seperti biasa, Rania bersama Teman Teman nongkrong disebuah coffeshop terdekat. Saat ini, Rania nongkrong bersama Teman luar sekolahnya. Mereka selalu membahas kejadian di sekolah masing masing. Bunga selalu menceritakan tentang crushnya disekolah.
"eh kalian tau ga si, Adit tadi ganteng banget plis sumpah gakuat" ucap Bunga dengan ekspresi salting.
Adit adalah crush Bunga dari awal masuk SMA. Bunga selalu klepek klepek dengan Adit, setiap melihatnya seperti mendapat undian montor PCX.
"seganteng apa si Adit hingga membuatmu berbunga bunga setiap hari" ujar Adel.
"ganteng banget plis kaya Jaehyun NCT"
Bunga menunjukkan foto Adit.
"nih liat ganteng bangetkan, yatuhan. Ini kalo jadi Ayah dari Anak Anakku bakal aku ceritain seganteng apa dulu Bapaknya"
hahahaha semua tertawa melihat tingkah saltingnya Bunga.
Waktu menunjukkan pukul 21.00 WIB.
"udah jam 9 ayo kita pulang" kata Rania.
Semua bergegas untuk pulang untuk ke rumah masing masing, karena Rania beda arah. Jadi Rania berpamitan dengan teman temannya.
"eh guys aku duluan ya! bye hati hati dijalan"
"okey ran! takecare yaa!" jawab Adel.
Sesampainya di rumah, Rania mendengar keributan didalam rumah. Rania segera memarkirkan montornya dan masuk ke dalam rumah, ternyata Ayah dan Ibu sedang bertengkar. Entah apa yang mereka sedang ributkan, rasanya malas sekali untuk pulang. Rania segera menuju kamar Adik Adiknya untuk mengecek keadaan.
Rania pergi ke kamar Nino dan Putra terlebih dahulu, kedua Adiknya sudah tertidur nyenyak. Rania keluar dari kamar Nino dan Putra, untuk pergi ke kamar Alzea. Alzea ternyata menangis ketakutan mendengar pertengkaran kedua Orang tuanya.
Rania memeluk erat Alzea agar Adiknya tenang.
"gausah takut, ada kakak" ujar Rania sambil memeluk Alzea.
Alzea terus menangis hingga ketiduran.
Pagi hari pun tiba, Rania dan Alzea bangun untuk berangkat ke sekolah. Seperti biasa mereka mandi dan sarapan, tetapi saat sarapan tidak ada makanan dimeja.
"kita sarapan disekolah, di rumah tidak ada makanan" ucap Rania ke Alzea.
"loh gaada gimana? aku dibuatin bekal oleh Ibu" jawab Alzea.
Ternyata Ibu hanya membuatkan makanan untuk Alzea tidak untukku, maka aku menanyakan hal ini ke Ibu. Aku berjalan menuju kamar Ibu.
"Ibu kenapa tidak ada nasi untukku?" tanya Rania.
"Ibu hanya ada nasi buat Adik Adikmu, kamu sarapan disekolah ya" jawab Ibu.
Menurut Rania ini hal yang sudah biasa, dia tidak kaget apabila Ibunya lebih mengutamakan Adik Adiknya dari pada dirinya sendiri.
"kenapa tidak ada bagian untukku? kenapa tidak dibagi rata? kenapa harus aku terus yang mengalah? kenapa?" pertanyaan ini selalu berkecambuk dipikiranya.
Rania tiba disekolah, ia masuk ke dalam kelas. Pelajaran seperti biasanya, jam istirahat pun tiba. Rania, Jia, Nara, dan Dinda segera ke kantin.
"bu saya nasi ya satu" kata Rania ke Ibu kantin.
"oke rani, mau pake lauk apa sayang?"
"pake lauk telur aja bu"
Rania duduk di sebelah Nara dan Dinda duduk di sebelah Jia.
Kurang lebih seperti itu gambarannya, Saat makan Dinda dan Alam ngobrol.
"din, kamu kemarin ga keliatan? ga berangkat kenapa?" tanya Alam kepada Dinda.
"aku kemarin sakit, jadi aku tidak berangkat"
"besok jadi nemenin aku futsal?" tanya Alam lagi.
"apa? ga kedengeran" jawab Dinda.
"besok jadi nemenin aku futsal?"
"gatau ga denger, disini berisik" jawab Dinda membentak.
"ndut, kepalamu minggir si ah uda badannya besar hitam lagi" ucap Alam ke Rania.
Ndut adalah panggilanku disekolah, karena memang aku gendut.
Rania menggeser kepalanya dan kembali Dinda dan Alam mengobrol, lagi lagi dan lagi kepalaku mengalangi mereka mengobrol.
"ya tuhan, kepala minggir kamu harusnya sadar diri kamu itu gendut hitam" ucap Alam dengan lantang.
"emang kamu ga hitam? kamu juga hitam!" jawab Rania melawan Alam.
"aku hitam gapapa kan cowo, sedangkan kamu? kamu itu cewe" tambah Alam.
"sejarah dari mana cewe harus putih?"
"tuh jadi cewe kaya Amel, udah cantik putih badannya bagus ga kaya kamu" ucap Alam sambil menujuk Amel.
Rania makan sambil menangis, Nara menggandeng tangan Rania untuk diajak keluar dari kantin.
"keterlaluan lo!" ujar Nara dengan nunjuk ke Alam.
Rania menangis disekolah merasa dunianya tidak adil, adzan dhuhur berkumandang dan Rania bergegas ke masjid sekolah.
"diantara banyak manusia kenapa harus aku yang merasakan ini semua? kenapa harus aku? aku tidak sekuat itu ya Allah" doa Rania disujudnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Untuk aku, maaf
Novela JuvenilRania Hanindya Putri adalah seorang anak perempuan yang sering merasa tidak diperlakukan adil oleh orang tuanya. Dia merasa orang tuanya lebih memberikan perhatian, kasih sayang, dan penghargaan kepada saudaranya, sementara dirinya sering diabaikan...