14

7 3 0
                                    

Vote juseyo!

Haikal menoleh ke arah sampingnya, sedetik kemudian berpaling. Dia melakukannya berkali-kali hingga membuat siapapun yang melihatnya akan merasa pusing. Sebenarnya Haikal ingin memulai percakapan terlebih dulu dengan wanita di sebelahnya, tapi ternyata egonya lebih tinggi.

Hingga akhirnya karena tak sanggup menahan lebih lama lagi, Haikal memberanikan diri untuk bertanya lebih dulu kepada wanita di sampingnya. Meskipun berbicaranya tanpa melihat lawannya tapi lumayanlah, dia bisa melawan egonya.

“Ehm, katanya lo kemarin abis terkena musibah ya? Gimana keadaannya sekarang?” 

Violetta menatap ke arah Haikal dengan keheranan. Kedua alisnya mengkerut. “Eh, lo barusan ngomong sama gue?” 

Fix, Violetta adalah wanita paling aneh yang pernah Haikal temui. Jelas-jelas orang yang sedang gabut hanyalah dia, tapi bisa-bisanya wanita itu masih bertanya seperti itu. Violetta pun segera menyadari kebodohan yang baru saja dia lakukan, kenapa bisa bibirnya berbicara seperti itu, padahal dia jelas tahu jawabannya. 

“Bukan, gue lagi ngomong sama meja kok. Santai aja, nggak perlu dijawab!” 

“Oh yaudah deh kalau gitu. Kirain ngomong sama gue.” 

Sumpah ya, Haikal saat ini rasanya ingin membenturkan kepala Violetta dengan tembok di sebelahnya. Namun, untungnya saja akal sehatnya masih berjalan normal. Jadinya hal itu tidak mungkin terjadi.

“Fuck! Kenapa lo nggak berubah sih, Ta? Masih lemot aja dari dulu. Ya kalau gue masih disini, artinya gue ngajak ngomong lo. Masa gitu aja nggak paham sih!” 

“Ya gue mana tau. Bisa aja lo ngajak ngobrol teman di depan lo atau di sebelah kiri lo. Lagian kalau mau ngajak ngobrol orang itu dilihat wajahnya, biar lebih sopan. Kayak gitu aja harus diajarin. Pantas aja lo banyak musuhnya. Kelakuan dari dulu nggak berubah. Seenak jidat gitu!”

“Kenapa jadi lo yang marah? Harusnya gue yang marah sama lo itu. Dasar cewek rese!” Haikal menyesal telah mengajak berbincang lebih dulu tadi. Harusnya dia memasang tembok tinggi aja, agar perdebatan seperti ini tidak terjadi. 

Haikal keluar dari kelas untuk berkumpul dengan teman-temannya. Berbeda dengan Violetta, dia tetap duduk di tempatnya, lalu Felicia lah yang menghampirinya. Mereka berdua sengaja membawa bekal agar waktu istirahat tidak terpotong lama untuk mengantri di kantin. 

Meskipun bekal tersebut hanya berisi sandwich dan nugget, tapi setidaknya bisa mengganjal perut Violetta. Untuk minumnya, gadis itu membawa susu kotak rasa vanilla. 

“Ta, gue lihat barusan lo berantem lagi sama Haikal, kok bisa sih?” Cia bertanya sembari mengunyah makanan dalam mulutnya. 

“Biasalah kalau sama dia itu, bawaannya cuma pengen makan orang aja. Gue heran deh, kenapa bisa satu meja sama dia. Padahal huruf depan gue C, huruf depan dia H. Jauh banget kan perbedaannya? Kok bisa gitu? 

“Jodoh kali lo sama Haikal. Buktinya kemanapun lo pergi pasti ada dia juga kan yang nolongin lo? Atau jangan-jangan Haikal belum bisa move on ya? Gue dapat kabar dari Jeano, katanya semenjak putus sama lo, tuh cowok gemini sering uring-uringan nggak jelas sambil liatin foto lo sama dia. Ih serem deh.” Felicia sampai bergidik ngeri meskipun hanya mendengar ceritanya dari sang gebetan.

Lain hal dengan Cia, Tata tetap santai menanggapinya. “Biarin aja. Toh dulu yang mutusin dia kok. Gue nggak peduli lagi, sekarang sudah ada Mahen di hati gue.” 

Violetta senyum-senyum sendiri membayangkan ketika dirinya bertemu dengan Mahen waktu itu. Princess treatment yang diberikannya membuat gadis itu merasa dianggap dan dihargai. Padahal kasta mereka bagaikan langit dan bumi. 

My Secret Boyfriend | Mark LeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang