"𝑩𝒂𝒈𝒂𝒊𝒎𝒂𝒏𝒂 𝒃𝒊𝒔𝒂 𝒃𝒆𝒓𝒂𝒅𝒂 𝒅𝒊 𝒔𝒂𝒕𝒖 𝒓𝒖𝒎𝒂𝒉 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒔𝒂𝒎𝒂 𝒋𝒊𝒌𝒂 𝒕𝒆𝒎𝒑𝒂𝒕 𝒊𝒃𝒂𝒅𝒂𝒉𝒏𝒚𝒂 𝒔𝒂𝒋𝒂 𝒃𝒆𝒓𝒃𝒆𝒅𝒂"
Sekarang adalah hari minggu. Zahira sedang bersiap-siap untuk pergi ke acara kajian bersama Kiara, sahabatnya. Karena tempatnya cukup jauh dari rumahnya, jadi Zahira bangun dan bersiap lebih awal agar tidak telat sampai lokasi nanti.
Seperti yang pernah Zahira bilang waktu itu, ia adalah seorang perempuan yang bisa dibilang masih Hybird. Walaupun ia masih buka-pasang hijab bahkan bisa dibilang ia lebih sering tidak memakai hijabnya, tapi ia masih menjalankan kewajibannya sebagai seorang muslim, dan masih mau datang ke acara kajian atau semacamnya. Karena itu adalah salah satu self healing juga baginya.
Walaupun belum menjadi seorang muslim yang baik, tapi Zahira selalu berusaha untuk membenahi dirinya agar menjadi lebih baik. Mungkin butuh proses yang lama, tapi ia akan coba meskipun kadang suka mengeluh dan bilang tidak bisa.
Apalagi ada Hans di hidupnya sekarang, Zahira seperti diberi ujian yang berat menurutnya. Ia di datangkan Hans dan diberi rasa cinta pada orang yang tidak seiman dengannya sebagai ujian, ia seperti dihadapkan pilihan siapa yang akan dipilihnya, penciptanya atau ciptaan-Nya.
Namun benar kata orang, sifat manusia itu kadang serakah. Zahira mencintai Allah sebagai penciptanya, tapi ia tidak bisa mengabaikan rasa cintanya juga pada Hans.
Zahira tau ini salah, tapi biarkan ini semua berjalan sebagaimana mestinya. Ia yakin, suatu saat pasti ada jawabannya untuk ia memilih.
Sekarang sudah pukul sepuluh pagi, dan Zahira akan berangkat sebentar lagi. Karena di jadwalnya kajian itu dimulai pada pukul satu siang.
Setelah melihat penampilannya di cermin, Zahira langsung mengambil tas dan kunci mobilnya untuk segera keluar dari kamarnya.
Saat menuruni tangga, ia melihat orang tuanya sedang bersantai di ruang tv. Zahira menghampirinya untuk sekalian berpamitan.
"Ma, Pa, aku mau jalan sekarang ya" Ucap Zahira yang sudah berada di depan orang tuanya.
"Kamu sama siapa aja kak jadinya?" Tanya sang mama.
"Aku berdua aja sama Ara" Jawab Zahira.
"Hati-hati bawa mobilnya ya kak, kamu ga mau papa sewain supir aja biar ga cape nyetir mobilnya? Lumayan loh dari sini ke sana tuh, kurang lebih dua jam. Belum lagi macetnya, apalagi ini weekend" Kini papanya yang berucap.
Papanya Zahira ini memang yang paling protektif. Jadi, sering khawatir saat Zahira akan pergi kemana-mana. Mamanya juga khawatir, tapi papanya ini sudah bisa dibilang parno jika Zahira akan bepergian. Takut terjadi hal-hal yang tidak di inginkan.
Zahira mengerti, jika itu berarti papanya sayang padanya. Beliau tidak mau anak gadisnya kenapa-napa dijalan. Tapi Zahira selalu meyakinkan papanya bahwa dirinya akan baik-baik saja, itulah mengapa Zahira jarang pergi keluar sendirian, karena untuk meminta izin kepada papanya pun agak susah.
"Ga usah, pa. Aku nanti bisa gantian kok sama Ara" Bujuk Zahira meyakinkan.
"Yaudah, hati-hati ya. Kalo bisa live location kirim ke papa" Zahira hanya mengangguk saja, daripada nanti lama lagi kan?
YOU ARE READING
Kita Yang Berbeda ||•☪️✝️
Phi Hư Cấu"Sebab butir rosario milikmu, tidak akan pernah bisa bersatu dengan butir tasbih milikku" ••• Bagaimana rasanya jika kamu bertemu seseorang yang tulus, soft spoken, treat kamu dengan baik, punya semua love language, royal, wangi, tinggi, and he's to...