3. Hobi Hanna

4 0 0
                                    

Kali ini Hanna mengajak Lula untuk melihat sekitar toko laundry selagi tak ada pengunjung, dimana sebelah kanan toko itu adalah kafe dan sebelah kiri adalah toserba. Sebenarnya tempat milik pak Derma sangat menguntungkan, karena pengunjung yang akan memakai jasa laundry bisa menunggu di kafe atau toserba yang memang memiliki tempat tongkrongan disana.

Hanna menjelaskan juga bahwa tangga diluar toko yang menuju atas itu adalah ruang kerja pak Derma, setelah itu Hanna melanjutkan mengajari Lula untuk melayani pelanggan mereka. Pertama mereka harus mencatat nama pelanggan saat menerima pakaian kotor di nota, lalu menghitung total harga dari banyak nya pakaian dan bahan pakaian, lalu simpan nota pelanggan di tempatnya saat pelanggan selesai mengecek pakaian mereka yang sudah sesuai.

Ditengah penjelasan itu, kebetulan ada pelanggan yang ingin mencuci pakaian. Hanna memberi arahan sementara Lula yang melakukannya. Lula terus saja merengek namun selalu dipaksa oleh Hanna untuk terus melanjutkan pekerjaannya.

"Dulunya aku selalu memegang gaun-gaun cantik...sekarang megang nya baju kotor..." Rengek Lula mengeluh lagi.

"Lanjutin ga? Atau gue tinggal nih." Ancam Hanna membuat Lula kembali melakukan pekerjaanya. Walaupun ia memegang pakaian kotor nya dengan jari kelingking terangkat.

***

Ditengah menunggu, Lula mendapatkan topik untuk bicara karena bosan melihat Hanna terus saja sibuk menulis-nulis nota.

"Tau ga? Mamaku memberikanku ini saat bayi, ini peninggalan nenek moyang ku dan harga nya mahal banget. Ini ruby asli!" Lula menunjukkan kalung mutiaranya yang memang terdapat hiasan ruby di bagian tengah nya.

"Orang gila mana yang ngasih perhiasan pas anaknya masi bayi?"

"... mama ku..." Tatap Lula termenung. "Ya gimana pun ini pernah milik mama hehe, diwariskan nenek moyang untuk darah keturunannya. Apalagi aku anak satu-satunya mereka."

"Pantes aja manja," Senyum Hanna.

"Coba deh, aku pasangin ya? Rasanya tuh kayak kamu jadi putri kerajaan tau," Ujar Lula sambil melepas kalung nya.

"Nggak nggak! Iyu mahal ege, kalo ilang gimana?!" Panik Hanna menolak.

"Nggak kok, kan bentaran aja. Coba aja dulu kalik." Paksa Lula akhirnya Hanna membiarkan Lula memasang kalung nya.

Hanna sedikit tersenyum saat mengenakan kalung tersebut, memang ia tidak merasa jadi putri kerajaan, tetapi ini pertama kalinya ada orang yang membantunya memasang perhiasan pada dirinya. Bahkan ia tidak pernah merasakan hal ini dari kedua orang tuanya. Bahkan ia juga tidak tahu siapa orang tuanya, Hanna hanya merasa hangat saat berada di sekitar teman-temannya di panti asuhan. Tapi ia juga sedikit heran kenapa ia merasa sedikit senang saat berada di dekat Lula.

'Kliingg' Suara bel pintu terdengar menolehkan mereka berdua. Segera Lula melepaskan kalung itu dan meletakkannya di meja kasir, saat pakaiannya di terima, tak sengaja Hanna dan Lula meletakkan pakaiannya membuat kalungnya terdorong jatuh ke bawah kaki mereka.

Saat ingin memberi nota, tak sengaja Lula menendang kalung nya ke bawah meja kasir. Hanna kembali menyuruh Lula untuk berlatih lagi apa yang Hanna ajarkan sebelumnya, mereka mengerjakan tugasnya sambil bercanda tawa hingga hari berganti menjadi malam.

Hanna menguap menandakan dirinya sudah mengantuk, "Ayo ambil tas lo, kita tutup toko." Hanna baru selesai menulis nota terakhir dan menyimpannya.

***

Keesokan harinya di jam tujuh pagi Lula mengetuk pintu kamar Hanna dengan terburu-buru namun tak ada jawaban, Lula merasa panik dan cemas sambil memegang lehernya karena baru menyadari dari semalam ia tak memakai kalung pemberian ibunya itu. Oh mungkin Hanna sudah berada di tempat laundry, Lula bergegas kesana naik bus seperti biasa.

DUO PEMIMPI(N)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang