Chapter 12

3 0 0
                                    


"Ethan-nya Luna gue minta maaf ya soal tadi di sekolah" ucap Luna saat ia sudah masuk ke mobil.

"Emang Luna ngapain? Evan gak ngerasa Luna ada ngelakuin salah sama Evan kok" balas Evan mengerutkan keningnya bingung.

"Ya kan gue tadi ngacuhin lo. Tapi gue janji setelah gue nyelesain sesuatu yang harus diselesai gue bakalan ngomong sendiri ke orang-orang kalo kita tunangan dan gue gak perlu pura-pura gak kenal lo lagi" ujar Luna mengangkat sebelah tangannya yang menunjukkan ia benar-benar mengartikan itu.

"Gak papa Luna, Evan gak maksa juga Luna buat ngasih tau ke semua orang. Kalo emang Luna belum sedia ya Evan gak maksa" uap Evan lucu.

"Aaa kok lo makin imut sih Than. Gue gak bisa nahan ni kalo gini. Gue tetap harus kasitau semua orang juga kalo Ethan tuh miliknya Luna dan gak ada yang boleh ngambil" ujar Luna sambil memeluk tubuh Evan.

Entahlah setelah ia mengenali Evan, Luna sering sekali membuat skinship dengan cowok itu. Mentang-mentang Evan tak akan marah jika ia melakukan itu Luna suka saja mengambil kesempatan.

Hei bukan mengambil kesempatan ia hanya memanfaatkan sang tunangan yang polos. Lagian Luna suka sekali menghirup bau tubuh Evan yang terasa maskulin beda sama orangnya yang bertingkah seperti bayi.

"Ethan" panggil Luna.

"Emm napa Luna?"

"Cantikan mana gue sama Zila?"

"Ya cantikan Luna lah"

"Emang iya atau lo cuman mau ngejaga hati gue doang nih"

"Enggak Luna, Evan jujur. Luna tuh cantik bahkan kalo tanpa make up. Evan selalu suka liat Luna kalo lagi tidur. Muka Luna tuh imut banget kek bayi kalo lagi tidur" puji Evan yang membuat Luna serasa berada di langit ketujuh.

"Ah Than lo bisa aja. Emang muka gue secantik itu? Bahkan gue selalu aja insecure sama muka gue sendiri nih" ucap Luna sambil melihat wajahnya di skrin telefon.

Evan yang melihat itu lantas menekup muka Luna dan melihatnya instens membuat Luna kaget.

"Luna gak boleh insecure sama muka Luna sendiri kerna Luna itu cantik. Evan gak suka liat Luna insecure kek gitu lagi. Kerna bagi Evan mau secantik manapun cewek di luar sana. Mereka semua gak bakalan bisa gantiin posisi Luna di hati Evan" entah Evan menggombal atau benar-benar tulus mengatakan itu namun yang Luna tau ia tengah salting gara-gara ucapan Evan itu.

"Lo bakalan setia gak sama gue?"

"Iya Luna selagi gak terjadi apapun Evan akan sentiasa jagain Luna dan gak akan ninggalin Luna"

"Gimana kalo nanti lo terpaksa ninggalin gue. Misalnya kan lo pinter jadi gimana kalo lo disuruh ke luar negri buat sambung belajar. Pasti lo bakalan ninggalin gue kan" lirih Luna sedikit emosional.

Ia takut ditinggalkan oleh Evan saat ia sudah nyaman dan sayang pada cowok polos ini. Ia tak mau lagi hidup dalam kesengsaraan setelah papanya meninggalkannya dalam kesepian tanpa kasih sayang seorang ayah.

"Evan juga gak tau harus gimana tapi kalo Evan ke luar negri Luna harus ikut juga. Evan gak mau ninggalin Luna sendiri nanti direbut sama orang lain" balas Evan yang sedikit menghilangkan keresahan di hati Luna.

Jika Evan benar mengatakan itu maka Luna akan mempercayainya.

"Lo janji ya gak bakalan ninggalin gue" Luna mengarahkan jari kelingkingnya untuk ditaut oleh Evan.

"Iya Luna, Evan janji" lalu Evan menaut jari kelingking milik Luna membuat gadis itu tersenyum kecil.

"Than kaka lo galak gak?" tanya Luna saat mengingat bahwa selama ia bertunang dengan Evan, ia belum lagi bertemu dengan kaka dari tunangannya itu.

"Kaka Astra tuh gak galak kok cuman kalo lagi marah emang nyeremin sih" Evan bergidik ngeri saat mengingat kembali bagaimana anak buahnya dimarahi oleh Astra.

"Oh jadi nama kakak lo Astra. Cantik sih namanya" iya nama doang cantik tapi sifatnya jelek banget.

"Luna kenapa tiba-tiba nanyain ka Astra?"

"Gue sebenarnya mau ketemu sama dia tapi agak takut sih hehe" sebenarnya bukan takut hanya saja ia malas berantem.

Luna amat yakin jika Astra memang tak menyukainya meski belum bertemu. Mengingat pada pertemuan pertamanya dengan Evan dulu dimana Evan pernah mengatakan yang kakanya memberitau kalau Luna hanya menerimanya kerna menginginkan uang saja.

Luna yakin sekali jika bertemu secara berdepan pasti kakanya Evan akan menjadi bertambah menyebalkan berbanding membuat ekspektasi saja.

"Luna gak usah takut kerna ka Astra tuh baik walaupun galak" lanjut Evan saat mendengar ucapan Luna tadi.

"Emm iya sih besok kita ketemu dia aja deh. Gue juga mau kenalan nih sama calon kaka ipar" Luna tersenyum smirk saat mengatakan hal itu.

Ya berkenalan dalam arti kata lain. Ia akan berantem sebentar dengan wanita itu.

"Ka Astra udah nikah Than?"

"Iya udah ka Astra juga udah punya anak lucu banget"

"Oh ya siapa namanya?" tanya Luna antusias. Kalo ada yang imut-imut Luna tak bisa mengacuhkannya. Jika seperti ini Luna harus menunda sebentar acara berantemnya dengan Astra.

"Namanya Erlan. Umurnya baru empat tahun" jawab Evan polos.

"Iih Erlan pasti lucu banget. Lo punya fotonya gak?"

"Iya Evan punya tapi Luna gak bakalan ngacuhin Evan kan kalo ketemu sama Erlan nanti? Kalo iya Evan gak mau deh ngajak Luna ketemu Erlan" kata Evan dengan nada cemburu dan wajah cemberutnya.

Luna tertawa melihat Evan yang sepertinya jealous dengan anak buahnya sendiri. Luna mencubit pelan pipi Evan kerna gemas akan tingkahnya yang seperti anak kecil.

Jika begini Erlan mungkin akan kalah jauh sama om nya sendiri.

"Enggak Ethan sayangku. Gue gak bakalan ngabain lo. Liat aja tingkah lo kek anak kecil tau gak?" gemesnya membuat Evan tersenyum senang.

"Hehehe kalo gitu oke deh. Luna jangan bohong ya. Evan gak mau share Luna sama siapapun. Luna tuh miliknya Evan dan gak ada yang bisa ngambil Luna dari Evan" ujarnya posesif meletakkan kepalanya di pundak kecil Luna.

Luna tersenyum tertahan mendengar ucapan posesif dari Evan, sang tunangan yang terkenal polos.

"Widih ceritanya udah bisa posesif lo sekarang. Hm improvement yang bagus sih" Luna terkikik geli saat mengingat kembali rencana konyolnya dulu waktu pertama kali mengenali Evan.

Sepertinya kini ia tak perlu lagi meneruskan rencana itu kerna Evan kini bahkan bisa sedikit beradaptasi seperti pria normal yang bisa menjaganya. Hei tapi tetap saja ia tak mau tunangannya berubah kepada pria pada umumnya seratus persen.

Sifatnya yang childish dan manja kepada Luna harus kekal sampai kapanpun dan tidak bisa dihapus.

Kini mobil sudah berhenti di hadapan rumah keluarga Evan.

"Nah Than udah sampai nih" ucap Luna.

"Luna mau masuk?"

"Emm boleh deh bentar"

Lalu mereka keluar berengan.

"Om Evaaaannn" teriak seorang anak cowok yang masih kecil memanggil Evan lalu memeluknya.

Luna menunduk dan melihat seorang anak cowok yang begitu imut sekali sedang tersenyum memandang Evan.

"Oh jadi ini tunangan kamu Van" seorang wanita yang tak begitu tua juga muda berkata sambil memandang Luna atas bawah membuat gadis itu menjadi sedikit risih.

Aneh baru bertemu sudah seperti itu. Agak kurang ajar sih.

"Kelihatan banget matre nya" ucap nya sinis.

"Ka Astra" gumam Evan.

Oh pantesan ternyata. Jadi ini dia Astra. Ketemunya kok lebih cepat sih. Diam-diam Luna mengumpati Astra dalam hatinya.

"Ck gue gak takut ya sama lo. Gila banget ni orang baru ketemu aja udah dibilang matre".

Tbc......

<16/10/2024>

SUGAR MILK (ongoing)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang