Chapter 1

15 1 0
                                    


SUGAR MILK - CHAPTER 1

"Lun"

"Mm, napa?" tanya Luna kepada Sofea yang tengah cengar-cengir melihatnya. Pengen heran namun sifatnya memang seperti itu. Yah bego.

"Kemaren malem itu Helen ada nelpon gue. Dia ngajak kita bertiga ke parti ultahnya" jawabnya dengan senyuman lebar.

"Hm parti ya? Kapan emangnya?" tanya luna

"Helen bilang malem minggu ini. Gimana lo pasti bisa kan. Ayok lah nanti Helen marah lagi sama lo. Parti ultahnya tahun lalu aja gak lo dateng. Malah cuman gue sama Mina doang. Lo pasti inget kan sesusah apa untuk mujuk Helen kalo udah marah" sudah tentu lah Luna masih mengingat hal itu dan itu membuatnya meringis ketika kembali mengingat hal itu.

Helen, temannya yang satu itu emang jarang sekali marah namun sekalinya marah pasti lama sekali. Dan ia sudah pernah kena itu. Sungguh ia tak mau mengalaminya sekali lagi namun masalahnya adalah hari itu adalah hari yang sama papanya akan kembali ke rumah setelah tiga bulan tidak pulang ke rumah.

Mana bisa ia lewati kesempatan langka itu. Lagian papanya pasti pulang sebentar saja sekurangnya untuk mengurangkan kecurigaan kakeknya. Tapi entah mengapa Luna tak bisa membenci papanya meskipun pria itu tidak pernah memperhatikannya sebagai seorang ayah yang sudah seharusnya perhatian kepada anaknya apalagi anaknya hanya satu.

"Ya gue emang mau ke partinya sih tapi"

"Tapi apa lo gak bisa kan! Ck lo emang mau dikacangin Helen lagi deh kayaknya" ucap Sofea yang sedikit kesal kerna Luna seperti tak menghargai temannya yang satu itu padahal Helen selalu memberinya kesempatan untuk dimaafkan.

"Duh gue bukannya suka-suka gak mau ke sana Sofea. Tapi mau gimana lagi hari itu gue benar-benar punya urusan yang lebih penting. Nanti gue juga bakalan bilang dong ke Helen. Pasti dia juga bakalan ngerti"

"Urusan apa yang lebih penting dari sahabat lo hah? Lo keknya emang suka bener ya ngeremehin kita. Udah ah kesel banget gue sama lo" lalu Sofea meninggalkan Luna sendirian di perpustakaan itu membuat Luna tertunduk sedih.

Bukannya ia sengaja ingin tidak ke parti itu. Lagian kenapa sahabatnya itu tidak mahu mengerti dirinya. Tahun lalu juga sama, papanya baru pulang pada hari yang sama. Dahulu papanya masih tinggal serumah dengannya dan juga mamanya namun sejak ia berumur limabelas tahun entah mengapa papanya tiba-tiba mengasingkan diri daripada mereka.

Ia tau papanya tidak pernah mencintai mamanya sehingga ia pun terkena imbasnya. Ia sedikitpun tidak pernah mendapatkan kasih sayang dari papanya. Padahal telah banyak yang ia lakukan untuk mendapatkan perhatian papanya itu namun alih-alih mendapatkan perhatian malah kebencian yang ia dapatkan.

Luna tau papanya pasti punya selingkuhan . Untuk apa papanya setia dengan mamanya jika tak penah ada cinta?

Luna mengangkat kepalanya sesaat merasakan tepukan lembut di pundaknya. Ia mengangkat kepalanya dan tersenyum lembut setelah melihat tatapan hangat dari Mina, sahabat yang paling mengerti dirinya.

"Nana" ya Nana adalah panggilan mereka untuk sahabat mereka yang paling pendiam ini.

"Lo berantem lagi ya sama Sofea?" tanyanya yang seakan sudah tau alasan wajah Luna menjadi keruh.

"Iya kok lo tau. Sofea ngasih tau ya?"tebaknya asal dan dibalas dengan gelengan.

"Enggak gue tebak aja sih soalnya tadi gue juga liat dia keluar dari perpus sambil mukanya marah-marah kek kesal. Gue sapa juga gak dia tanggapin"

"Huh pasti dong dia marah sama gue. Kalo gini mah nanti bukan cuman Helen yang marah sama gue malah Sofea juga. Lo jangan ikut-ikutan sama mereka yah" ucap Luna memelas.

Terlihat sekali wajah Luna saat ini seperti kelelahan. Entah kelelahan menghadapi sifat kedua temannya itu ataupun lelah dengan segala yang terjadi di hidupnya saat ini.

"Coba deh ceritain kenapa. Siapa tau kan gue bisa bantuin. Ya maybe gakbisa bantu banyak tapi bisa lah ngurangin beban lo dikit. Yok cerita" Mina menatapnya hangat sehingga membuat Luna bersyukur sekali bisa mempunyai sahabat seperti Mina yang mengerti keadaannya.

"Lo tau kan papa gue tuh jarang pulang?" tanya Luna dan diangguki oleh Mina. Memang benar hanya Mina saja yang mengetahui hal ini.

Bukan ia tak mempercayai kedua sahabatnya yang itu hanya saja ia malu mereka akan menghakimi hidupnya. Selama ini banyak orang yang iri akan kehidupannya yang seakan-akan princess namun kenyataannya hanya Mina lah yang tau.

Kehidupannya sebenarnya tidak seindah kehidupan yang mereka semua bayangi. Bahkan sebenarnya Luna lah yang mengirikan kehidupan mereka. Apalagi Helen, dia selalu bercerita mengenai papanya yang menjadikannya seperti seorang puteri.

Ia juga ingin seperti itu namun melihat kepulangan papanya yang jarang sekali itu saja membuat impiannya terlihat mustahil sekali untuk ditunaikan.

"Jadi tuh malem minggu ini papa gue bakalan pulang" lanjut Luna.

"Oh ya kalo gitu lo pasti senang dong"

"Yaa emang gue seneng banget tapi masalahnya tuh hari itu juga Helen mau ngadain parti ultahnya" setelah menceritakan hal yang sebenarnya berlaku Luna kembali lesu.

"Jadi itu permasalahannya. Emm gimana ya gue juga gak tau. Tapi papa lo tuh gak bisa ya nemenin lo buat sehari dua gitu. Yah meskipun dia gak cinta sama mama lo tapi kan lo tetap tanggungjawabnya dia. Dia gak bisa ngabain tanggungjawabnya gitu aja" nasihat Mina lembut. Ia tau sebenarnya disebalik sifat Luna yang egois dan kasar ia punya hati yang begitu rapuh.

Dan itu semua terbentuk kerana kelakuan papanya terhadap Luna.

"Tapi kalo dia gak mau gimana? Masa gue belum sempat luangin waktu sama papa gue, dia udah jalan lagi aja. Rugi dong gue. Kalo gitu masa gue harus nungguin tiga bulan lagi? Bahkan kalo lebih buruk bakalan setahun lagi" keluh Luna .

"Atau gini aja lo gak usah ke parti Helen. Nanti kita berempat nyambutnya barengan aja. Gue kasih alasan dong supaya mereka mau percaya. Mereka kan percaya banget tuh sama gue" usul Mina dengan pinternya.

"Emm bener juga deh. Yaudah lo bilang aja kalo hari itu kakek gue juga ngadain ultah tapi di Amerika"

"Iya bakal gue bilang gitu. Lagian kan mereka tuh takut banget sama kakek lo" Mina ketawa saat mengingat bagaimana takutnya Helen dan Sofea saat berhadapan dengan kakek Lio, kakek Luna dari belah mamanya.

"Akhirnya selesai juga masalah gue. Makasih banget ya Na" ucap Luna tulus sambil memeluk erat Mina.

Entahlah ia tak tau harus bagaimana untuk membalas kebaikan Mina yang berada di another level.

"Gak usah makasih-makasih lo kan sahabat gue"

"Tapi kan mereka berdua juga sahabat nya gue kok beda sama lo?" tanya Luna sedih.

"Yah gakpapa dong, lo kan punya gue"

"Benar Na. Udah deh yuk gue belanjain lo bakso spesial sempena lo bantuin gue" ajak Luna semangat.

"Ck giliran udah dibantu aja baru mau belanjain" cibir Mina.

"Hehehe kapan-kapan nanti juga gue bakalan belanjain lagi sama mereka yang lain" cengir Luna manis.

Tbc....

<9/10/2024>

SUGAR MILK (ongoing)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang