Bab 5 : Sarung yang Tertinggal

126 100 47
                                    

🌷 HAPPY READING🌷


• • •

• •

Saat kedua pemuda itu tiba di depan pintu masjid, mereka melangkah dengan hati-hati, merasakan kesejukan yang memancar dari bangunan suci tersebut. Namun, ketika mereka hendak memasuki masjid, suara dering ponsel tiba-tiba terdengar, memecah keheningan sore itu.

Salah satu dari mereka segera menghentikan langkahnya, mengeluarkan ponsel dari saku. Setelah melihat layar sebentar, ia mengangkat panggilan tersebut.

"Sebentar ya," katanya kepada temannya, sambil melangkah sedikit menjauh untuk menjawab telepon.

"Hallo, Imam!" suara di ujung telepon terdengar akrab.

"Iya, ada apa?" jawab Imam sambil mengalihkan pandangan ke sekitar masjid.

"Lo di mana?"

"Saya udah di depan masjid, kamu di mana?" tanya Imam, matanya melirik pintu masjid yang terbuka.

"Sebentar lagi gue sama Hafizh nyampe," jawab suara itu sebelum panggilan ditutup.

Imam memasukkan ponselnya kembali ke saku dan menoleh ke Azzam, yang berdiri di sampingnya. Mereka berdua lalu menuju tempat wudhu, membasuh diri dengan air sejuk yang mengalir, mempersiapkan diri untuk masuk ke dalam rumah Allah.

Tak lama kemudian, Adam
dan Hafizh tiba, mobil mereka
perlahan memasuki area parkir
yang terletak di samping masjid. Setelah mematikan mesin, keduanya keluar, menatap masjid yang berdiri megah di hadapan mereka, siluetnya tampak indah di bawah langit yang mulai meredup.

Tanpa banyak bicara, Adam dan Hafizh berjalan menuju tempat wudhu, merasakan kesejukan air yang mengalir di antara jari-jari mereka, menyucikan diri sebelum bersujud dalam kekhusyukan di hadapan Sang Pencipta.

🥞🥞🥞

Di sisi lain, Allisya, Geisha, dan
Azizah sudah sampai di depan
masjid. Dengan cepat, mereka
menuju tempat wudhu khusus
wanita untuk menyucikan diri sebelum masuk ke dalam.

Geisha dan Azizah sudah lebih dulu selesai berwudhu, dan kini mereka duduk di dalam masjid, menunggu Allisya. Sementara itu, Allisya masih meniti anak tangga menuju pintu masjid, langkahnya tenang dan hati-hati.

Di saat yang hampir bersamaan, Adam dan Hafizh baru saja menyelesaikan wudhu mereka. Keduanya bergerak menuju tangga masjid dengan langkah yang teratur. Namun, ketika mereka mulai menaiki tangga, tiba-tiba Adam tidak sengaja menginjak kaki Hafizh yang berada di depannya.

Hafizh tersentak merasakan sakit di kakinya, dan tanpa berpikir panjang, ia membalas dengan menginjak
kaki Adam sebagai bentuk protes. Keduanya saling bertatapan sejenak, ekspresi kesal tampak jelas di wajah mereka, meski tanpa kata-kata.

Tiba-tiba, Adam yang merasa
kesal, menyenggol Hafizh pelan.
Namun, karena Hafizh mengenakan
sarung, senggolan itu membuatnya tersandung dan jatuh tepat di depan Allisya yang sedang menaiki tangga.

Bruk!

Allisya terkejut melihat seorang pemuda jatuh di depannya. Matanya melebar, tidak menyangka kejadian ini akan terjadi begitu tiba-tiba.
Adam dan Hafizh, yang tadinya
hanya bercanda, kini merasa malu luar biasa.

Hafizh segera bangkit, wajahnya merah padam. Namun, dalam kekacauan itu, sarungnya terlepas, menambah kekonyolan situasi. Adam, yang menyadari apa yang terjadi, segera berpaling dan berjalan cepat meninggalkan Hafizh, menahan rasa malu karena merasa bersalah.

The Love and DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang