Hari ini papa sama mama ada dinas di luar kota, kamu jagain Nina, ya.
Itulah chat yang Arsya terima dari mamanya. Terlalu biasa karena memang sudah sering ditinggal berdua saja dengan Nina. Paling nanti ia minta Dona nemenin Nina tidur di kamarnya.
"Aw!" teriak Arsya sambil mengusap kepalanya. Ia mengambil sebuah sepatu yang tadi mengenai kepalanya. Ia kenal sekali sepatu itu punya siapa.
"Heh, beneran lo yang umpetin tas gue!" Dona mencak-mencak berjalan ke arahnya dengan sebelah sepatu.
Arsya lantas tertawa melihat Dona berjalan pincang. Sebuah pukulan pada bahunya membuatnya berhenti tertawa.
"Sakit, Don!"
"Mau gue buat lebih sakit dari ini?" Dona sudah mengepalkan tinjunya di depan wajah Arsya membuat cowok itu menggeleng takut.
"Ampun, Don, gue becanda. Lo, kan tau gue suka gitu."
Arsya berjalan mundur karena Dona maju seperti siap untuk membalas dendam.
"Lo mau apa? Ntar gue beliin."
"Gue cuma mau ngasih bogem aja ke lo."
Arsya benaran takut. Dona kalau sudah marah memang tidak segan-segan memukul siapapun.
"Nggak dulu, Ci, gue besok mau tanding futsal. Masa wajah kapten bonyok."
"Nggak peduli gue!"
Arsya menelan ludah. Kemudian melihat ada Pak Dodo lewat, ia melambai.
"Pak! Dona mau pukul saya, tolongin!"
Guru kedisiplinan itu menoleh pada dua siswa yang berada di lapangan itu.
"Dasar tukang adu!" bisik Dona geram lalu menampilkan senyuman ke arah Pak Dodo.
"Bohong, Pak, masa saya mau mukul dia."
"Kalian berdua kenapa masih di sekolah, sana pulang!"
Arsya dan Dona mengangguk bersamaan. Mereka pun pergi secepatnya sebelum berurusan dengan guru sadis itu.
****
"Kamu nginap sini aja," kata bunda Diana pada Arsya yang turut serta makan malam di rumahnya.
Arsya melirik Dona yang melotot ke arahnya. Sepertinya cewek itu masih marah.
"Nggak apa-apa, Bun, aku sama Nina di rumah aja."
"Loh, kenapa? Biasanya juga kalian nginap sini, kan."
"Dona sepertinya nggak boleh."
Lantas bundanya menoleh pada anak gadis di sampingnya.
"Kenapa lagi?" Bundanya sudah paham betul. Kalau Dona bilang tidak boleh berarti ada masalah dengan Arsya.
"Tuh, tetangga kesayangan Bunda tadi siang ngumpetin tas Dona!"
Arsya langsung tersenyum menampilkan semua giginya. Sementara bunda Diana menggeleng tak habis pikir.
"Aku bercanda aja, Bun, lagian udah pulang sekolah juga," belanya.
"Ya sudah, kamu maafin Arsya, ya," pujuk bundanya.
Meski masih kesal, Dona mana bisa menolak permintaan bundanya.
"Kak Dona nanti ajarin Nina ngerjain PR ya," kata Nina yang baru saja menghabiskan makannya. Bocah kelas 2 SD itu tampak kekenyangan.
Wajah Dona yang masam seketika berubah manis saat bertatap dengan Nina.
"Boleh, ntar kita belajarnya di kamar aja, ya."
"Iya."
Arsya yang melihat perubahan raut wajah Dona hanya menghela nafas. Hanya dengan Nina sikap Dona bisa lembut.
***
Dona menoleh saat Arsya masuk ke kamar dengan mata fokus ke ponselnya. Kemudian merebahkan tubuhnya di samping Nina yang baru saja tertidur usai belajar dengan Dona.
"Kamar lo di sebelah, awas!" bisik Dona sembari mendorong tubuh Arsya.
"Gue tau, emang nggak boleh gue tidur di sini," ucapnya sembari memainkan game di ponsel.
"Ya nggak lah, ini kamar gue. Masa tidur bertiga?"
"Ya nggak apa-apa, ntar gue tidur bawah aja."
"Gak mau, pergi nggak!"
Kali ini Dona menarik tangan Arsya biar bangkit.
"Pelan-pelan woy, kasar banget jadi cewek. Oya, lo, kan cewek jadi-jadian," ejeknya lalu segera kabur sebelum Dona benar-benar ngamuk.
Itulah yang membuat Dona tidak berani menampakkan perasaannya pada Arsya. Cowok itu tidak memandangnya sebagai seorang wanita.
****
Arsya itu anak tengah. Ia masih punya saudara laki-laki, namanya Satya. Namun, karena perbedaan usia yang lumayan jauh, baik Satya maupun Arsya tidak begitu dekat. Apalagi Satya sudah bekerja mengikuti jejak kedua orang tua mereka.
Sementara Nina, jarak mereka juga jauh, tapi Arsya lebih dekat dengan adiknya itu, terlebih mereka berdua sering sekali ditinggal dan dititipkan ke keluarga Dona. Kebetulan pula Dona anak satu-satunya. Bunda Diana sangat senang apabila Arsya dan Nina dititipkan ke rumahnya. Bahkan ia sudah menganggap keduanya adalah anaknya sendiri.
Ketika dua bocah itu menginap, pasti rumahnya selalu ribut. Bukan karna Nina, melainkan Arsya dan Dona yang tak pernah akur sejak di bangku sekolah dasar dulu.
"Cepetan Don, keburu pup nih gue!" Arsya menggedor pintu kamar mandi sekaligus toilet itu.
"Kenapa nggak pakai kamar mandi atas aja, Sya?" tegur bunda Diana yang sedang menyiapkan sarapan.
"Nina lagi mandi, Bun."
Pintu kamar mandi terbuka, menampilkan raut jutek dari Dona.
"Sumpah ya, kalo lo nginap nggak tenang banget hidup gue!"
Arsya tak peduli lagi dengan omelan Dona. Ia segera masuk ke dalam kamar mandi.
"Wangi banget," gumamnya.
Masih misteri, kenapa cewek setelah mandi pasti kamar mandi jadi wangi. Entah sabun apa yang mereka pakai hingga Arsya ingin bertanya nanti.
"Bawa ini ya!" Bunda Diana memberikan tiga kotak makanan pada ketiganya. Nina langsung memasukkan dalam tasnya, sementara Dona dan Arsya saling bertatapan.
"Nggak usah, Bun, aku beli kantin aja nanti," tolak Arsya.
Raut wajah bunda Diana terlihat sedih. "Padahal bunda udah siapin spesial buat kalian."
Dona langsung mengambil dua kotak makan itu. Satu dimasukkan ke tasnya, satunya lagi ia masukan ke dalam tas Arsya. Bunda tersenyum melihatnya.
"Kami berangkat." Dona menyalami bunda dan diikuti Arsya juga Nina.
"Hati-hati di jalan!"
Arsya memakai helmnya lalu melihat Dona hanya diam saja.
"Kenapa lo? Ayo buruan, ntar telat!"
"Kenapa nggak pakai matic aja sih!"
"Lagi di bengkel. Sama aja, cepat naik!"
Memang sama-sama motor, tapi motor Arsya yang ini buat ia tidak nyaman di boncengan.
"Ayo, Kak!" panggil Nina yang sudah duduk di bagian depan motor.
Dengan terpaksa Dona pun naik dan tubuhnya langsung terdorong ke depan membuat ia seperti sedang memeluk Arsya.
Motor itu melaju dengan kecepatan sedang.
"Kenapa wajah lo merah?" tegur Arsya sembari melihat Dona dari kaca spion. Alhasil punggungnya di pukul.
"Panas! Makanya cepat jangan lelet jalannya."
Arsya pantang ditantang. Ia segera menaikkan laju motornya membuat Dona benar-benar memeluknya.
****
![](https://img.wattpad.com/cover/378434857-288-k533946.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Petakilan Boy | Myung Jaehyun
FanficSiapa yang tidak kenal dengan Arsya? bocah kematian SMA Bina Nusa. Cowok paling usil dan banyak tingkah di kelas 11 IPS. Siswa yang punya banyak teman dimana-mana karena keramahannya. Sang kapten futsal, si pencinta semua makhluk berbulu. fansnya b...