Sudah tiga tahun lamanya Kerajaan Valencia hidup serba pas pasan. Mereka harus pintar pintar berhemat. Anggota kerajaan memuar otak agak roda perekonomian kerajaan tetap berputar. Mereka tidak punya banyak harta yang tersisa setelah perang tiga tahun lalu. Karena harta benda mereka dirampas musuh. Belum lagi tanggungan hutang yang harus mereka bayar.
Reneta termenung di dekat jendela. Menatap orang orang yang tengah memerah susu sapi. Bohong kalau ia bilang tidak sedih. Dahulu, kerajaan mereka makmur dan damai. Namun setelah petaka tiga tahun lalu yang menelan puluhan nyawa, mereka harus bekerja keras sepuluh kali lipat. Reneta benci kenyataan bahwa dia tidak bisa membantu banyak. Paling paling hanya mengajari beberapa gadis untuk membuat kerajinan tangan dari benang wol, atau melukis pot pot keramik.
Wajah cantiknya bertumpu pada kedua lutut. Memperhatikan orang bekerja sambil memikirkan apa lagi yang bisa ia bantu untuk menjalankan roda ekonomi. Saat Sang Putri tenggelam dalam lamunan panjang, kakak lelakinya, Elmer masuk. Membawa nampan berisi segelas susu hangat dan beberapa kukis. Ia tahu, dibalik ketenangan Reneta, ada pikiran yang berkecamuk riuh. Memikirkan banyak hal, terutama masa depan kerajaan.
"Apa yang sedang kau pikirkan? Anak kecil tidak boleh terlalu banyak berpikir," katanya, membuat Reneta tersentak.
Ia menurunkan kedua kaki, menatap kesal Elmer. "Aku bukan anak kecil lagi, Kakak. Dua puluh dua tahun adalah usia orang dewasa."
Elmer menyodorkan nampan yang ia bawa kepada Reneta. Lalu mengambil sebuah kukis untuk dimakan sambil menikmati pemandangan dari jendela kamar si adik. "Kalau memang bukan anak anak, bukankah sudah pantas untuk menikah?"
Wajah Reneta berubah masam. Ia mendelik kesal pada sang kakak. "Aku tidak berpikir untuk menikah. Kenapa bukan Kakak yang punya posisi sebagai putra mahkota saja yang menikah? Tidak baik seorang adik mendahului kakaknya. Lagipula, kerajaan ini butuh pewaris."
Elmer menghela nafas. "Entahlah. Fakta bahwa aku adalah Raja setelah Ayah, membuatku sedikit terbebani. Reneta, apa menurutmu, aku bisa menjadi Raja yang sebijak Ayah? Atau aku akan mengacaukan semua hasil kerja keras Ayah? Kau sendiri tahu, menjalani kehidupan di Valencia bukanlah hal yang mudah sekarang."
Reneta tersenyum indah, menepuk bahu kakaknya. "Kau itu bukan orang bodoh, Elmer. Aku yakin, kepalamu menampung banyak sekali ide ide brilian yang dapat direalisasikan ketika takhta jatuh padamu nanti. Aku percaya, kau akan menjadi Raja yang lebih baik dari Ayah."
"Itu agak mustahil sebenarnya. Mengingat kondisi Valencia saat ini... entahlah. Aku seperti hilang harapan, Reneta."
"Lihat mereka." Reneta mengarahkan pandang pada para pekerja. Elmer mengikuti arah pandang adiknya. "Mereka berharap mendapatkan kehidupan yang makmur dan damai dari kita. Kau adalah raja masa depan Valencia, Elmer. Bagaimana nasib mereka kalau calon rajanya belum belum sudah hilang harapan?"
"Tapi, kita... kau tahu sendiri bagaimana kondisi kita, Reneta. Valencia hanya kerajaan kecil yang ingin mendapatkan kedamaian hidup. Tapi iblis iblis itu menghancurkan ketenangan kita, dengan serakah mengambil apa yang menjadi hak kita. Aku benci fakta itu. Fakta bahwa meski sudah terjun ke medan perang dan terluka parah, aku tetap gagal menjaga apa yang menjadi milik kita. Di masa depan... apa aku bisa menjaga kerajaan kita?"
"Kondisi kita memang sulit. Tapi Elmer, apakah... kau percaya pada keajaiban?"
Elmer mengerutkan alis. Reneta memang tumbuh besar bersama dongeng dongeng. Tak heran kalau ia mempercayai hal hal yang agak diluar nalar manusia. Seperti keajaiban. Realitanya, mereka hidup di kerajaan kecil yang hampir runtuh, tapi Renata masih percaya pada keajaiban?
"Kita tidak sedang hidup di negeri dongeng, Tuan Putri."
"Aku tahu. Aku tahu hal itu tanpa kau harus mengingatkannya. Tapi aku percaya pada Tuhan, Elmer. Entah bagaimana, hatiku yakin sekali, akan datang keajaiban yang mengubah nasib Valencia. Dan aku sedang menanti hari itu datang. Kita punya Tuhan yang tidak tidur, kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Marry The Crown Prince
FantasyReneta Aubreya tidak punya pilihan selain menikah dengan seorang pangeran mahkota yang dingin bernama Sebastian Julian. Kerajaannya berhutang pada kerajan itu, nasib rakyat berada di tangannya. Mau tidak mau, Putri Reneta harus merelakan mimpinya un...