7. Cocky Prince and Ambitious Princess

60 14 25
                                    

Wajah putri menekuk kesal. Menatap penuh permusuhan pada Sebastian yang memasang wajah tanpa dosa. Tadi pagi, ia terbangun sendirian di ranjang pengantin. Laki laki yang menjadi suaminya tidur di sofa yang cukup lebar di kamar mereka. Sama sekali tidak menyentuh sisi lain tempat tidurnya.

Reneta tidur dalam keadaan dingin karena memakai baju tipis yang sebenarnya disiapkan untuk malam pengantin. Tak sengaja tertidur setelah menunggu Sebastian berjam jam. Entah jam berapa laki laki itu kembali ke kamar.

"Ada apa, istriku? Apa makanannya tidak cocok di lidahmu? Perlukan aku minta pelayan membawakan menu lainnya?" Sebastian bertanya dengan sok perhatian. Menghadirkan senyum penuh arti dari pasagan Raja dan Ratu, juga kedongkolan di hati Reneta.

Ia pun mengikuti alur permainan Sebastian. "Tidak perlu, suamiku. Aku suka dengan semua menunya. Aku suka semua tentang Emerald, karena ini... adalah rumahku sekarang." Ia tersenyum miring ke arah Sebastian. Sengaja. Ingin menegaskan bahwa laki laki itu tidak akan pernah bisa lari kemanapun.

Usai sarapan, Reneta langsung menyeret paksa Sebastian yang dengan pasrah mengikuti langkah kesalnya ke kamar pribadi mereka. Semua pelayan diminta keluar. Pintu ditutup kasar. Reneta menatap suaminya tajam sambil bersedekap, memutari tubuh Sebastian yang masih tenang di bawah tatapan tajamnya.

"Ada apa?"

"Ada apa?! Kau masih bisa bertanya padaku ada apa?! Yang benar saja!" Reneta berteriak frustasi. "Kemana saja kau tadi malam, su-a-mi-ku?!" tanyanya menekan tiap suku kata terakhir.

"Apa urusannya denganmu?"

Darah Reneta mendidih, naik ke ubun ubun. Sebenarnya, Tuhan sedang memikirkan apa saat berencana menjodohkan mereka? Kenapa pernikahan yang belum genap berumur sehari ini sudah menguras banyak emosi dan kesabaran Reneta?

"Tentu saja menjadi urusanku! Aku sudah menunggumu disini dengan pakaian tipis yang diberikan para pelayan. Sampai aku tertidur dan bangun di pagi hari, kau bahkan tidak kembali, Pangeran Mahkota Emerald. Kau meninggalkan pengantinmu di malam pertama. Dan memilih sofa! Bagaimana mungkin ini bukan urusanku, kalau sialnya akulah yang menjadi istrimu!"

"Dengar, Putri. Aku tidak tertarik untuk tidur denganmu. Dan ingatlah satu hal, pernikahan ini hanya pernikahan politik semata. Jangan pernah mengharapkan cinta dariku," tegas Sebastian tak ingin Reneta menaruh harap barang setitik.

"Hati manusia gampang berubah, Pangeran. Hari ini kau bisa bilang tidak sudi tidur denganku, siapa yang tahu kalau di masa depan kau tidak bisa tidur tanpaku?" Reneta maju selangkah dan agak berjinjit, mendekatkan wajah mereka.

"Sayangnya aku sama sekali tidak terpikat dengan kecantikanmu. Maaf." Sebastian tersenyum miring. Sneyuman yang membuat Reneta jengket.

Ia pun menahan tengkuk Sebastian. Masih dengan tatapan tajam, kemudian berbisik lirih di depan bibir si Pangeran. "Mari lihat, apa kau benar benar mampu menolak istrimu, Pangeran."

Labium mereka bertemu. Reneta kemudian melancarkan ciuman payah dan amatir. Ciuman yang membuat Sebastian terkekeh geli. Ia menjauhkan wajah keduanya, menatap remeh renata yang wajahnya kini telah memerah.

"Ciumanmu terlalu payah untuk memikatku, Putri."

"Kau..." Reneta kehabisan kata, malu setengah mati. Mau bagaimana lagi, ia memang tidak pernah menjalin hubungan dengan lelaki manapun sebelumnya. Masalah di Valencia menyita penuh atensi Reneta untuk menjalin kasih dengan laki laki sebelum Sebastian.

"Biar aku tunjukkan cara yang benar untuk berciuman." Belum sempat mencerna, bibir Reneta sudah dibungkam labium Sebastian yang lembut.

Ia mengarahkan kedua tangan Reneta untuk melingkari lehernya. Sedang satu tangannya mengelus sensual pinggang, dan yang lainnya menahan kepala perempuan itu agar tetap pada tempatnya. Sebastian mendorong dorong lidahnya, membuat Reneta otomatis membuka mulut. Lidah yang sama kemudian mengajaknya berperang.

Marry The Crown PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang