10

15 4 0
                                    

Jujur aja, sebenarnya aku udah kehilangan mood untuk nulis lanjut cerita ini. Soalnya yg minat baca cuma sedikit ☹️

Mulai sekarang alurnya akan aku percepat dari yg seharusnya, agar cepat tamat.

Happy reading!


Hari-hari telah kembali seperti biasa. Violetta disibukkan dengan kegiatan sekolah dan berlatih di sanggar. Pagi ini sekolah tiba-tiba saja dibebastugaskan karena para guru sedang rapat. 

Anak-anak menyibukkan diri dengan bermacam-macam kegiatan. Violetta sendiri lebih memilih membaca buku di perpustakaan dengan Felicia. Menurutnya suasana tenang bisa lebih merefreshkan pikirannya daripada berada di tempat bising. 

Setelah memilih novel kesukaannya, Violetta duduk di kursi sebelah Cia. Meja baca tersebut diberikan sekat agar satu sama lain tidak terganggu dan lebih mempunyai privasi. Beberapa menit berlalu dan mungkin karena terlalu fokus membaca, Violetta jadi tidak menyadari kehadiran Jaemin di sampingnya. 

Tidak heran jika Jaemin berada di perpustakaan karena tempat itu merupakan tempat umum, jadinya semua orang bebas keluar masuk di dalamnya. Selain itu imagenya juga merupakan siswa pintar, rajin, dan kutu buku. 

Setelah Violetta menoleh ke arah Jaemin dan berakhir keduanya saling tatap, gadis itu tidak berkomentar apa-apa. Dia tetap fokus pada lembaran buku di hadapannya. 

Perlu diakui sejak keduanya dipasangkan dalam ajang perlombaan dance waktu itu, Jaemin menjadi semakin berani mendekati Violetta secara terang-terangan. Memang Jaemin tidak seberani Haikal ketika pendekatan, tapi lumayanlah ada kemajuan sedikit daripada tahun sebelumnya. 

Desas-desus si culun mengikuti lomba dance telah tersebar hingga penjuru sekolah. Respon kebanyakan orang tentu saja terkejut, tapi ada juga yang bangga dengan prestasi tersebut. 

Violetta merasa semakin malu ketika bertemu banyak orang. Mereka menggunjing seenak jidat tanpa memikirkan perasaan sang empu. Berbeda halnya dengan Jaemin, pemuda itu cuek-cuek saja dengan ejekan teman-temannya karena memang sudah terbiasa di bully. 

Terhitung sudah dua jam Violetta, Cia di perpustakaan. Keduanya memilih untuk istirahat sejenak. Selain karena bosan, perutnya sejak tadi juga sudah berbunyi. Cacing-cacing di dalamnya minta jatah makan, jika tidak dipenuhi mereka akan marah. 

“Gue mau ke kantin, lo mau bareng sekalian nggak?” Violetta bertanya kepada Jaemin dengan nada berbisik. Peraturan di perpustakaan tidak boleh ada yang berisik karena bisa mengganggu pengunjung lain.

Jaemin mengabaikan ucapan Violetta. Akhirnya gadis itu memilih pergi saja tanpa menunggu jawaban Jaemin. Sia-sia saja dirinya bertanya pada tiang listrik itu, pikirnya. Namun ketika hendak berdiri, tangan kanan Violetta digenggam Jaemin. Gadis itu menoleh dengan tatapan bingung. 

“Tunggu sebentar. Gue mau balikin ini dulu ke rak pojokan sana.” 

Violetta mengangguk, dia lalu memberitahu Cia agar mau menunggu Jaemin sebentar. Cia setuju-setuju saja, karena tak mungkin juga dia berjalan sendirian melewati lorong depan kelas dua belas. 

Awalnya Violetta, Felicia, dan Jaemin enggan berjalan menyusuri lorong tersebut, karena di sana banyak kakak kelasnya yang sedang duduk bersantai. Namun Jaemin meyakinkan kedua gadis itu bahwa tidak apa-apa dan tidak akan terjadi apa-apa dengan mereka. Akhirnya Violetta dan Felicia mempercayakan semuanya pada Jaemin. Mereka bisa berlindung di belakang pemuda itu jika memang ada yang menyakitinya.

“Guys lihat deh perkumpulan orang cupu mau lewat tuh. Mari kita duduk di depan kelas dan menyambutnya.” Kirana berteriak kepada gengnya yang masih di dalam kelas. 

My Secret Boyfriend | Mark LeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang