Pagi-pagi sekali azzura bangun dari tidurnya karena ia harus mengerjakan tugas kuliahnya, ia harus menahan rasa kantuknya demi sebuah nilai yang mungkin tidak ada guna untuk dirinya.
Azzura mengambil jurusan ilmu komunikasi dan sekarang sudah memasuki semester enam.
Gadis kecil itu tinggal sendirian di tengah kota yang ramai, ia harus rela meninggalkan ibu dan bapak nya di bandung demi bisa berkuliah di kampus impiannya.
Tangan kecil itu menari di atas laptop nya dengan sangat lincah, azzura bukan lah murid yang malas sebenarnya, ia hanya suka mengerjakan tugas pada waktu dedlane saja karena, katanya itu lebih menantang.
Setelah semua nya beres, azura mulai bersiap-siap untuk berangkat ke kampus, ditemani dengan muncul nya matahari. azzura berangkat dengan niat yang baik bismillah semoga bisa di notic pak dosen ganteng, kata nya dalam hati.
Kaki azzura sudah menapaki are kampus yang cukup ramai, di tengah langkahnya azzura merasa ada yang memanggil namanya.
"Zuraaa, Azzuraaa " panggil salah satu mahasiswi di sana, yang berhasil membuat azzura menoleh melihatnya
"Iiihh gak usah teriak-teriak gituh napah" kata azzura sedikit mendecih sebal
Siswi bernama dinda itu hanya bisa tercengir "heheh bareng dong masuk kelasnya, kalo sendirian gini keliatan jomblonya tau"
Azzura memutar bola matanya malas, walaupun itu benar tapi bisa tidak usah di perjelas kalo azzura itu jomblo?
" eh tau gak loh?" Kalo sudah mengatakan ini pasti ada informasi penting yang mau di sampaikan.
"Kenapa?"
"Ternyata pak riko itu udh merrid Ra" ucap dinda memberitahu bahwa dosen yang azzura sebut dosen ganteng itu sudah menikah
" kapan? Kok gua gak di undang?"
pupus sudah harapan Zura menjadi istri seorang dosen muda seperti cerita yang ia baca di novel.
"Yee penting banget harus ngundang loh" ujar dinda
"Iya lah, kan gue sebagai mahasiswa tersayang nya wajib tau itu" ucap azzura pede, sebenarnya ia hanya bercanda
"Elehh, kesayangan yang selalu ngerjain tugas lelet trus"
"Bukan lelet din,tapi yang selalu tepat waktu." Kata zura membenarkan
"tapi yaa ra, untung aja masih ada presma sebagai calon masa depan gue, jadi gua gak sedih-sedih amat di tinggal nikah pak dosen" ucap dinda sambil tersenyum-senyum sendiri
"Presma itu siapa?Anak mana?"
Senyum dinda memudar ia melirik ke azzura dengan tatapan heran "presma itu presiden mahasiswa Azzura, masa lu gak tau sih, ketua BEM kampus"
"Oh ketua BEM, siapa emng nya?" Tanya
azzura lagi"Lu serius gak tau? Lu kemana aja sih zura, masa gak tau presma kita sih" ucap dinda tidak percaya, tapi menurut azzura itu lebay.
Bagaimana azzura bisa tau jika ia hanya bergulat dengan tugas kampusnya, terlebih azzura juga tidak kenal banyak orang di sini, karena kota ini bukanlah kota kelahirannya.
"Nah nah yang itu tuh orang nya, namanya kak aldan" tunjuk dinda pada seseorang yang sedang tersenyum lepas menanggapi ocehan teman-temannya.
Azzura memperhatikan pemuda itu dari jauh, ia merasa tidak asing dengan wajah itu, seolah pernah bertemu sebelumnya, oh jelas toh mereka satu kampus.
Saat tengah asik berjalan, azura dan dinda di hadang oleh pria yang tidak di kenal
"Azura yah?" Tanya pria itu bernama dito
"Iya kenapa?"
Dito tersenyum "nih buat kamu ra" dito memberikan sekotak susu dan roti buat azura
"Loh buat gua mana?" Tanya dinda
"Hmm gak ada" jawab dito enteng yang membuat dinda berdecih sebal
Azura mengambil susu dan roti itu, lumayan rezeki gak boleh di tolak
"Ra kaki kamu sakit gak" tanya dito tiba tiba
Zura yang kebingungan pun hanya menjawab "Enggak"
"Bisa jalan ra?"
"Bisa"
"Kapan Ra?" Senyum dito mengembang sempurna"Hooekkk, najiss alay banget" ucap dinda geli
"Hus din gak boleh gituh, eh kami buru buru udah ketinggalan kelas, kami.duluan yah" ucap zura menarik tangan dinda paksa
"Eh bjir tuh orang alay bangett, kamyu bissaa jalan gyak" ucap dinda menye menye
"Hus diem"
___________
Aldan memutari area perpus dengan teliti, ia sedang mencari buku untuk referensi jurnalnya, sudah cukup lama mencari, tapi ia belum juga menemukannya.
Lantas ia mengambil salah satu buku yang menurutnya menarik, ia membaca sajak sajak itu dengan tenang, aldan mulai menikmati alunan kata yang ada di buku itu.
'Rencana allah padamu lebih baik dari pada rencana mu, Terkadang allah menghalangi rencana mu untuk menguji kesabaranmu, maka perlihatkanlah kepada-Nya kesabaran yang indah.
Ketika kamu menyadari bahwa segala apapun di dunia ini hanya sementara, maka kamu akan mengerti jika keluhmu perlu sujud, lelahmu perlu ibadah dan usahamu perlu pasrah,
yang membuat manusia itu lelah ialah karena ketidakyakinan nya perihal persoalan-persoalan yang sebenarnya sudah ada dalam genggaman Allah'
Bruk,
suara bising itu memecah fokus aldan, ia menatap pada seorang gadis yang baru saja menjatuhkan dua buku ke lantai, aldan masih mengingat gadis itu, gadis yang meninggalkan hanphon nya di masjid, dalam hati ia berbicara "ternyata dia kuliah di kampus ini juga"
Lamunan aldan buyar, ketika ada seseorang yang menepuk pundaknya, dia adalah farhan
"Ngelamun aja nih, lagi mikirin siapa?"
"Lagi baca buku" jawab aldan
"Entar malem ikut ngumpul sama anak anak?"
"Gua malem ini izin dulu, ada beberapa berkas yang harus di siapin buat laporan"
"Sibuk bener, Yaudah yuk cabut" ajak farhan
_________________
🌻🌻🌻🌻Gimana part ini???
Aku Tunggu kalian di bab Selanjutnya
KAMU SEDANG MEMBACA
Setulus Cinta Aldan Ar-Rafiq
JugendliteraturAldan Ar-rafiq pemuda yang diam diam mengagumi seorang gadis namun tidak berani mengungkapkannya, Ia selalu berpikir bahwa perasaan ini harus berlabuh di waktu yang tepat dimana semua nya mungkin dan semunya siap Sampai pada akhirnya hari itu tiba...