01. pagi yang abu-abu

32 8 4
                                    

hallo dengan cerita pertama Candy disini (⁠・⁠∀⁠・⁠)

haii perkenalkan aku candy, kalian bisa panggil aku dengan sebutan candy! not author and anything! kan kita nggak tau tuaan siapa barangkali tuaan kalian, maka dari itu panggil saja aku candy!
untuk cerita pertama mohon kerja samanya semuanya!!

happy reading!

.
.
.
.

Rintik hujan nampak membasahi dunia pada malam hari ini, awan yang semula berwarna terang kini berubah menjadi abu-abu, matahari yang juga semula muncul kini harus tertutupi awan abu-abu.

Dunia sepertinya sedang tidak baik-baik saja, sama halnya dengan dunia pemuda ini. Dia duduk sendirian di halte bus, menunggu redanya rintik hujan ini agar dirinya bisa pulang kerumah.

Sebenarnya bisa saja dirinya menelfon supir untuk menjemputnya tapi dia sungkan. Rumahnya tak jauh dari sekolah maka dari itu dirinya berjalan kaki saja, mau itu berangkat ataupun pulang.

Dia menderita penyakit Tunarungu yang mana mengharuskan dirinya mengenakan alat bantu pendengar, walaupun begitu dirinya juga bisa berbicara dengan bahasa isyarat, teman-temannya juga tak jauh dari penyakit itu, jadi bukan hanya dirinya sendiri.

Alat pendengarnya selalu dia pakai terkecuali ketika tidur, dan juga ketika rumah berisik (?) .

Duduk merenung hanya dengan menggunakan hoodie navy dan celana OSIS sekolahnya. Dia mempunyai kembaran yang sama dengan dirinya, tapi dia sempurna membuat dirinya iri akan kesempurnaannya.

Tapi tak apa, mungkin Tuhan punya kejutan lain untuknya.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

" Maafin Bima ya ma, anaknya nggak berubah sama sekali " Ucapnya dengan menatap layar ponsel yang masih berada di beranda chat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

" Maafin Bima ya ma, anaknya nggak berubah sama sekali " Ucapnya dengan menatap layar ponsel yang masih berada di beranda chat.

Dirinya banyak-banyak mengucapkan beribu maaf jika perubahan sikap Bima itu karna nya, toh siapa juga yang mau punya saudara kembar yang menderita penyakit Tunarungu? Sudah tidak bisa mendengar, pembuat malu, saudara kembar lagi.

Hujan masih setia turun hingga setengah jam tak kunjung reda, Bian bingung harus berbuat apa, mama dan papa nya tidak bisa menjemput, pak supir sudah pulang kerumah, Bima tak mau menjemputnya. Hanya satu jalan yang ada sekarang, pulang dengan hujan-hujan.

Bian - Bima. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang