3. Hukuman

417 73 15
                                    

DANDELION
.
.
.

Happy Reading🤗

💃💃💃

HUKUMAN

***


Isak tangis masih terdengar dari celah kedua bibir Raka, kedua telapak tangannya sudah di perban, pun dengan dagu dan lututnya yang di plester. Tentu saja, Shaka yang mengobati.

"Lain kali, jangan di ulangi lagi ya? Itu tugas Abang, bukan tugas kamu dek. Kalo udah begini, kamu juga kan yang sakit?" Shaka berujar pelan, ingin sekali rasanya dia marah. Tapi untuk apa? Toh, semua udah terjadi.

Tapi melihat Raka yang terus-terusan menangis membuat Shaka tidak tega, ia merasa gagal menjadi seorang kakak.

"KAKI GAK GUNA!" Raka memukuli lagi kedua kakinya, walaupun sesekali meringis karena kedua tangannya yang terluka.

"Raka udah, hentikan. Jangan kaya gini.." Shaka menarik kedua tangan Raka.

"Kalau kamu kaya gini, aku semakin ngerasa gak guna sebagai kakak." kedua mata Shaka berkaca-kaca, demi apapun, kalau bisa, ingin sekali ia menggantikan posisi Raka.

Raka menggeleng ribut, pipinya sudah basah, matanya memerah pun sedikit bengkak. "Abang gak gagal, aku yang gagal jadi adiknya Abang. Maaf, bukannya meringankan, aku malah nambah beban hiks..Abang..."

"Engga, Abang gak anggap tanggung jawab Abang itu sebagai beban dek. Kamu jangan ngomong gitu." suara Shaka sedikit serak dan bergetar.

"Aku beban buat Abang, hiks..."

Shaka menggeleng, seraya menarik tubuh sang adik ke dalam pelukan.

"Kamu adik Abang, bukan beban."

Raka membalas pelukan Shaka dengan begitu erat, menumpahkan tangisan di pundak sang kakak.

Lama sekali Raka menangis hingga tidak sadar tertidur dengan sendiri. Perlahan, tapi pasti, Shaka membaringkan tubuh sang adik di atas ranjang. Ia menatap wajah sang adik yang tengah tertidur, rasanya damai sekali.

"Kamu bukan beban, dek. Kamu gak berhak mengklaim diri kamu sebagai beban." ucapnya pelan seraya mengelus pipi bulat sang adik.

"Jangan di ulangi lagi dek, kamu gak perlu melakukan apa-apa. Bukan Abang gak mau, kamu bantu abang. Tapi Abang takut hal ini terjadi, kamu terluka dan Abang yang kena imbasnya. Bunda pasti marah." dalam hati, ia merasa takut. Apa yang akan terjadi setelah ini? Bunda pasti memarahinya habis-habisan. Belum lagi dengan bang Zaki dan bang Liam.

Ya, semenjak hari itu, hari yang dimana membuat Raka lumpuh total. Baik Liam maupun Zaki, seolah mengibarkan bendera perang.

"Tuhan, selamatkan aku.."

***

Benar saja, baru hari pertama sekolah, Sean sudah mendapatkan tiga teman. Saat ini, mereka berempat sedang berada di kantin sekolah.

"Gue titip bakso sama es teh manis satu." ujar lelaki berperawakan tinggi, yang Sean bilang 'Tiang Listrik ke 2 setelah, bang Zaki' Rey, namanya.

DANDELION (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang