Capitulum Quartum. 🔞

528 20 0
                                    

Setelah teman-temannya meninggalkan apartemen, suasana yang sebelumnya penuh dengan obrolan santai dan rencana gelap, mendadak sunyi. Hanya ada dua sosok yang tersisa di dalam apartemen: Jaemin dan Jisung. Keduanya duduk di sofa yang sekarang terasa sangat luas setelah semua orang pergi, namun meskipun hanya berdua, suasana malah semakin tegang.

Jaemin menatap Jisung dari sudut matanya, memperhatikan setiap gerakan kecil pacarnya. Jisung, yang dari tadi sibuk merapikan barang-barangnya di meja, berusaha keras menghindari tatapan tajam Jaemin. Ada sesuatu yang tidak terucap di antara mereka-sesuatu yang lebih dari sekadar hubungan biasa.

Jaemin menarik napas dalam-dalam sebelum akhirnya bangkit dari duduknya dan berjalan mendekati Jisung. Suaranya rendah dan penuh kekuasaan. "Kamu tahu, kan, kalau aku nggak suka kamu mengabaikanku, Jisung?"

Jisung menelan ludah, kepalanya masih tertunduk, namun tangannya sudah mulai gemetar. "Aku... aku nggak mengabaikanmu, hyung," jawabnya lirih.

Jaemin mengangkat alis, sedikit tersenyum sinis. "Oh? Apa benar begitu?" Dia duduk di sebelah Jisung, tubuhnya mendekat dengan lambat tapi pasti, menciptakan perasaan terkurung yang tak bisa dihindari.

Jisung bahkan bisa merasakan napas Jaemin yang semakin dekat di lehernya. "Karena menurutku, kamu kelihatan seperti sedang mencoba menghindar dari ku, cantik.."

Jisung tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Jaemin selalu seperti ini-posesif, obsesif, dan selalu menginginkan kendali penuh atas dirinya. Bahkan ketika mereka hanya berdua, Jisung tidak pernah benar-benar merasa bebas. Setiap gerakan, setiap keputusan yang dia ambil selalu diawasi. Dan kalau Jisung melakukan sesuatu yang tidak disukai Jaemin, pasti ada konsekuensinya.

Jaemin mengulurkan tangan, mengelus pelan leher Jisung, lalu naik ke rahangnya, membuat Jisung gemetar di tempatnya. Sentuhannya lembut, tapi Jisung tahu betapa cepatnya hal itu bisa berubah menjadi sesuatu yang jauh lebih gelap. "Aku nggak mau kamu melihat orang lain terlalu lama. Bahkan temen kita sendiri. Mengerti?"

Jisung mengangguk pelan, tidak berani menatap Jaemin langsung. "Aku ngerti, hyung..."

Jaemin tersenyum, tapi senyuman itu tidak sampai ke matanya. Dengan gerakan yang mendadak, Jaemin menarik dagu Jisung, memaksa pacarnya menatap langsung ke matanya. "Jangan berbohong, Jisung. Aku tahu apa yang ada di kepalamu. Kamu pikir aku nggak tahu kalau kamu kadang merasa nggak nyaman sama aku? Kalau kamu mungkin pengen bebas?.."

"..Tapi kamu harus ingat sesuatu" Jaemin mendekatkan wajahnya, hanya beberapa inci dari Jisung, suaranya menjadi lebih rendah dan berbahaya. "Aku satu-satunya yang bisa kamu punya. Kalau kamu mencoba kabur, atau mencoba menjauh... kamu tahu apa yang akan terjadi kan, sayang?"

Jisung berusaha keras menahan tangisnya. Dia tahu Jaemin serius. Pacarnya selalu serius dalam ancaman seperti itu. Jaemin bukan tipe orang yang hanya berbicara. Dia akan bertindak, dan Jisung sudah melihat sendiri apa yang bisa dilakukan Jaemin saat dia marah atau merasa dikhianati.

Dengan tangan Jaemin yang masih memegang dagunya erat, Jisung hanya bisa mengangguk lagi. "Aku tahu, hyung. Aku nggak akan pergi kemana-mana."

Jaemin tersenyum puas, lalu dengan tiba-tiba, dia mencium Jisung. Ciuman itu awalnya lembut, tapi seiring detik berlalu, ciuman itu berubah menjadi kasar dan penuh gairah yang kelam. Jaemin menggigit bibir bawah Jisung, membuatnya terkejut dan sedikit meringis kesakitan. Tapi Jaemin tidak berhenti. Dia tidak pernah berhenti sampai dia merasa puas.

Jisung sudah terbiasa dengan ciuman seperti ini-lembut tapi penuh ancaman, seolah Jaemin ingin menunjukkan bahwa dia memiliki kontrol penuh atas dirinya. Setiap sentuhan, setiap ciuman adalah pengingat bahwa Jisung tidak punya pilihan lain. Jaemin adalah segalanya-pemiliknya, penjaganya, dan terkadang... monster di dalam hidupnya.

Obsession's End || NCT Dream 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang