Obsession's End || NCT Dream 🔞

Capitulum Secundum. 🔞

Malam itu, tujuh mahasiswa dari berbagai jurusan di Universitas Seoul berpisah, masing-masing dengan satu tujuan yang sama-mencari 'korban'. Mereka adalah kelompok yang sempurna di mata publik, pintar dan bersinar di kampus, tetapi di balik itu semua, ada sisi gelap yang tersembunyi.

Malam ini adalah malam mereka memburu, mengisi hasrat gelap yang selama ini mereka sembunyikan. Mereka terpecah menjadi tiga pasangan, dengan Chenle, si pengganggu, bertindak sendirian, masing-masing mencari mangsa untuk memenuhi ritual kegelapan telah mereka rencanakan.

Mark & Haechan: Menaklukkan Mangsa di Bar.

Mark dan Haechan adalah pasangan yang pertama
memisahkan diri, memilih bar yang sering mereka kunjungi di pinggiran kota. Bar ini selalu menjadi tempat sempurna untuk berburu; penuh dengan orang-orang yang mabuk, tidak terlalu peduli dengan sekelilingnya.

Haechan, dengan pesona tampan dan senyum mematikannya, menjadi umpan sempurna. Mark mengikuti dari belakang, matanya tajam mengamati setiap pergerakan Haechan.

Haechan berjalan dengan percaya diri menuju seorang pria yang duduk sendirian di bar. Dengan gaya yang penuh kesombongan, dia memulai percakapan santai. "Kau sendirian malam ini?" tanyanya dengan suara yang sedikit lembut, tetapi cukup menarik perhatian.

Pria itu menoleh, tampak terkejut dan tergoda pada saat bersamaan. "Iya, aku... Aku
sendirian," jawabnya, sedikit canggung. Haechan tersenyum lebar, "Kalau begitu, aku bisa menemanimu. Mungkin kita bisa bersenang-senang lebih jauh?" godanya, membuat pria itu semakin tertarik. Tanpa banyak bicara, Haechan dengan mudah membuat pria itu mabuk dengan obrolan manisnya.

Sementara itu, Mark mengamati dari jauh, memastikan tidak ada yang mencurigakan. Setelah melihat bahwa target mereka cukup terjebak dalam permainan Haechan, Mark mendekati mereka berdua, wajahnya penuh kendali dan kekuatan. "Waktunya kita pergi," katanya dingin, matanya berkilat ke arah Haechan, yang mengangguk setuju.

Pria itu, yang sudah cukup mabuk dan terpikat oleh pesona keduanya, mengikuti mereka tanpa banyak perlawanan. Mereka membawanya ke mobil, dan saat mobil itu melaju menjauh dari bar, hawa dingin mulai terasa. Tidak ada yang berbicara di dalam mobil. Pria itu masih dalam keadaan mabuk, bahkan tidak menyadari bahwa dia sedang menuju malapetaka.

Mereka membawanya ke tempat persembunyian, sebuah gudang kosong di luar kota yang biasa mereka gunakan untuk ritual gila mereka. Mark mengikat pergelangan tangan pria itu dengan tali, dan Haechan, dengan wajah ceria yang mengerikan, memandang ke arahnya. "Kau siap sayang?" tanyanya sambil memegang pisau tajam di tangannya.

Ketika pria itu tersadar akan bahaya yang dihadapinya, dia berusaha memberontak, tetapi terlambat. Pisau itu menari di tangan Haechan, dan dalam hitungan detik, teriakan kesakitan bergema di seluruh ruangan. Mark, yang biasanya tenang dan terkontrol, kali ini melepaskan sisi gelapnya, menikmati setiap jeritan yang keluar dari mulut mangsa mereka.

Renjun & Jeno: Kelembutan yang Mematikan.

Sementara itu, Renjun dan Jeno memilih target
mereka di area kampus. Mereka mencari seseorang yang naif, seseorang yang mudah dimanipulasi oleh kelembutan Renjun dan kekuatan Jeno. Korban mereka adalah seorang mahasiswa baru, wajah polos dengan mimpi besar di dunia seni, sama sekali tidak menyadari kegelapan yang akan menimpa dirinya.

Renjun memulai dengan pendekatan halus, bersikap seolah-olah ia peduli. "Hai, kamu sendirian? Aku melihatmu sering di kelas seni rupa, kan? Aku juga dari jurusan yang sama," kata Renjun dengan senyum manis. Senyum itu menipu, seolah menawarkan kehangatan, padahal di baliknya tersembunyi niat jahat.

Mahasiswa baru itu terkejut dan merasa terhormat bisa berbicara dengan senior yang
terkenal. "Oh, ya, aku dari kelas dasar patung. Senang sekali bisa bertemu denganmu, sunbae," jawabnya dengan mata berbinar.