Chapter 3

7 0 0
                                    


SUGAR MILK - CHAPTER 3

Jantung Evan rasanya seperti ingin meledak saking gugupnya ia tatkala maminya bilang mereka akan pergi menemui tunangannya yang super duper cantik itu. Meskipun ia tak tau apa itu tunangan tapi yang namanya ketemu sama cewek cantik ya pasti ia gembira lah.

Di pikirannya pasti cewek itu akan cantik seperti Yeri dan anggun seperti Irene. Hei gini-gini juga ia adalah fanboy nya grup Red Velvet nomor satu ya.

Evan menjadi cemberut apabila kakanya berulang kali mengingatkannya agar tidak dekat-dekat dengan tunangannya nanti. Padahal kan maminya membawanya ke sini untuk memperkenalkannya dengan tunangannya yang cantki itu.

Ia tak akan memperdulikan ucapan kakanya itu kerna yang menjadi tujuannya nanti adalah mendekati cewek itu agar ia mau menyukai Evan hehehe.

Jane yang melihat anak cowoknya senyum-senyum sendiri seketika menjadi ngeri sendiri. Hei jangan sampai gila dulu sebelum ketemu sama tunangan sendiri.

"Pi anak kamu kenapa tuh?" tanya Jane kepada Arsy, suaminya yang berada disampingnya saat ini sedang mengendarai mobil dalm perjalanan menuju rumah tunangan Evan.

"Halah mih, biar dong dia mau senyum kek ketawa kek. Evan itu udah gak sabar mau ketemu sama tunangannya yang super duper cantik itu. Biarinlah" jawab Arsy santai.

"Eh super duper cantik. Cantikan aku apa dia hah?!'' kesal Jane yang tak terima suaminya memuji cewek lain berlebihan seperti itu meskipun itu adalah calon menantunya sendiri.

"Yah masih cantikan mamih lah. Luna itu masih kalah jauh dibandingin sama mamih yang masih cantik walaupun udah punya anak dua" ucap Arsy yang berhati-hati agar tidak mendapat cubitan ngeri dari sang istri.

Bisa mati mereka kalau dia dicubit nanti. Kan gak lucu mati kerna gak fokus mengendara gara-gara dicubit istri.

"Papi kok ngomongnya gitu. Yang lebih cantik itu calon istrinya Evan bukannya mamih. Kalo mamih cantik juga tapi kan papi bilang calon istrinya Evan tuh seratus kali lipat lebih cantik dari mamih. Dan kerna itu Evan semangat banget mau ketemu sama Luna" sela Evan tanpa tau situasi yang berlaku saat ini.

Astaga tamatlah riwayat Arsy setelah ini.

"Hehehe mih liat tuh udah sampe kita" Arsy ketawa canggung saat meliat wajah ngeri sang istri.

"Papi liat aja di rumah nanti. Awas papi. Yuk sayang kita turun. Keknya Evan udah gak sabar banget ya ketemu sama tunangan Evan yang super duper cantik itu" ajak Jane sambil menekankan kata super duper cantik saat berkata kepada anaknya.

"Waduh si Evan emang benar-benar gak bisa jagain mulutnya deh. Kualat tuh anak nanti. Liat aja" bisik Arsy entah kepada siapa padahal sudah tak ada sesiapa yang dekat dengannya saat ini.

Luna melihat mobil yang sudah terpakir di depan rumahnya saat ini. Gadis dengan gaun biru mudanya itu terlihat sangat cantik dengan rambut bergelombangnya yang dibiar terurai menambahkan lagi kesan cantik pada dirinya meskipun tanpa polesan make up. Ia hanya sempat memakai lip tint namun itu saja sudah membuat dirinya kelihatan begitu cantik malam ini.

Luna sekali lagi menghela nafasnya entah untuk yang keberapakalinya sudah. Ia masih belum yakin dengan keputusannya saat ini. Apakah sudah benar keputusannya untuk menerima pertunangan ini. Namun mau menolak pun rasanya mustahil banget nih.

Akhirnya ia meyakinkan dirinya dan membuang nafas sekali lagi untuk memberi semangat kepada dirinya sendiri.

'Fighting lo pasti bisa Lun' setelahnya ia keluar dari kamarnya kerna ia merasa ini sudah lebih dari lima menit setelah kedatangan keluarga tunangan nya.

Meskipun tidak cinta ia tak mau imejnya terlihat buruk di hadapan calon mertuanya nanti. Biarlah apa yang akan terjadi kedepannya nanti. Saat ini ia hanya akan fokus pada masa sekarang saja.

"Nah udah sampai calon mantu kita ma" Ricky memulakan sandiwaranya di depan calon besannya sehingga hampi membuat kan Lira ingin muntah melihat betapa real nya akting Ricky itu.

Lira memaksakan senyumannya apabila melihat calon besannya yang kelihatan ramah juga dan tidak ada unsur jahatnya.

"Salam kenal ya, saya Jane" sapa Jane dengan senyuman anggunnya.

"Oh iya salam kenal juga. Saya Lira, mamanya Luna"

"Wah pantesan anaknya cantik ternyata mamanya juga cantik ya" bagaimana ia bisa tau Luna cantik apa kagak ya karrna dia itu udah pernah melihat wajah Luna melalui gambar foto.

"Hahaha kamu bisa aja. Enggak saya biasa-biasa saja. Kelihatannya kamu yang lebih cantik deh" puji Lira yang membuat Jane merasakan seperti berada di langit ketujuh.

"Emm kita manggilnya aku-kamu ya biar bisa cepat akrab. Omong-omong ini anak aku, Evander Ethaniel namanya tapi manggilnya Evan doang" ujar Jane memperkenalkan Evan kepada Lira.

"Salam kenal tante" sapa Evan dengan senyuman imutnya yang membuatkan Lira gemas sekali.

Astaga ia pikir Evan ini adalah cowok tipe dingin sewaktu melihat wajahnya buat pertama kali. Wajah dengan alis tegas hidung bak perosotan dan bibir cherry alami yang membuat wajahnya kelihatan tegas dan tampan disaat yang sama.

Namun apabila melihat senyuman dan juga suara sapaannya tadi membuatkan Lira menghilangkan ekspetasi nya sebentar tadi. Sepertinya cowok yang menjadi tunangan Luna ini polos sekali.

"Salam kenal juga Evan. Kamu ganteng banget deh" puji Lira yang membuat Evan tersenyum malu.

"Emm Lunanya kemana tante? Apa dia ya tapi kok dia jelek?" tanya Evan sambil menunjuk ke arah art mereka yang sedang mempersiapkan makan malam untuk mereka.

Jane dan Arsy yang mendengar itu merasa sangat malu mendapatkan anak yang terlebih jujur seperti Evan ini. Astaga pengen sekali mereka menghilangkan diri dari sini.

"Eh Evan jangan ngomong kek gitu dong. Cepat minta maaf sama tante sama om nya" tegur Arsy.

"M-maaf tante om. Evan cuman penasaran aja Lunanya kemana. Evan udah gak sabar pengen ketemu" jujur nya.

"Gakpapa Evan. Iya juga ya Luna kemana lama benar keknya bentar om panggilin ya" baru saja Ricky ingin berdiri namun ternyata Luna sudah menuruni tangga dengan anggunnya berserta senyuman manisnya yang membuatkan siapa saja melihatnya pangling.

Ricky yang melihat wajah Luna yang persis Lira seketika mengingat bagaimana dulu wajah Lira saat masih muda. Seketika ia menoleh kearah Lira yang juga tersenyum manis seperti luna.

Evan juga tak kalah terpesona dengan kecantikan yang dipamerkan oleh sang tunangan. Benar kata papinya tunangannya bernama Luna itu memang sangat cantik.

"Maafin Luna karna lambat turun" ucapnya setelah duduk di samping mamanya.

Jadinya posisinya saat ini ia berada di tengah-tengah mama dan papanya.

Sebenarnya ia sangat malu kerna sedari tadi ditatap oleh cowok ganteng yang saat ini berhadapan dengannya. Hm, ganteng juga tunangannya ini. Kalo kek gini mah Luna juga bisa menerima cowok itu menjadi tunangannya sekaligus mempamerkan kepada teman-temannya.

Emm, teman-teman ya. Luna tak merasa ia harus memberitau mereka mengenai pertunangannya saat ini. Palingan ia hanya akan memberitau Mina saja kerna ia belum bersedia menerima reaksi daripada teman-temannya.

"Tuh Lunanya udah sampe tapi nggak kamu sapa" tegur Jane yang melihat keterdiaman anak nya.

"Evan malu mah" bisiknya kepada Jane kerna ia memang tak mau orang lain mendengar ucapannya.

"Ah dasar kamu Evan" cibir Jane.

"Yaudah kena semuanya udah di sini kita makan aja dulu ya. Bi Rani juga udah siapin makanannya. Yuk" ajak Ricky.

Tbc....

<10/10/2024>

SUGAR MILK (ongoing)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang