4. Tak tersisa

497 71 36
                                    

DANDELION

.
.
.

Happy reading🤗

💃💃💃

TAK TERSISA

***

Sudah 2 tahun berlalu, semenjak kejadian dimana Shaka di hukum oleh bunda. Kedua tangan lelaki itu, di pukul oleh stick golf milik Ayah.

Dua hari dua malam, Shaka deman, kedua tangannya membengkak. Jangan tanya bagaimana bentuknya saat itu, yang pasti, siapa pun yang melihat kondisi Shaka pasti meringis.

Namun sekarang tidak lagi, walaupun masih terlihat sedikit bekasnya. Yaitu sayatan memanjang, bekas jahitan. Namun rasa sakit itu sudah tidak ada lagi. Keadaan nya baik-baik saja sekarang.

"Juan, nanti sore kamu jangan menyalakan kompor ya? Tabung Gas nya bocor. Kalau kamu dan adik-adik kamu mau makan, beli saja nasi bungkus. Ini uang nya." Lia, memberikan uang, 50ribu satu lembar dan 20ribu satu lembar. Juan hanya manggut-manggut.

Saat ini, kondisi meja makan sangat hening. Semuanya sibuk memakan sarapan mereka, kecuali Shaka. Lelaki itu tengah sibuk menyuapi Raka.

Entahlah, dari kemarin Raka begitu manja kepadanya. Tapi, Shaka tak masalah. Justru ia senang.

"Abi berangkat," ia yang pertama menghabiskan sarapan, lelaki yang lengkap memakai atribut sekolah itu, terlihat terburu-buru.

Oh iya ngomong-ngomong, soal Abi, lelaki itu saat ini sudah berada di tingkat paling akhir SMA. Begitu pun dengan Sean, kembaran Shaka itu, sebentar lagi akan memasuki masa-masa SMA.

Zaki yang berada di kelas 2 SMA, Liam yang berada di kelas 1 SMA. Pun dengan Juan, lelaki itu sudah bekerja, di sebuah cafe. Bunda? Wanita itu, masih bekerja di pabrik.

Jangan tanya Shaka dan Raka, kedua lelaki itu hanya berdiam diri di rumah. Tidak, lebih tepatnya, hanya Raka. Karena Shaka, tidak ada yang berubah dari lelaki itu. Setiap hari kerjaannya, mengurusi Raka, membereskan rumah pun mencuci pakaian bunda dan saudara-saudaranya yang lain.

Capek? Tentu saja, tapi Shaka tidak ingin mengeluh.

"Bang, jadi kan habis ini kita belajar?" tanya Raka, Shaka yang tengah mencuci piring itu menoleh ke arah Raka.

"Jadi kok, kan Abang udah janji semalem."

Ngomong-ngomong, bunda dan yang lainnya sudah berangkat. Kecuali Juan, yang masih berada di dalam kamar.

"Yeay, seenggaknya walaupun aku gak sekolah tapi aku masih bisa belajar sama Abang."

Di tempatnya, Shaka tersenyum miris. Sekolah? Ia, ingin merasakannya lagi.

"Shaka..." panggil Juan, Shaka yang kebetulan telah beres mencuci piring itu menoleh ke arah Juan.

"Iya bang?"

"Gue berangkat kerja dulu, lo jagain Raka di rumah. Jangan pergi kemana-mana, kalau butuh sesuatu tunggu Abi dan yang lainnya pulang. Ngerti?"

Shaka mengangguk. "Iya, bang."

"Yaudah gue berangkat, kalian jangan nakal. Raka, Abang pergi kerja dulu ya. Jangan nakal, nurut apa kata Shaka."

DANDELION (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang