8. Strategy

60 11 39
                                    

Jenis jenis wewangian berjejer pada nampan yang kemudian diletakkan pada meja tepat di hadapan Reneta. Membuat istri Sebastian itu menoleh bingung pada kepala pelayan. Dia tidak merasa memberikan mereka perintah untuk membawakan jenis jenis wewangian macam ini. Tak lama kemudian, nampan nampan lain berisi lulur tubuh dan camisole datang menyul. Ikut memenuhi kamar.

"Bibi, apa maksudnya semua ini? Aku tidak merasa meminta dibawakan parfum, pakaian tidur, dan perawatan tubuh ini?"

Kepala pelayan berdehem. Kemudian memberi isyarat agara seluruh pelayan keluar dari kamar dan menutup pintunya rapat rapat. "Begini, Yang Mulia, semua benda yang kami bawakan hari ini adalah atas titah Yang Mulia Raja."

"Yang Mulia Raja? Kenapa Ayah menyuruh kalian membawa semua ini? Aku tidak minta," tanya gadis bergaun biru keheranan.

"Itu..." Kepala pelayan terlihat seperti ragu ragu. "Berita tentang Putri Mahkota dan Pangeran Mahkota yang belum melakukan malam pertama sudah tersebar luas. Yang Mulia Putri dan Yang Mulia Pangeran menjadi buah bibir di istana. Kalua dibiarkan lebih lama, rumor buruk ini bisa tersebar sampai ke luar istana. Dan itu bukanlah hal yang baik, Yang Mulia."

Reneta menepuk keningnya sendiri. Astaga. Hal sekecil malam pertamanya dengan Sebastian pun sampai harus diketahui seluruh penjuru istana. Seperti tidak ada lagi sekat yang membatasi kehidupannya dengan semua orang yang hidup atau bekerja di istana ini. Huh, sungguh mengesalkan!

"Jadi? Apa hubungannya malam pernikahan kami dan benda benda ini?"

"Yang Mulia Raja memerintahkan kami untuk memastikan Yang Mulia Putri tampil cantik dan wangi setiap malam, dan memastikan Yang Mulia Pangeran tidur di kamar ini mulai sekarang."

Mata beriris coklat Reneta membulat. Apa? Yang benar saja! Jadi secara tidak langsung, mereka memaksa Reneta dan Sebastian melalui malam pertama, begitu? Yaampun, kepala Reneta tiba tiba berat. Ini agak berlebihan. Memberikan pewaris adalah tugas mereka berdua, tapi tidak bisakah orang orang ini bersabar sebentar? Mereka baru saja menikah, sebab politik pula, kenapa tidak membiarkan pasangan suami istri itu saling terbiasa dan membangun bonding yang kuat lebih dulu?

"Bawa saja semua ini keluar. Aku tidak membutuhkannya," perintah Reneta.

"Maaf, Yang Mulia Putri, kami tidak bisa membantah perintah Yang Mulia Raja. Lagipula, sebentar lagi malam. Saya dan beberapa pelayan lain bertugas mendandani Yang Mulia Putri malam ini."

"Aku bisa berdandan sendiri."

"Tapi Yang Mulia Raja ingin saya memastikannya sendiri. Mohong pengertiannya, Yang Mulia. Karena kabar keretakan hubungan Yang Mulia Putri dan Yang Mulia Pangeran bukanlah hal yang baik. Apalagi kalau sampai didengar oleh orang yang tidak suka pada Putri dan Pangeran."

👑💍👑💍

"Tidak! Katakan pada Ayah bahwa aku tidak mau tidur dengan perempuan penggoda itu!" tolak Sebastian setelah Leonardo- kesatria kepercayaannya dan tangan kanan Raja menyampaikan perintah.

"Jaga mulutmu, Bung! Putri Reneta bisa sakit hati kalau mendengar," peringat Paul menyenggol bahu sepupunya.

"Aku tidak peduli. Aku tidak suka padanya, Paul!"

"Bukan tidak suka padanya, kau hanya menyangkal rasa sukamu padanya. Berhentilah bertingkah bodoh, Sebastian. Tidak ada yang salah dengan jatuh cinta pada Putri Reneta, karena dia adalah istrimu."

"Tidak. Aku tidak akan pernah jatuh cinta dan kemudian menjadi lemah."

Paul jadi geram bukan main. Ia meremas udara di sekitar wajah Sebastian. "Kalau kau bukan Pangeran Mahkota dan penerus Emerald, percayalah aku akan membenturkan kepalamu ke dinding beton ini, bodoh!" umpat Paul.

"Bicaralah yang sopan pada Pangeran Mahkota. Kau tidak ingin aku memerintahkan prajurit untuk memberimu hukum cambuk, kan?" Sebastian semakin tengil, menambahkan senyum miring andalannya.

"Pergi saja kau ke neraka!" amuk Paul. "Lihat orang bodoh ini, Leonardo. Ingat kata katanya hari ini. Kalau suatu saat dia jatuh cinta pada Putri Reneta, kau harus ada di pihakku untuk mengejeknya habis habisan!"

Leonardo hanya bisa menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Bingung harus menjawab apa. "Ini sudah malam, Yang Mulia. Anda harus kembali ke kamar," beri tahu Leonardo.

"Tidak. Biarkan saja perempuan itu disana!" tampaknya ia masih begitu kekeh dengan prinsip bodohnya.

"Ayo seret dia, Leo. Aku akan membantu tugas yang diberikan Paman padamu malam ini." Dengan tangkas, Paul memegang sebelah lengan Sebastian, dan yang lainnya dipegang oleh Leonardo. Kemudian Pangeran Mahkota yang memberontak itu diseret paksa ke kamar dimana pengantinnya sudah menunggu.

"Lepaskan aku! Sialan kau Paulus! Beraninya kau menyeret Pangeran Mahkota seperti ini!"

"Kenapa aku harus tidak berani? Ingat, Paman masihlah penguasa nomor satu di kerajaan ini sebelum kau naik menjadi Raja. Dan mustahil bagimu naik takhta tanpa pewaris," balas Paul.

Leonardo dan Paul kemudian mendorong Sebastian ke kamarnya, lalu mengunci pintu rapat rapat. "Jangan pernah berpikir untuk melarikan diri lewat jendela, Yang Mulia. Karena saya sudah menugaskan penjaga disana kalau kalau anda berusaha melarikan diri," kata Leonardo sebelum menjauh dari sana sambil ber-tos ria dengan Paul. Misi berhasil.

"Sialan kalian!" Sebastian menendang pintu.

"Jangan mengumpat di depanku. Aku tidak suka dengan pengumpat," sahut Reneta. Gadis itu menyilangkan kedua tangan di dada.

Oh my... tidak tidak tidak! Otak Sebastian menyuruh matanya untuk berhenti memperhatikan tubuh indah Sang Putri dalam balutan camisole tipis warna merah muda di depannya. Tapi matanya tidak mau bekerja sama. Sialan memang!

Reneta tersenyum congkak, sadar bahwa Sebastian sedang memperhatikan lekuk tubuhnya yang memang terpahat begitu sempurna. "Kenapa? Apa sekarang Anda sedang terpesona pada tubuh saya, Yang Mulia?"

"T-t... tidak! T-tidak! Siapa yang terpesona?! Aku hanya heran saja. K-kau terlihat seperti gadis penggoda. Iya... itu! Ini pasti siasatmu kan, untuk membuatku luluh? Oh, tidak! Aku tidak akan luluh semudah itu." Sebastian melarikan pandangannya. Kemana saja asal bukan tubuh molek Reneta yang membuatnya mengumpat.

Reneta terus mendekat, sampai Sebastian terduduk di ranjang mereka sambil meneguk ludah kasar. "K-kau! Jangan berani mendekatiku!"

"Memangnya kenapa kalau aku mendekatimu?" Reneta menurunkan sebelah tali camisole nya, sengaja menggoda. "Atau, haruskah aku memperkosamu di ranjang kita, suamiku?"

"Jangan gila!" Memutari sisi ranjang yang lainnya, Sebastian kontan berdiri panik. Wajahnya merah padam sampai ke telinga. "J... j... j-jangan berani kau menodai kesucianku!"

"Ya kalau begitu tiduri aku!"

"Aku tidak minat menidurimu!"

"Tapi kau harus meniduriku!"

"K-kau... astaga!"

Sebagai perempuan independen yang penuh dengan inisiatif, Reneta mengulurkan tangan untuk melepas pakaian formal Sebastian, yang langsung ditangkis dengan panik. "Kenapa lagi?! Ayo aku bantu lepas pakaian!"

"Reneta! Kau gila?!"

Dengan wajah cemberut dia melotot garang. "Kita ini suami istri, dan keraajaanmu butuh penerus. Ayo, lepas semua pakaianmu, suamiku!"

Ini baru hari pertama setelah perintah ayahnya. Sebastian tidak tahu apa dia bisa hidup dengan umur panjang atau tidak setelah ini. Yang pasti, dia tidak akan kalah dari Reneta. Dasar perempuan sinting! 











Tebak, siapa yang memenangkan pertempuran ini?

Makasih untuk vote dan komennya yaaa. Jangan bosen bosen sana Reneta dan Sebastian.

Aku sayang kalian 🤍🐰

Marry The Crown PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang