Hari pernikahan Kathrina dan Gita akhirnya tiba. Langit di atas rumah keluarga Naraya cerah, seolah-olah seluruh alam ikut merayakan kebahagiaan mereka. Taman belakang rumah yang sebelumnya dipenuhi dengan tanaman hijau kini dihiasi dengan bunga-bunga berwarna-warni dan dekorasi yang elegan. Semua persiapan telah dilakukan dengan baik, dan suasana penuh antusiasme.Pagi itu, Kathrina terbangun lebih awal dari biasanya. Jantungnya berdegup kencang, campuran antara rasa bahagia dan gugup. Ia menatap langit-langit kamarnya sambil memikirkan apa yang akan terjadi dalam beberapa jam ke depan. Pikirannya melayang ke Gita, pria yang selama ini menjadi sahabat dan cinta sehidupnya.
Setelah bersiap-siap, Kathrina mengenakan gaun pengantin putih yang indah. Gaun itu dibuat khusus untuknya, menampilkan kesederhanaan sekaligus keanggunan. Ketika ia melihat dirinya di cermin, ia merasa seolah-olah seorang ratu. Ia berputar-putar, memperlihatkan gaun yang mengalir indah mengikuti gerak tubuhnya.
"Wah, Atin, kamu cantik sekali!" seru Marsha yang masuk ke dalam kamar.
"Terima kasih, Kak Marsha," jawab Kathrina dengan senyuman lebar. "Aku tidak sabar untuk melihat Kak Gita nanti."
Indah juga masuk dan menatap adiknya dengan bangga. "Kamu siap untuk menjadi seorang istri? Ini adalah langkah besar dalam hidupmu."
"Aku siap, Kak. Selama aku bersamanya, aku merasa semuanya akan baik-baik saja," jawab Kathrina penuh keyakinan.
Di sisi lain, Gita juga bersiap-siap di rumahnya. Ia mengenakan setelan jas hitam yang membuatnya tampak sangat tampan. Gita merasa beruntung bisa berdiri di hadapan cinta sehidupnya, dan hari ini adalah saat yang paling ditunggu-tunggu. Di cermin, ia berlatih senyum terbaiknya, membayangkan momen ketika Kathrina melangkah masuk ke altar.
"Gita, kamu tidak boleh gugup!" seru ayahnya, yang menepuk punggungnya. "Ingat, ini adalah harimu. Nikmati setiap momen."
"Iya, Pak. Aku akan berusaha," jawab Gita, meskipun rasa gugup masih menggelayuti hatinya.
Kembali ke rumah Naraya, suasana semakin ramai dengan kedatangan tamu-tamu undangan. Indah dan Marsha sibuk menyambut tamu, sementara ibu Kathrina membantu mempersiapkan makanan. Semua orang tampak bersemangat, menciptakan suasana yang penuh kebahagiaan.
Saatnya tiba, dan semua tamu sudah berkumpul. Indah dan Marsha berdiri di sisi Kathrina, menggenggam tangan adik mereka erat-erat. "Tenang, Atin. Kamu pasti bisa," bisik Indah, memberikan dukungan.
Ketika musik mulai mengalun, semua mata tertuju pada Kathrina yang mulai melangkah menuju altar. Jantungnya berdegup kencang, tetapi senyum di wajahnya tak pernah pudar. Saat ia melangkah di antara barisan tamu, ia melihat Gita berdiri di depan altar dengan tatapan penuh cinta. Semua rasa gugupnya seolah hilang seketika.
Gita tampak terpesona ketika melihat Kathrina, seolah-olah tidak percaya bahwa hari ini adalah hari mereka. Ketika Kathrina sampai di depan Gita, mereka saling menatap, dan saat itu, dunia seakan berhenti berputar.
"Selamat datang, sayang," kata Gita, suaranya bergetar karena emosi.
"Terima kasih, Kak Gita. Aku tidak bisa percaya ini semua terjadi," jawab Kathrina, matanya berbinar.
Upacara berlangsung dengan khidmat, dipandu oleh seorang pendeta yang mengingatkan mereka tentang makna cinta dan komitmen. Ketika saatnya tiba untuk mengucapkan janji suci, Kathrina dan Gita menggenggam tangan satu sama lain erat-erat. Dalam hati, mereka berdua berdoa agar hubungan ini selalu diberkahi.
"Aku berjanji untuk mencintaimu, dalam suka dan duka, dalam keadaan apapun, seumur hidupku," ucap Gita dengan tegas, suara penuh keyakinan.
"Aku berjanji untuk selalu bersamamu, mendukungmu, dan mencintaimu, apapun yang terjadi," balas Kathrina, air mata kebahagiaan mengalir di pipinya.
Saat mereka mengucapkan kata "I do", semua tamu bersorak gembira. Gita mengangkat wajah Kathrina dan mencium bibirnya dengan lembut. Dalam momen itu, seluruh dunia terasa sempurna. Semua perasaan, semua perjuangan, dan semua harapan untuk masa depan berkumpul dalam satu momen indah.
Setelah upacara, mereka beranjak ke tempat resepsi. Suasana di taman sangat meriah, dipenuhi dengan tawa dan canda. Indah dan Marsha berusaha untuk membuat momen ini lebih istimewa dengan menyiapkan berbagai permainan untuk tamu. Ketika Kathrina dan Gita tiba, mereka disambut dengan tepuk tangan meriah.
Selama resepsi, tamu-tamu berbahagia berbagi cerita dan pengalaman. Kathrina dan Gita terlihat saling berbisik dan tertawa, seolah-olah dunia di sekitar mereka tidak ada artinya, kecuali satu sama lain.
"Kath ini adalah hari terindah dalam hidupku," kata Gita, menatap mata Kathrina dengan penuh cinta.
"Aku juga merasakannya, Kak. Terima kasih sudah membuat ini semua mungkin," jawab Kathrina, tangannya menggenggam erat tangan Gita.
Saat malam semakin larut, Kathrina dan Gita bersiap untuk momen terakhir yang mereka tunggu-tunggu—potong kue. Kue pengantin yang besar dan indah diletakkan di tengah ruangan, dikelilingi oleh lampu-lampu yang berkelap-kelip. Semua tamu bersorak sorai ketika mereka berdua berdiri di depan kue.
"Siap?" tanya Gita, menggenggam pisau pemotong kue.
"Siap!" jawab Kathrina dengan semangat.
Mereka memotong kue bersama, dan ketika saatnya tiba untuk memberi potongan pertama ke mulut masing-masing, Gita tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk sedikit bermain-main. Ia memberi potongan kue yang agak besar dan menyenggol pipi Kathrina dengan krim kue.
"Kakk!" seru Kathrina sambil tertawa. Semua tamu pun ikut tertawa melihat kelakuan mereka.
Setelah potong kue, malam semakin penuh dengan tarian, musik, dan kebahagiaan. Kathrina dan Gita berbagi tarian pertama mereka sebagai pasangan suami istri, dikelilingi oleh teman-teman dan keluarga. Suasana begitu hangat, penuh cinta dan keceriaan.
Malam itu, Kathrina merasakan betapa beruntungnya ia memiliki Gita di sampingnya. Semua usaha dan perjuangan yang mereka hadapi terasa sepadan. Dengan penuh harapan, ia menatap masa depan yang cerah bersamanya.
Saat langit malam semakin berbintang, Kathrina dan Gita berdiri di tepi taman, menikmati keindahan malam yang tenang. "Ini baru awal dari perjalanan kita, ya?" tanya Gita.
"Iya, Kak. Dan aku tidak sabar untuk menjalani semua ini bersamamu," jawab Kathrina, senyum hangat mengembang di wajahnya.
Dalam kebersamaan yang indah itu, mereka berdua merasa bahwa cinta sejati yang telah mereka bangun akan selalu menjadi fondasi yang kuat untuk masa depan yang penuh kebahagiaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dreams of Togetherness
RomanceKisah ini mengikuti perjalanan cinta Kathrina, putri seorang dokter spesialis dan menteri negara, dan Gitara, anak tunggal dari pembantu di rumah Kathrina. Mereka tumbuh bersama sebagai sahabat dekat, tetapi cinta yang tumbuh di antara mereka mengha...