Bab 8 : Melodi Desa Ranum

20 16 13
                                    

🌷 HAPPY READING🌷

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌷 HAPPY READING🌷

• • •

• •

Ketiga gadis itu akhirnya tiba di gerbang Desa Ranum, setelah menempuh perjalanan selama tujuh jam. Di atas gerbang, tertulis jelas "Desa Ranum", sebuah tempat yang menyuguhkan pemandangan asri nan mempesona.

“Wah, indah banget!” seru Allisya, matanya berbinar melihat pemandangan desa yang begitu bersih dan rapi.

Rumah-rumah tradisional berdiri kokoh dengan arsitektur khas yang sangat memikat. Jalan-jalan kecil berkelok di antara hamparan sawah yang menghijau, menciptakan suasana damai dan sejuk.

“Gea, ini beneran desanya?” tanya Azizah dengan nada penuh keraguan.

Geisha mengangguk mantap. “Iya, ini bener. Gue udah tiga kali ke sini, terakhir waktu SMP.”

Azizah melongo. “Cuma tiga kali? Nggak sering-sering jenguk nenek kamu di sini? Kalo aku jadi nenek kamu, udah dikutuk jadi batu!” celetuknya dengan nada bercanda, tapi serius.

Geisha tertawa kecil. “Kutuk jadi batu? Ini bukan cerita Malin Kundang, Zi. Lagian, gue kan sibuk. Orang tua sering ke luar kota, jadi gue jarang bisa ke sini.”

Azizah menghela napas panjang sambil melihat keluar jendela mobil. “Ya udah deh, gue diem aja.”

Allisya, yang sejak tadi duduk
diam, perlahan menoleh ke luar jendela, terpukau oleh panorama alam yang memanjakan mata.
Jalanan yang mereka lalui masih berupa tanah berbatu, belum beraspal, namun mobil tetap melaju mulus di antara hamparan sawah hijau yang membentang sejauh mata memandang.

Pohon-pohon cemara berjejer rapi
di sepanjang jalan, menghadirkan keteduhan dan kesegaran alami bagi setiap penumpang yang melintasi rute itu.

Suara gemericik air dari aliran irigasi sawah terdengar lembut, menambah kesan damai dan menenangkan.

Di atas sawah, burung-burung kecil berkicau riang, terbang rendah di antara tanaman padi yang bergoyang pelan diterpa angin. Di kejauhan, sebuah gunung menjulang tinggi, menjadi latar belakang yang megah dan menakjubkan.

Pemandangan ini sungguh memesona, seperti lukisan alam yang hidup, menyejukkan hati siapa pun yang melihatnya.

“Gila, keren banget sih,” gumam Azizah pelan, lebih kepada dirinya sendiri.

Tiba-tiba Azizah berseru dengan suara lantang, “Guys! Lihat deh, ada angsa!” suaranya begitu antusias, membuat Allisya reflek menoleh ke arah yang ditunjukkan Azizah.

The Love and DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang