Hari-hari berlalu dengan cepat. Keyra merasa semakin terbiasa dengan kehidupan barunya di sekolah, sebagian besar karena kehadiran Iras. Meski tak banyak bicara, Iras selalu ada, memberi rasa nyaman yang tak terlukiskan. Setiap sore, mereka pulang bersama, berjalan berdampingan dalam diam atau sekadar membicarakan hal-hal sepele yang membuat hari lebih ringan.
Namun, Keyra mulai memperhatikan sesuatu yang aneh pada Iras. Ada hari-hari di mana Iras tampak lebih pendiam dari biasanya. Meskipun mereka duduk bersebelahan di kelas, kadang Iras terasa jauh, seperti tenggelam dalam pikirannya sendiri.
Suatu hari, saat jam istirahat, Keyra memberanikan diri untuk bertanya.
"Iras, lo kenapa sih belakangan ini kayak... jauh?" Keyra bertanya pelan, mencoba memilih kata-kata yang tepat. Mereka duduk di pojok kantin, seperti biasa. Iras sedang mengaduk es teh dengan malas.
Iras terdiam sejenak, sebelum akhirnya menatap Keyra. "Gue nggak jauh, kok. Cuma... kadang gue butuh waktu sendiri aja."
"Tapi lo selalu kayak gitu," desah Keyra. "Gue nggak tahu kapan lo lagi seneng atau kapan lo lagi ada masalah. Kayak lo cuma biarin gue tahu sedikit tentang lo."
Iras menghela napas panjang, lalu meletakkan sendoknya. "Bukan karena gue nggak mau cerita, Key. Gue cuma nggak terbiasa."
"Terbiasa gimana?"
"Terbiasa ngandelin orang lain," jawabnya singkat.
Keyra terdiam, menatap Iras dalam-dalam. Ada sesuatu di balik kata-katanya yang terasa lebih berat dari sekadar penjelasan sederhana. Selama ini, Iras selalu tampak tenang dan kuat, tapi mungkin di balik semua itu, ada beban yang ia sembunyikan.
"Lo bisa kok ngandelin gue," kata Keyra akhirnya, dengan suara lembut. "Gue nggak bakal ninggalin lo."
Iras tersenyum kecil, namun senyum itu tak mencapai matanya. "Gue tahu, Key. Makasih."
Keyra menghela napas dalam-dalam. Ia ingin membantu, ingin Iras terbuka padanya, tapi sepertinya tembok yang dibangun Iras terlalu kuat untuk dirobohkan dengan cepat. Mungkin, pikirnya, semua ini butuh waktu.
---
Hari-hari berikutnya terasa seperti rutinitas yang sama, meski rasa penasaran Keyra semakin besar. Iras tak pernah benar-benar terbuka, tapi juga tak pernah menjauh sepenuhnya. Kadang-kadang, di momen-momen tertentu, Iras tampak benar-benar hadir, tertawa bersama, atau bahkan berbagi cerita kecil tentang keluarganya yang sering berpindah-pindah. Namun, dalam hitungan detik, ia bisa kembali tenggelam dalam kesunyian.
Suatu sore, saat mereka berjalan pulang bersama seperti biasa, Keyra memutuskan untuk mencoba lagi.
"Iras, lo pernah nggak sih ngerasa capek selalu harus nyimpen semuanya sendiri?" tanya Keyra memecah keheningan.
Iras menoleh sekilas, alisnya terangkat sedikit. "Capek gimana?"
"Capek... kayak lo selalu harus kelihatan kuat. Lo nggak pernah benar-benar ngasih tau perasaan lo ke orang lain."
Iras terdiam lama, sebelum akhirnya menjawab dengan suara pelan, "Iya, kadang capek."
Keyra mengangguk pelan, lalu memberanikan diri untuk bertanya lebih jauh. "Terus kenapa lo nggak coba cerita? Setidaknya ke gue."
Langkah Iras melambat, dan ia berhenti sejenak, memandang jauh ke depan. "Gue... nggak tahu harus mulai dari mana, Key."
"Mulai dari apapun," jawab Keyra cepat. "Lo nggak perlu ngejelasin semuanya sekaligus. Gue di sini buat dengerin."
Iras tersenyum tipis, namun lagi-lagi, senyumnya menyimpan sesuatu yang tak terucapkan. "Mungkin suatu hari nanti, gue bisa cerita semuanya. Tapi sekarang... gue belum siap."
Keyra mengerti, meski ada rasa kecewa yang tak bisa dihindari. Ia berharap bisa membantu, bisa menjadi tempat Iras bersandar. Tapi, ia juga tahu bahwa ada hal-hal yang tak bisa dipaksakan.
Mereka melanjutkan perjalanan tanpa banyak bicara lagi. Angin sore bertiup lembut, membawa aroma rumput yang baru saja dipotong. Dan di tengah keheningan itu, Keyra menyadari sesuatu: semakin dekat ia dengan Iras, semakin terasa pula jarak yang memisahkan mereka.
Tapi Keyra tak akan menyerah. Sebab, meskipun jarak itu ada, ia yakin pada satu hal, bahwa di suatu titik, Iras akan membiarkannya masuk.
Trimakasi, jangan lupa vote💓
Love u all~~~
![](https://img.wattpad.com/cover/378567255-288-k631263.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
MENGURAI RASA
Novela Juveniltentang hubungan antara Keyra dan Iras, dua orang yang memiliki ketakutan dan keraguan besar. Iras, yang takut membuka diri karena masa lalunya, perlahan mulai belajar untuk mempercayai Keyra. Keyra, dengan sabar dan peduli, berusaha untuk tetap di...