulu supaya bisa diperhatikan sama kalian kayak gini?" Sahara tumbuh di tengah keluarga yang utuh di mata orang lain, tapi rapuh...