LIAB-10

76 27 6
                                    

"Kenapa diam saja? Kamu tidak ingin mengukur badanku? Ayolah, waktu adalah uang!" Ucap ruka sambil melihat jam yang melingkar di lengannya.

Demi apapun, tolong! Rita benar-benar membenci orang yang berada di depannya ini.

Tak lama, pegawai rita juga sudah membawakan meteran dan alat tulis.

Tidak ingin berkata apapun Rita segera mengukur lengan ruka, lalu lingkar dadanya.

Ia akan berusaha seprofesional mungkin dalam bekerja.

"Kamu semakin cantik, rita."ucap ruka disela-sela pengukuran.

Rita diam saja, sangat enggan untuk menanggapi sedikit pun.

"Aku suka wangi rambut mu, tidak pernah berubah sedari dulu,"lanjutnya, seraya menghirup aroma rambut hitam milik Rita.

Pegawai rita yang ada di sana sedang membantu mencatatkan ukuran bagian tubuh Ruka.

Mendengar ruka mengatakan hal seperti itu membuatnya salah tingkah sendiri.

Ruka tidak peduli dengan keberadaan pegawai itu, untuk saat ini rita adalah fokusnya yang utama.

"Dada dan pantat mu juga semakin berisi, berbeda sekali dengan tujuh tahun yang lalu. Tapi, dulu pun tetap bagus dan enak kok." Tatapan ruka jatuh pada dada rita

Rita tak memedulikannya, ia sebisa mungkin mengontrol dirinya agar tidak terkecoh dengan perkataan ruka.

Ia membiarkan saja sampai sejauh mana ruka akan berkata-kata.

"Sekarang, apa masih seenak dulu?" Ruka menarik pinggul Rita hingga tubuh mereka saling menempel.

Pegawai rita yang melihat itu tentu saja terkejut, dan ia hanya bisa menunduk sekaligus curi-curi pandang sedikit demi sedikit.

"Setelah dengan ku, apa kamu tidur dengan laki-laki lain?" Tanya ruka penasaran penasaran.

Rita sedikit tersentak dan kemudian langsung memberontak, Ruka benar-benar keterlaluan.

"Kalau iya kenapa?" Rita benar-benar merasa direndahkan dengan pertanyaan ruka.

Namun ia menantang kembali.

"Kenapa? Apa karena kamu tidak bisa melupakan ku hum? Saat aku berada di atasmu, Kamu mendesah keras sekali, rita. Aku masih mengingat jelas sua-"

Plakkk!

Kelima jemari lentik rita baru saja melayang keras tepat di pipi ruka.

Ruka melepaskan dekapannya, dan memegang pipinya yang terasa sangat panas.

"Silahkan kau mencari designer lain, aku tidak bisa mengerjakan pesananmu. Sampai beberapa bulan kedepan, kami sudah full orderan,"Rita menatap tajam kearah ruka.

"Silakan pergi dari sini! Kami masih banyak pekerjaan," usir Rita lagi dengan kalimat yang lebih formal.

Ia lalu meninggalkan ruka sendirian di sana. Ia tak peduli lagi soal etika kepada pelanggan.

Toh, si brengsek itu bukanlah pelanggannya.

Rita ingin sekali menelpon seseorang dan memakinya.

Hanya ahyeon yang ada dipikirannya saat ini, kenapa ruka bisa mengetahui tempat butiknya.

Siapa lagi yang memberi tahu tempatnya, kalau bukan temannya satu itu yang notabenenya adalah bawahan Ruka di perusahaan.

Huhh ahyeon.






****






Malam Minggu ini, rita bersama teman-temannya ada undangan dari sebuah acara besar yang di adakan oleh pemerintah dalam rangka peringatan tahunan.

Rita merasa tidak ada salahnya untuk berhadir, sekalian melepaskan penat dan bersenang-senang sebentar.

Rita malam ini memakai pakaian yang cukup berani dan seksi. Ia juga memoles kuku-kukunya dengan warna merah, semerah darah.

Dengan make up tidak terlalu tebal, karena saat ini ia juga memakai lipstik merah.

Dress ketat berwarna hitam dengan panjangnya tidak seberapa dan terbelah di sampingnya, Menampilkan sebelah kaki jenjangnya yang menggoda.

Malam ini, ia juga membawa serta yujin, sahabatnya yang selama ini selalu mendukungnya.

Rita tidak kuat minum, oleh sebab itu, ia membawa yujin agar membantunya pulang nanti.

"Hai, yujin!"Sapa ahyeon senyum-senyum malu, Rita hanya menghela nafas melihat temannya tersebut.

Mereka saat ini sudah sampai di tempat acara.

"Di sini sangat seru sekali, apalagi banyak pria kaya.." Ucap asa terkekeh yang di ikuti juga oleh rora di sampingnya.

"Iya aku jadi betah. Siapa tau setelah ini nanti aku mendapatkan anak konglomerat di sini," seperti biasa, teman-teman rita ini memang terlalu liar untuk berada di tempat seperti ini.

"Rita-yaa, aku akan ambil minum dulu. Kau ingin apa?" Ucap yujin.

"Wine yang biasa saja." ucap Rita, yang langsung di angguki oleh yujin.

Kemudian ia berjalan ke arah hidangan minuman.

"Rita-yaa, kenapa kau membawa yujin?" Komentar asa yang sepertinya tampak tidak senang.

"Memangnya kenapa?"

"Tidak asik! Aku tidak bisa membawa pria kemari deh!"asa menggerutu kesal.

"Ya sudah bawa saja. Kalau aku sih tidak. Terimakasih!"ucap rita mengibaskan tangannya.

"Nanti aku merasa tidak enak dengan yujin. Lagian aku ingin mengenalkan mu dengan pria-pria tajir yang ada di sini, siapa tahu bisa dekat."Ucap asa menatap ke arah Rita.

Rita hanya menggeleng menanggapi ucapan temannya tersebut.

"Ri! sepertinya yujin menyukai mu deh. Memangnya kau tidak merasa hum? Kalau kita mengenalkan pria yang ada di sini pada mu, coba tebak bagaimana perasaannya?" Rora menyahut.

"Hey yujin tidak mungkin menyukai ku, kita sudah dekat dan bersahabat sejak lama, jadi mana mungkin.."

Rora, ahyeon dan asa hanya memutar bola mata meraka dengan malas. Mereka saja paham betul bagaimana yujin menatap rita dengan penuh cinta selalu.

Bagaimana mungkin Rita tidak melihat itu.

Beberapa saat kemudian yujin pun datang dengan membawa dua gelas di tangannya, miliknya dan juga milik rita.

Acara sudah di mulai sedari tadi, dan kini sekarang sudah memasuki acara yang terakhir, yaitu pesta yang sesungguhnya.

Semakin larut, musik juga semakin lebih mengguncang adrenalin. Sinar laser memenuhi seluruh ruangan, di lantai dansa sudah banyak manusia melenggokkan tubuh mereka.

Mereka tak peduli dengan sekitar, yang mereka tahu, semuanya sibuk dengan urusan mereka masing-masing.

Yang paling seru adalah banyak para pria tampan dan tentu saja berkantong tebal juga di sini.
















































Annyeong yeorobun!!

SELAMAT MEMBACA, SEMOGA SUKA.

JAN LUPA⭐

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 15 hours ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Love is a Bastard (rupha)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang