"Begini pak, anda tidak bisa mengeluarkan Dea. Kita membutuhkan orang untuk membagi dua shift, lagipula meskipun Dea sering berr.. hubungan intim disini.. setidaknya dia orang yang.. ramah terhadap..pelanggan. Iya! Ramah terhadap pelanggan." Jelas perempuan berambut hitam pendek.
Melihat karyawati ini sulit menjelaskan, pemilik Dairy laundry yang umurnya sudah berkepala empat itu terkekeh karena tahu bahwa perempuan ini hanya tidak ingin berkenalan dengan orang baru lagi.
"Apa kamu tahu Hanna? Saya sudah mendapat penggantinya. Kamu tenang saja, dia terlihat seperti orang yang baik. Ayo kita berkenalan, dia sedang menunggu di luar." Pemilik laundry itu membuka pintunya untuk Hanna.
Hanna menatap bos nya itu ragu-ragu, ia menyipitkan matanya berusaha mencari keberadaan orang yang dimaksud. Hingga pandangannya kini terhenti ke satu titik yaitu keberadaan seorang gadis berambut coklat panjang dan bergelombang, memakai jaket kulit berwarna putih serta tak lupa memakai sepatu hak tinggi nya.
"Lulabelle? Maaf membuat anda menunggu,"
Perempuan itu berbalik badan dan tersenyum membuat Hanna kembali menyipitkan matanya seolah ada cahaya ilahi menyerang mata. Tampilannya sangat feminim, ia berlari kecil lalu berjabat tangan dengan pemilik laundry.
"Saya merasa sangat berterima kasih karena anda menelpon saya pak Dewan." Lulabelle tersenyum semangat.
"Sebenarnya Derma," Koreksi pak Derma masih menampilkan senyum nya. "Tak apa, kamu bisa panggil saya apa saja. Mari silahkan masuk."
Pak Derma menuntun mereka berdua masuk kedalam, dimana mereka akan bekerja. Yaitu tempat laundry tua yang sudah berdiri sejak lama. Tempatnya juga tak terlalu luas, hanya berisikan dengan dua belas mesin cuci dan beberapa keranjang. Juga ada meja counter untuk kasir dan sebagainya.
"Perkenalkan, Hanna ini Lulabelle. Lulabelle ini Hanna." Pak Derma memulai pembicaraan.
"Hai Hanna! Oh bener! Aku suka banget sama rambut mu!" Puji Lulabelle mengambil tangan Hanna untuk berjabat tangan. "Aku Lulabelle, tapi panggil aku Lula aja. Soalnya kepanjangan kan? Haha aku tau dari teman-teman mamaku berkata-astaga bisa panggil Lula aja nggak? Kepanjangan tau! Hahaha," Oceh Lula keasikan sendiri sembari masih menjabat tangan Hanna.
Berbeda dengan Hanna, ia menatap aneh pada Lula dari bawah hingga atas lalu sedikit menaikan satu ujung bibirnya.
"Wow pak Derma, anda memancing ikan mas. " Komen Hanna sedikit pelan.
"Kenapa? Karena dia cantik?"
"Yup, hanya cantik tapi tak berguna." Hanna berdehem. "Bapak lihat saja, sampai kapan orang sepertinya bisa bertahan." Lanjut Hanna berbisik mengisyaratkan untuk melihat perempuan itu.
"Ini gudang bagian mana ya?" Senyum Lula polos penuh pertanyaan.
"Ehem, sudah kubilang." Sahut Hanna dibalas tawaan pak Derma.
Setelah tak lama pak Derma meninggalkan mereka berdua, Hanna memulai sesi perkenalan tempat dan bagaimana mereka akan bekerja. Tapi tentu saja diawali dengan pemberian seragam, Hanna menunjukkan dimana letak ruang gantinya
"Aku ngga bisa! Seragamnya kegedean!" Panik Lula keluar dari ruang ganti membawa seragam dengan ujung kelingking nya terangkat.
"Kalo gitu berhenti aja.. canda. Pake aja kalik kalo perlu di jepit noh bagian pinggang lo." Malas Hanna tanpa memalingkan wajahnya dari nota yang sedang ia tulis.
"Ayolah Hanna, aku butuh banget kerjaan ini. Bahkan aku bakal mimpi buruk waktu tau kalo ini tempat kerjanya.." Lesu Lula. "Gudangku aja lebih besar dari ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
DUO PEMIMPI(N)
Teen FictionKetika cewe miskin yang kasar di pertemukan dengan cewe kaya yang polos bakal kayak gimana? Apa mereka bisa menjadi sahabat? Cerita tentang kehidupan tenang milik Hanna kini berakhir karena di pertemukan oleh Lula, gadis kaya...ehem. yang sebelumnya...