Bab 3

165 20 2
                                    

Pagi yang cerah di Universitas Tsinghua, dan suasana di Fakultas Teknik mulai sibuk dengan para mahasiswa yang berdatangan untuk menghadiri kelas dan sesi praktek. 

Di dalam ruang praktek jurusan Teknik Mesin, He Yu tengah berdiri di depan sebuah mesin besar, fokus pada tugas praktikum yang diberikan oleh dosennya. Di sekelilingnya, teman-teman sekelas He Yu terlihat serius memperhatikan instruksi yang tertera di papan tulis.

He Yu, meskipun dikenal sebagai mahasiswa yang cerdas dan rajin, tampak sedikit tidak sabar hari ini. Sesekali ia melirik ponselnya yang tergeletak di meja kerja, seolah menunggu sesuatu. 

Akhirnya, ponsel itu bergetar pelan, menandakan ada pesan masuk. He Yu dengan cepat mengambil ponselnya dan membuka pesan itu.

Pesan singkat dari  Ming Hao:

"yu ge, can you come right now? Aku di studio foto gedung A. Perlu bantuan nih."

Tanpa berpikir dua kali, He Yu memasukkan ponselnya ke dalam saku dan segera bergegas keluar dari ruang praktek, meninggalkan tugasnya begitu saja. Teman sekelasnya menatap bingung, dan salah satu dari mereka mencoba memanggilnya.

"He Yu, tugasnya belum selesai! Mau ke mana?" tanya teman sekelasnya itu.

"Tolong catat aja apa yang penting untuk bagian ku! Aku ada urusan mendadak!" balas He Yu sambil berlari keluar ruang praktek tanpa menoleh ke belakang.

Saat ia berlari melewati lorong kampus, hanya ada satu hal yang ada di pikirannya; 

Hou Ming Hao

Tak peduli betapa pentingnya kelas atau tugas praktek itu, jika Ming Hao membutuhkan bantuannya, He Yu akan selalu ada. Itu sudah menjadi prinsipnya sejak dulu, bahkan sebelum mereka berdua masuk ke universitas ini.

Setibanya di studio fotografi yang berada di Fakultas Art & Design, He Yu langsung membuka pintu tanpa mengetuk, ekspresinya penuh dengan rasa khawatir yang berubah menjadi sesuatu yang lebih rumit saat ia melihat pemandangan di depannya.

Ming Hao sedang berdiri di depan backdrop putih, dikelilingi oleh beberapa alat fotografi, sementara seorang mahasiswa pria yang tampan dan penuh perhatian sedang membantu mengatur pencahayaan untuk sesi foto tersebut. Mahasiswa itu tersenyum lebar pada Ming Hao, dan mereka terlihat berbicara dengan sangat akrab.

He Yu berhenti sejenak di pintu, memandangi mereka dengan alis yang sedikit berkerut. 

Ada perasaan yang aneh menjalar di dadanya, sesuatu yang sangat tidak nyaman, meski ia berusaha untuk menyangkalnya. Ia menarik napas panjang, menenangkan diri sebelum melangkah masuk.

"Xiao Hao, ada apa?" tanyanya dengan nada datar namun matanya tetap tak lepas memandang ke arah mahasiswa yang sedang bersama Ming Hao.

Ming Hao langsung menoleh dengan senyum lega ketika melihat He Yu. 

"Ge! Cepat banget nyampe ke sini. Aku butuh tenaga mu sebentar, kita lagi kekurangan orang untuk bantu pegang reflector di sesi foto ini," kata Ming Hao sambil menunjuk ke arah alat yang ada di sudut ruangan.

Mahasiswa pria yang bersama Ming Hao, yang sepertinya tidak terlalu memperhatikan kehadiran He Yu, hanya tersenyum ramah dan mengulurkan tangan.

"Ah, He Yi Qian qianbei? Hou Ming Hao sangat sering cerita tentang dirimu. Nama ku Tian Jia Rui, senang akhirnya bisa bertemu langsung."

# 前辈/qiánbèi: Senior #

He Yu menyambut uluran tangan Tian Jia Rui dengan senyum tipis dan anggukan singkat. 

Namun, di dalam hatinya, ada rasa tidak nyaman yang semakin membesar. Ia tidak suka melihat cara Tian Jia Rui memandang Ming Hao, seolah ada sesuatu yang lebih dari sekadar teman dalam tatapannya.

"Yu ge, ayo bantu aku pegang reflector ini, biar lighting-nya pas," pinta Ming Hao dengan nada manja, tak menyadari perubahan ekspresi di wajah He Yu.

Dengan sikap yang terlihat tenang namun agak kaku, He Yu mengambil reflector dan menyesuaikannya seperti yang diminta. 

Sementara ia bekerja, matanya terus memperhatikan interaksi antara Ming Hao dan Tian Jia Rui, yang terlihat sangat akrab. Mereka tertawa bersama saat berbicara tentang sudut-sudut terbaik untuk mengambil gambar, dan setiap kali Ming Hao tertawa, Tian Jia Rui tampak semakin terpikat.

He Yu menggigit pipi dalamnya perlahan, merasa tidak nyaman dengan perasaan yang kini melingkupi dirinya. Ia tahu bahwa perasaannya ini tidak masuk akal. 

Bukankah Ming Hao berhak berteman dengan siapa saja? 

Namun, melihat kedekatan Ming Hao dengan Tian Jia Rui membuat He Yu tidak bisa menahan rasa cemburu yang perlahan merayapi hatinya.

"Xiao Hao, kenapa kamu tidak bilang kalau ada sesi foto dengan si... siapa namanya tadi? Tian Jia Rui?" ucap He Yu akhirnya, mencoba menyembunyikan rasa tidak sukanya di balik nada suaranya yang tenang.

Ming Hao menoleh dengan senyum lebar, tampak tidak menyadari apa-apa. "Oh, aku lupa bilang! Maaf, ge. Ini dadakan juga soalnya. Jia Rui yang ngajak kerja bareng untuk projek kuliah."

Tian Jia Rui ikut menimpali, "Iya, aku minta bantuan Ming Hao karena dia fotografer yang bagus. Gak nyangka juga dia punya teman yang sangat suportif seperti mu, senior."

He Yu hanya mengangguk singkat tanpa berkata apa-apa. Di dalam hatinya, ia merasa semakin terganggu. 

Kenapa harus Jiang Chen yang bilang soal 'suportif'? Bukankah itu tugasnya sebagai sahabat Ming Hao sejak dulu? 

Siapa sih bocah ini, kenapa ia terlihat begitu dekat dengan Ming Er?

Setelah beberapa saat berlalu, sesi foto akhirnya selesai. Tian Jia Rui mengucapkan terima kasih kepada Ming Hao dan He Yu sebelum pergi meninggalkan studio. Saat Jiang Chen keluar, He Yu akhirnya tidak bisa menahan dirinya lagi.

"Xiao Hao," kata He Yu dengan nada lebih serius, "Sejak kapan kamu dekat dengan orang itu?"

Ming Hao menatap He Yu dengan bingung, kemudian tertawa kecil. "Ge, ayolah... jangan cemburu seperti itu. Kami cuma teman sekelas yang kebetulan satu projek. Dia anak baik, kok."

He Yu terdiam sejenak, lalu menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan diri. "Aku gak cemburu," ujarnya cepat, tapi nada suaranya justru mengkhianati isi hatinya.

Ming Hao tersenyum lembut, matanya yang cerah memandang langsung ke arah He Yu. "Tenang aja, ge. Kamu tahu kan, gak ada yang bisa gantiin posisi kamu di hidupku. Seperti perkataan mu padaku, 

Yu Er gege selalu menjadi yang pertama untuk Ming er didi."

Ucapan itu membuat dada He Yu terasa hangat, meskipun ia tetap berusaha untuk tidak menunjukkan senyum yang terlalu lebar. Namun, dalam hatinya, ia tahu bahwa perkataan Ming Hao itu lebih dari cukup untuk membuatnya tenang

—untuk saat ini.

He Yu hanya mengangguk pelan dan mengusap kepala Ming Hao dengan lembut. "Aku tahu, Xiao Hao. Cuma... lain kali, kalau butuh sesuatu, langsung telfon aku. Jangan panggil orang lain dulu, okay."

Ming Hao tersenyum lebar dan mengangguk cepat. "Oke, ge. Janji, aku bakal ajak Yu ge duluan."

Mereka berdua saling bertatapan sejenak, merasakan kehangatan yang hanya bisa dirasakan oleh dua orang yang saling mengerti satu sama lain tanpa perlu kata-kata. 

Di belakang layar, dinamika hubungan mereka memang lebih dalam dari sekadar sahabat biasa, meskipun keduanya masih terlalu takut untuk mengakui apa yang sebenarnya mereka rasakan.

Sementara itu, di luar studio fotografi, dari kejauhan Tian Jia Rui melihat interaksi Ming Hao dan He Yu. 

Ada sorot mata yang sedikit berbeda dari biasanya, seolah ada sesuatu yang ia pahami namun belum sepenuhnya mengerti.

.

.

.

tbc...

More Then Just Best-Friend | YeBai/HeyuNeoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang