Warning: This chapter contains mature scene.
Jangan pada nyengir lo lo pada. Dari awal, cerita ini tanda mature nya on, cerita pernikahan juga, jadi anak anak gak seharusnya ada disini. Yang belum ada KTP minggat aja sana hus hus.
***
Seumur hidupnya, Reneta tidak pernah merasa se-terhina ini. Hanya Sebastian seorang yang berhasil membuatnya merasa begitu tidak berharga. Disaat orang lain begitu mengidolakan dan mendambakannya, Sebastian malah mati matian menolak menidurinya, padahal ia sudah merendahkan harga diri serendah rendahnya. Sialan memang!
Tahu apa hal yang lebih gila? Saking tidak mau meniduri Reneta, Sebastian sampai melukai jarinya sendiri, meneteskan darah itu seolah olah sebagai darah kesucian Reneta yang telah ia renggut. Sebastian sialan! Bagaimana Reneta tidak mengumpati suaminya itu, kalau kelakuannya tidak ada yang membuat hati senang?!
"Ingat, aku tidak mau ada orang yang tahu kalau kita belum tidur bersama. Kau harus menjawab bahwa kita sudah melakukannya, sebelum Ayah bertindak lebih jauh."
Sebagai bentuk balas dendam, ia bersumpah pada diri sendiri, akan terus menggoda Sebastian sampai laki laki itu merayunya sendiri untuk menyatukan raga mereka. Lihat saja! Kalau Sebastian tidak punya wanita lain, seharusnya rencana pembalasan dendam ini akan berjalan sangat mudah.
"Halo, kakak ipar. Sedang apa sendirian disini?" Reneta menoleh ke sebelah kiri, seorang laki laki dengan rambut kemerahan berdiri tersenyum miring yang tidak sopan. Itu James, saudara tiri Sebastian.
Menangagguk formalitas, Reneta tersneyum seadanya. "Ah, ya. Hanya menikmati taman sambil minum teh."
"Sendirian? Kenapa gadis secantik kakak ipar harus duduk sendirian disini? Kemana suamimu?" Tanpa sopan santun atau meminta izin, James duduk di kursi kosong seberang Reneta.
"Pangeran..." pelayan pribadi Reneta coba menegur, namun dibalas tajam oleh James.
"Diamlah kau, pelayan rendahan! Aku hanya coba mendekatkan diri dengan kakak iparku. Dimana salahnya?!"
"Anda tidak pantas bicara begitu padaya, Pangeran James!" tegur Reneta keras. Dia paling tidak bisa dengan kesombongan para bangsawan terhadap orang orang yang bekerja untuk mereka. "Walaupun anda seorang Pangeran, tetap tidak pantas memanggilnya seperti itu. Apalagi dia bekerja untuk saya, Putri Mahkota."
James menggertakkan gigi dengan tidak suka. Ia bangkit dari kursi dengan tatapan nyalang ke arah Reneta. "Dengar, gadis bodoh. Kau itu dijual oleh negaramu untuk melunasi hutang kalian! Jangan kau pikir hubunganmu dan Sebastian akan baik, dia itu serakah atas kekuasaan! Dan kau, dia akan menyingkirkanmu sebentar lagi, setelah mendapat pewaris!"
"Suami saya bukan laki laki seperti itu, Pangeran. Anda tidak perlu menilai pernikahan kami, karena itu adalah ranah pribadi yang tidak seharusnya dicampuri oleh orang lain."
James tertawa sarkas. Entah mendapat keberanian dan sifat kurang ajar dari siapa, ia mencengkram dagu Reneta kencang sampai istri Sebastian meringis. "Dengar, Putri. Kau hanya gadis malang yang dipungut oleh kerajaan ini. Dan Sebastian, dia itu bajingan. Dia lebih buruk dari citranya yang kau tahu selama ini. Jadi, kenapa kita tidak menjalin asmara saja, hm? Aku bisa memuaskanmu lebih dari dia."
"Pangeran, jaga bicara anda! Anda sedang bicara dengan Putri Mahkota!" teriak pelayan pribadi Reneta-Karen.
"DIAM KAU SIALAN!" Tatapannya kembali jatuh pada Reneta yang berusaha melepaskan diri dari cengkramannya. "Aku bisa membayangkan betapa indahnya tubuh di balik gaun ungumu itu, Putri. Pasti kulitmu begitu halus. Aku bahkan bisa mencium aroma tubuhmu yang memikat dari jarak ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Marry The Crown Prince
FantasyReneta Aubreya tidak punya pilihan selain menikah dengan seorang pangeran mahkota yang dingin bernama Sebastian Julian. Kerajaannya berhutang pada kerajan itu, nasib rakyat berada di tangannya. Mau tidak mau, Putri Reneta harus merelakan mimpinya un...