13

11 3 0
                                    

Tiga hari tidur di rumah sakit sepertinya lebih dari cukup. Violetta kala itu sangat sedih karena yang peduli terhadapnya hanyalah Felicia dan keluarganya. Kini akhirnya gadis itu bisa tidur nyenyak di kamar pribadinya.

Pagi-pagi buta Violetta terbangun dari mimpi indahnya karena onselnya berdering terus menerus. Bukan alarm, melainkan dirinya mendapat panggilan dari seseorang jauh di seberang sana. 

Violetta mengangkatnya dengan keadaan mata terasa lengket. Nyawanya belum terkumpul sepenuhnya, maka dari itu dirinya tidak sadar jika yang menghubunginya adalah kekasih tercintanya. 

“Halo, siapa ya telepon malem-malem begini? Bahkan ayam aja belum bangun di jam segini.” Violetta terus berbicara meskipun matanya masih terpejam.

“Good morning, Babe. Masih ngantuk ya? Maaf ya aku gangguin tidurmu.” 

Ketika mendengar suara Mahen, gadis itu sontak terbangun sempurna. Rasa kantuk yang dia rasa sebelumnya menjadi hilang seketika. Sungguh ajaib memang kekuatan cinta itu. 

“Eoh, Sayang. Iya nggak apa-apa. Kamu baru selesai syuting atau baru mau mulai?” 

“Aku baru mau berangkat syuting, Babe. Nanti ada jadwal syuting MV jam delapan. Sekarang baru pukul enam disini, makanya aku menyempatkan waktu untuk quality time dulu sama kamu. Aku kangen banget, Sayang. Pengen ketemu setiap hari rasanya.” 

“Kalau kangen kesini dong, temuin aku lagi.”

“Kamu tenang aja, Sayang. Aku udah dikasih jadwal sama manajer, bentar lagi ada kegiatan di Jakarta. Di tunggu aja ya. Nggak lama lagi kok. Pokoknya jika waktunya tiba, kita harus quality time bareng. Oh iya, bagaimana keadaanmu? Sudah lebih baik atau belum?” 

“Iya, yang terpenting kamu kesini dulu. Nanti kita atur waktu bersama. Aku sudah sembuh, nanti juga berangkat sekolah. Di sekolahku nanti ada ujian tengah semester, doain ya Sayang, biar aku bisa ngerjainnya, terus nilainya bagus.”

“Pasti aku doain. Semoga kamu cepat lulus dan bisa kuliah di Seoul University. Terus nanti kita bisa sering ketemu. Atau kalau nggak, kamu ikut casting aja, biar masuk agensiku.” Mahen tersenyum sangat menawan. Bagaimana bisa lelaki setampan itu menjadi kekasih Violetta (?)

“Iya, aku usahain ya. Susah tau seleksi mau ke sana itu. By the way, kamu sudah sarapan belum? Jangat telat makan kalau jadwal lagi padat tuh.”

“Sebentar lagi, Babe. Aku masih pengen video call an sama kamu.”

Mahen tampak menoleh ke arah samping dan berbicara berbisik kepada temannya. Mereka sepertinya sedang membicarakan hal penting. 

Teman Mahen itu tiba-tiba saja melihat ke arah layar ponsel. Dirinya tersenyum sambil melambai-lambaikan tangan. Wajahnya sangat tampan, postur tubuhnya tegap, dan mempunyai lesung pipi. 

Violetta hanya mengangguk sambil tersenyum. Mahen memperkenalkan Violetta kepada temannya sebagai kekasih. Sepertinya teman Mahen juga welcome dengan posisi Violetta saat ini. 

“Mark, kekasihmu sangat cantik. Kalau kau bosan dengannya, berikan padaku saja. Aku akan menjaganya dengan baik.”

“Ck. Sialan kau, Hyung. Jangan harap ya Tata akan menjadi milikmu. Dia hanya mencintaiku dan aku pun sangat mencintainya.”

“Jadi, dia merupakan wanita yang kau ceritakan padaku waktu itu? Teman masa kecilmu?” 

“Iya, Hyung. Aku sangat bahagia bisa bertemu dengannya lagi. Aku sudah berjanji tidak akan melepaskannya serumit apapun keadaannya nanti. Katanya tadi Hyung ada urusan kan? Sudah pergi sana. Aku mau pacaran lagi. Jangan ganggu kami.” 

Violetta cekikikan sendiri mendengar obrolan kekasihnya itu bersama temannya. Bisa-bisanya Mahen mengusir orang yang lebih tua tanpa merasa bersalah. Bahkan sampai berani mengancamnya. 

Samar-samar Violetta mendengar langkah kaki dan pintu yang tertutup. Mungkin temannya Mahen sudah benar-benar pergi. Pada saat itu juga fokusnya Mahen kembali pada kekasihnya. 

“Maaf ya Sayang, tadi ada pengganggu sebentar.” 

“Nggak pa-pa, Sayang. Aku mengerti kok.”

Perbincangan melalui telepon tersebut berlangsung selama satu jam. Mereka dengan berat hati harus mengakhirinya karena Mahen sudah ditegur oleh sang manajer dan melanjutkan aktivitasnya. Meskipun hanya sesaat, tapi Violetta tetap merasa bahagia. Sejauh ini, Mahen telah membuktikan janjinya bahwa lelaki itu akan selalu memberikan kabar setiap waktu. 

***

Violetta kini tengah duduk di kursi yang telah ditentukan oleh gurunya. Pada meja tersebut telah tertempel nomor ujian masing-masing siswa. Sehingga siswa tidak bisa berebut tempat duduk untuk ujian. 

Violetta menempati kursi paling belakang dan pojok kanan. Dia di dekat jendela. Sebelahnya lagi akan ditempati oleh kakak kelasnya. Namun sayangnya dia belum tahu kelas berapakah yang akan bersebelahan dengannya. Bisa kelas dua belas atau kelas sepuluh.

Saat bel masuk berbunyi, semua siswa langsung duduk pada kursi masing-masing. Violetta terkejut ketika kelas dua belas yang masuk di kelasnya. Lebih tepatnya lagi kelasnya Haikal. Sekarang gadis itu hanya bisa berdoa, semoga seseorang yang duduk di sampingnya nanti bukanlah Haikal ataupun Kirana. 

Guru pengawas sudah memasuki kelas, tapi kursi di sebelahnya masih kosong. Mungkinkah kakak kelasnya izin tidak masuk hari ini (?) Ataukah memang kebiasaan masuk kesiangan (?) Entahlah hanya yang bersangkutan yang tahu. 

“Permisi, Bu. Maaf saya terlambat.” Ucap seorang siswa laki-laki di depan pintu. Violetta seperti tidak asing dengan suara itu. Dia langsung mendongakkan kepalanya dan mencari sumber suara tersebut. 

“Iya tidak apa-apa. Lain kali jangan terlambat atau saya tidak akan membiarkanmu mengikuti ujian.” Ujar guru tersebut.

Sepertinya dewi fortuna sedang tidak memihak kepada Violetta. Doa yang dirinya panjatkan pagi tadi, tidak terkabul. Lelaki itu berjalan ke arah kursi dekat Violetta dan berakhir duduk di sebelahnya. 

Violetta pasrah dengan keadaan. Mau berontak pun, gadis itu tidak memiliki kuasa. Sekarang doanya akan diganti, semoga saja Violetta bisa fokus mengerjakan soal dan hal-hal buruk tidak terjadi selama satu minggu kedepan. 

Violetta mengamati kondisi kelasnya. Dia mencari keberadaan Kirana, untungnya tidak ada. Sepertinya Kirana berada di kelas sebelah. 

Tidak ada sepatah katapun yang keluar dari Violetta maupun Haikal. Keduanya menjunjung tinggi ego masing-masing. Bahkan untuk sekedar menatap pun Violetta enggan. 

Sementara Violetta fokus mengerjakan soal di hadapannya, Haikal fokus memperhatikan gerak-gerik Violetta dari belakang. Meskipun hanya melihat punggungnya, hal itu bisa menggetarkan hatinya. 

Tiga puluh menit berlalu, belum ada satu soal pun yang berhasil dijawab oleh Haikal. Sejak tadi dirinya sibuk melamun dan menatap masa lalunya. Ada rasa ingin mengajak bicara, tapi tidak tau cara mengutarakannya. 

Setelah merasa puas dengan kegiatan sebelumnya, Haikal mulai mengerjakan soalnya satu per satu. Kini tubuhnya sejajar dengan Violetta. Sehingga ketika dia menoleh ke kanan, bisa melihat pipi chubby, bibir mungil, bulu mata lentik dan hidung mancung mantan kekasihnya itu. 

Waktu pengerjaan soal tinggal lima menit lagi dan anehnya Haikal sudah selesai. Bisa dibilang hebat Haikal ini, karena dirinya mengerjakan soal belakangan tapi selesai tepat waktu. Entah beneran berpikir atau hanya asal menjawab, hanya dia yang tahu.

Violetta dan Haikal masih terduduk di tempatnya sembari menunggu bel istirahat berbunyi. Violetta merasa kikuk dengan tingkahnya. Sangat tidak nyaman berada di situasi seperti ini.

“Ehm, katanya lo kemarin habis kena musibah? Sekarang gimana keadaan lo? Udah bener-bener sembuh?” Haikal akhirnya menurunkan egonya dan mengajak berbicara terlebih dahulu. 

“Eh, lo ngomong sama gue?” Violetta melayangkan kalimat tanya kepada Haikal yang sebenarnya dia sendiri sudah tau jawabannya. 

To be continued. 

My Secret Boyfriend | Mark LeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang