LIAB-3

145 27 16
                                    

Dua minggu lebih lima hari lagi ruka akan berulang tahun. Rita sudah sibuk memikirkan akan memberikan hadiah apa di tahun ini.

Setiap tahunnya, ia tidak pernah absen memberikan kado untuk ruka.

Namun, tahun ini ia sedikit bingung sekali ingin memberikan kado seperti apa.

Ia ingin memberikan kado yang lebih spesial dari kado-kado sebelumnya, namun ia masih bingung akan memberikan apa.

Sementara di tempat lain.

Ruka dan kedua temannya kini sedang duduk di tempat mereka biasa nongkrong, di taman belakang kampus.

Seperti biasa, ruka berbincang-bincang ringan dengan kedua temannya.

"Ruka-yaa, apakah kau sudah merencanakan di mana kita akan merayakan ulang tahun mu, tahun ini?"ucap rami.

Ruka menoleh ke arah temannya tersebut, yang kebetulan memang duduknya tepat berada di sampingnya.

"Bagaimana kalau ke Jeju, sekalian aku juga ingin mengajak iroha."ucap ruka kemudian menoleh ke arah Chiki yang berada di depannya.

"Lah kenapa harus membawa iroha.." protes Chiki sambil mengerutkan keningnya.

"Hanya mau, lagian aku ingin menghindar dari si ribet! Pasti dia akan datang ke rumahku, membawa kue, kado dan aneka makanan lain buat seisi rumah, merepotkan.." ucap ruka ngasal.

"Apanya yang merepotkan begitu? justru kalau kita membawa iroha malah makin merepotkan."ucap rami yang langsung di angguki oleh Chiki.

Ruka menatap kedua temannya tersebut sambil mengangkat bahunya acuh.

"Sudahlah ne, pokoknya kalian tenang saja, nanti semuanya biar aku yang akan mengatur.." Ucap ruka sambil menghisap kembali batang nikotin yang berada di sela jemarinya.

Sedangkan rami dan Chiki hanya bisa menghela nafas dengan sikap teman mereka tersebut.

"Ruka-yaa, apakah kau benar-benar tidak menyukai Rita,"ucap rami menatap ke arah ruka.

Dan itu membuat Chiki dan ruka menoleh berbarengan ke arah teman mereka tersebut.

"Harus beberapa kali lagi ku katakan, kalau aku benar-benar tidak menyukainya."ucap ruka kesal.

Kedua temannya tersebut saling pandang, beberapa detik kemudian keduanya mengangguk.

"Aku mempunyai ide, bagaimana kalau.." sekali lagi, Ruka dan chiki menoleh ke arah rami.

Dan mereka mendengarkan dengan baik ide dari teman mereka tersebut.

****

Keesokan harinya, seperti biasa, rita datang ke rumah ruka untuk memberikan bekal yang biasa ia buat.

Ini sudah menjadi kebiasaannya, yang ia biasakan.

Sedari dulu setiap harinya ia akan bangun pagi-pagi, meminta ibunya untuk mengajarinya memasak dan menyiapkan bekalnya.

Sampai saat ini, ia sudah bisa memasak dan membuatkan bekal sendiri.

Hal itu ia lakukan untuk ruka, karena ia benar-benar sangat mencintainya.

"Pagi, ruka-yaa.."sapa rita seperti biasa dengan wajah cerianya.

"Hem pagi,"balas ruka seadanya.

Rita menoleh ke arah ruka dengan cepat sambil sedikit melebarkan kedua matanya tak percaya.

Bukan apa-apa, hanya saja biasanya jika ia menyapa, ruka tidak akan pernah membalasnya sama sekali.

Biasanya ruka hanya meliriknya sekilas, dan membiarkan apapun yang akan ia lakukan kemudian, tanpa respon sedikit pun.

Tapi kali ini tiba-tiba ruka membalas sapaannya, itu seperti sesuatu yang baru menurut Rita.

Tak bisa rita pungkiri ia benar-benar merasa bahagia, hal kecil yang dilakukan oleh ruka itu sangat berarti untuk nya.

"Wae? Apa aku sangat menawan hum? Sampai kau melihat ku seperti itu?"ruka bertanya dengan percaya dirinya.

"A-aniya, maksud ku.. apakah kau tidak papa."rita meletakkan punggung tangan kanannya ke kening ruka.

Guna untuk memastikan kalau orang di depannya tersebut tidak sedang sakit sekarang.

"Wae? Aku tidak papa.." ruka menepis pelan tangan Rita dari keningnya.

Rita menatap tak percaya kepada Ruka.

"Tumben sekali kau membalas ucapan ku." Ucap Rita menelisik raut wajah ruka.

"Apakah terlihat sangat aneh? Aku hanya menanggapi agar kau tidak merasa sedih nanti.."ucap ruka terkekeh kecil.

Entah kenapa itu membuat Rita tersenyum malu, hatinya menghangat ada rasa senang dan bahagia memenuhi seluruh rongga hatinya.

"Kenapa?"tanya ruka, kini tatapan keduanya bertemu.

"Hari ini kau lebih banyak berbicara. Tidak dingin seperti biasanya. Aku senang melihatnya." Rita tidak berbohong, ia bahagia sekali ditanggapi oleh ruka.

Ruka hanya tersenyum tipis.

Rita memasukkan bekal untuk ruka ke dalam ransel miliknya seperti biasa.

"Gomawo.,"ucap ruka tiba-tiba saat Rita sudah meletakkan bekal tersebut ke dalam ransel ruka.

Sekali lagi, rita sedikit terkejut. Sungguh ini diluar kebiasaan ruka menurutnya. Namun, rita benar-benar bahagia mendengarnya dan ia mengangguk seraya tersenyum lembut.

Seperginya ruka, Rita masih berdiam diri di tempat nya dengan senyuman di bibirnya.

Hanya beberapa saat, sebelum kemudian ia beranjak, karena akan ke kampus juga.

Ketika berada di kampus pun, sikap Ruka masih tidak berubah. Ia tersenyum dan terkadang mulai menyapa rita duluan.

Yang biasanya ruka hanya akan membuang wajahnya, kini setiap kali mereka berbicara, tatapan ruka terasa melembut.

Hati Rita semakin meleleh.

Ruka juga mulai berani melakukan kontak fisik kepada rita, saat keduanya tengah duduk berdua di taman belakang kampus.

Saat angin bertiup dan membuat rambut rita sedikit berantakan.

Ruka tak segan-segan merapikan anak-anak rambut Rita yang menutupi wajah cantiknya.

Rita bahagia. Ya ampun! Sudah berapa kali ia mengatakan bahwa ia benar-benar bahagia sekali.

Hati Rita semakin meleleh dengan sikap lembut ruka, tatapannya, senyumnya dan perlakuannya.

Bolehkah Rita menaruh harapan pada ruka?

Ia benar-benar bahagia.

Ia menginginkan ruka bersikap seperti ini selamanya padanya.




























Annyeong yeorobun!!

SELAMAT MEMBACA, SEMOGA SUKA.

JAN LUPA⭐

Love is a Bastard (rupha)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang