16

5 2 0
                                    

Vote juseyo!

Violetta perlahan turun dari mobil. Dia dibantu oleh sang kekasih. Dengan posisi mata tertutup, gadis itu dituntun menuju sebuah tempat kesukaannya. Langkah demi langkah ia tapaki di atas tanah. Perlahan tapi pasti. 

Genggaman tangan Violetta sangat erat, telapaknya sempat berkeringat efek dari rasa gugup. Jantungnya berdebar sangat kencang, pikirannya melalang buana. 

Di belakang dua sejoli itu ada seorang pemuda yang masih setia mengikutinya. Dia sudah mendapat amanah dari orang tuanya, maka dari itu kemanapun Violetta dan Mahen melangkah, dia harus setia membuntutinya. Dia tidak mau kehilangan jejak sehingga hal buruk terjadi kepada sang adik.

Sedangkan para bodyguard ditugaskan untuk berjaga menyebar. Ada yang di dekat mobil, ada juga yang mengawasi keadaan sekitar sang idol berdiri. Meskipun sudah dibooking untuk beberapa jam, tapi tetap saja mereka harus menjalankan tugas dengan baik. 

Akhirnya setelah beberapa menit melangkah, mereka sampai di tempat tujuan. Perlahan, Mahen membuka kain penutup mata yang terpasang di kepala kekasihnya. Violetta lalu menyesuaikan penglihatannya dengan cahaya sekitar. 

Violetta tertegun melihat pemandangan di sekelilingnya. Hamparan bunga mawar bermekaran menghiasi tanah. Warnanya mengkilat menerangi kegelapan malam. Aroma wewangian khas menyebar hingga berbagai penjuru. 

“Aku minta maaf apabila beberapa bulan ini aku tidak bisa memberikan bunga mawar sebagai hadiah, seperti pasangan-pasangan lain di luar sana. Mungkin jika dikumpulkan, jumlahnya akan ada sebanyak ini. Maka dari itu aku berinisiatif untuk membawamu ke tempat ini. Meskipun bunga ini tidak ku beli, tapi aku sudah menyewanya untuk beberapa jam ke depan. Jadinya kita bisa menikmatinya bersama.” 

Senyum Violetta mengembang dengan sempurna. Gadis itu lalu berbalik badan untuk memeluk kekasihnya. Kepalanya di telusupkan pada dada bidang lelaki di depannya itu. “Terima kasih, Sayang. Aku bahkan tidak pernah membayangkan hal ini sebelumnya. Aku tidak mempermasalahkan kamu memberiku bunga atau tidak. Bagiku, kamu sudah datang menemui ku saja, membuatku sangat bahagia. Kamu selalu meluangkan waktu untukku dan memprioritaskan ku merupakan hal istimewa.”

“Akan ku pastikan kamu selalu bahagia bersamaku, Baby. Jarak dan waktu tidak akan pernah menghalangi cinta kita. Kebahagiaanmu dan keluargaku merupakan prioritasku saat ini. Aku tak akan pernah melepaskanmu demi orang lain. Saranghae Tata.”

Violetta menatap lekat wajah di depannya sangat lekat. Beberapa detik kemudian sebuah kecupan mendarat pada bibir tipis pemuda itu. Yaps, Violetta baru saja mencium seorang laki-laki lebih dulu untuk pertama kalinya. Tubuh Mahen terpaku, kedua netranya membulat karena rasa terkejutnya sangat besar. Dia sampai tidak sanggup berkata-kata. 

Tidak bisa dipungkiri bahwa, hati Mahen saat ini sangat bahagia. Hanya dengan sebuah kecupan, bisa membuat dirinya hampir gila. Ingin sekali Mahen menyambar bibir mungil di hadapannya itu, tapi dia sadar ada seorang spek preman di belakangnya. Jika dia nekat melakukannya, pasti setelah ini akan berakhir di brankar rumah sakit.

Violetta dan Mahen memutuskan untuk duduk di bangku taman. Keduanya saling merangkul untuk mengisi kehangatan. Dinginnya angin malam ini menusuk hingga tulang. Meskipun sudah dibalut dengan mantel tebal, tapi angin itu masih sanggup menembusnya. 

Satu demi satu pertanyaan yang Violetta pendam selama tidak bertemu akhirnya bisa tersampaikan malam ini. Meskipun dia dikenal sebagai orang pendiam, tapi jika bersama dengan orang terdekat, gadis itu akan menjadi sangat cerewet. Bahkan dulu, Haikal sampai terkejut. Dikiranya, Violetta memiliki dua kepribadian.

“By, kapan kamu bisa berkunjung ke rumahku? Mama Papa setiap hari menanyakan mu dan ingin berkenalan secara langsung denganmu.” Mahen mengusap pucuk kepala Violetta dengan lembut. 

Awalnya kondisi Violetta sedang bersandar pada bahu Mark, kini langsung terperanjat dan beralih menatapnya. “Belum tau, Sayang. Aku harus menabung dulu sebelum kesana. Mana mungkin aku minta sama Papa, bisa-bisa langsung dinikahkan kalau tau tujuannya ke rumahmu. Jika aku pergi dengan uangku, pasti Papa tidak akan mengintrogasi.” 

“Untuk masalah dana, kamu tidak perlu khawatir. Aku akan membiayai semua kebutuhanmu selama di sana. Tiket pesawat, jajan setiap hari, makan tiga kali sehari, hotel, aku semuanya yang tanggung. Kalau Mama sama Papa malah inginnya kamu menginap di rumah. Tidak perlu di hotel.” 

“Kamu yang sabar ya, Sayang. Suatu saat nanti pasti aku bisa ke rumahmu. Tapi untuk waktu dekat belum bisa. Selain masih sekolah, aku terlalu kecil untuk dibiarkan berkeliaran sendirian. Nanti kalau aku tersesat bagaimana? Kamu mau tanggung jawab?” 

“Maulah. Kamu hamil sekarang aja, aku mau tanggung jawab. Langsung aku nikahin sekarang, asalkan itu beneran anakku.” 

“Jangan gila deh! Aku masih pengen punya ijazah. Nggak mau nikah muda. Apalagi MBA.” 

“Hahaha, iya-iya. Kita akan menikah kalau kamu sudah benar-benar siap aja. Aku akan setia menunggumu. Asalkan kamu juga setia. Jangan balik lagi sama mantanmu yang sok kecakepan itu. Udah pendek, sok jagoan lagi.” 

“Jangan suka jelek-jelekin orang lain. Nanti kamu dibales dihina nggak terima. Sudahlah biarlah dia menjalani hidupnya seperti keinginannya sendiri. Kamu juga harus begitu.” 

Mahen kagum melihat kedewasaan dari kekasihnya. Meskipun kedewasaan tersebut hanya terlihat sepuluh persen saja ketika bersamanya, sembilan puluh persennya penuh manja. 

Dalam kesunyian malam, dua sejoli itu tampak menikmati waktu kencannya. Mereka juga tak lupa mengabadikan kegiatan saat ini dengan berfoto mesra. Ada foto selfie dan ada juga difotokan oleh Jeka. Jadinya ada fungsinya juga Jeka membuntuti kencan saat ini. 

Langit malam ini sangat cerah. Banyak bintang bertaburan di sana, bulan sabit pun terlihat begitu mempesona. Meskipun di tempat terbuka, tidak ada nyamuk yang berani mendekati mereka. Kencan saat ini benar-benar di dukung oleh alam dan Sang Pencipta.

Waktu sewa mereka tinggal sebentar lagi. Semua bergegas untuk meninggalkan taman bunga sebelum ada pengunjung lain yang melihat wajah idol tampan itu. Violetta berlari sangat kencang, hingga dirinya tak memperhatikan jalan. 

“Aduh!” Tubuh mungil Violetta tersungkur di atas tanah. Dia tak sengaja menendang batu besar sehingga membuat kakinya sakit. 

Mahen dan Jeka segera menghampiri gadis cantik tersebut. Keduanya berlomba-lomba ingin menyelamatkan Violetta hingga berakhir dengan berdebat. Umur bukanlah cerminan dari tingkah laku seseorang. Buktinya saja, para bujang sebentar-sebentar mempeributkan hal sepele. 

“Stop! Jangan berdebat lagi. Aku pilih Mahen buat gendong aku karena aku udah sering digendong Kakak. Sekarang ayo pulang, kakiku sangat sakit. Butuh diobati bukan di nasehati.” Akhirnya Mahen tetap menjadi pemenang di hati Violetta. Jeka pun memaklumi hal tersebut, mereka sedang di mabuk asmara. Dia juga pernah mengalaminya. 

To be continued.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 2 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Secret Boyfriend | Mark LeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang