Lembaran baru?

99 17 8
                                    


"Astaga, Kim Minji yang itu?"

Malam ini Hanni mengajakku mengerjakan tugas bersama di sebuah cafe. Aku langsung mengiyakan karena otakku merasa mendidih mengerjakan laprakku sendirian di kos. Meski Hanni tentu tak akan membantu mengerjakan tugasku, setidaknya aku bisa lebih segar dengan suasana baru.

"Hmm, emang ada berapa Kim Minji di kampus kita?" Aku mengeryitkan dahiku, apakah Hanni kenal dengan Minji?

Sesi menugas kami memang sudah berganti dengan diriku yang menceritakan soal percintaan masa laluku. Setidaknya Hanni berhak tahu tentang sosokku di masa lampau.

"Kim Minji anak teknik elektro angkatan kita kan? Iya aku tau dia." Hanni tertawa kecil.

"Tahun lalu dia ikut lomba debat politik tingkat universitas bukan? Aku sempat menjadi tim lawannya. Jujur, Minji cukup dibicarakan ketika itu karena dia satu-satunya peserta dari fakultas saintek. Temenku aja naksir." Hanni melanjutkan ceritanya.

Oh iya, aku ingat. Minji memang mengikuti lomba debat tahun lalu. Aku agak terkejut kala dia menceritakan keinginannya mendaftar lomba tersebut. Minji memang suka menantang dirinya. Kurasa mengikuti lomba robotik ataupun PKM masih belum cukup untuknya.

Aku tentu hadir disana menontonnya, namun tak kusangka ternyata Hanni juga peserta. Aku memang tak terlalu memperhatikan jalannya lomba karena aku tipe orang yang tak tertarik dengan isu politik. Aku tentu menyimak penampilan Minji dengan bersemangat. Namun, aku tentu juga tak memperhatikan identitas lawannya.

Oh ya, soal teman Hanni yang naksir dengan Minji. Apakah aku harus mengganti pernyataan bahwa Kim Minji bukan hanya national crush tingkat fakultas, namun juga tingkat universitas?

"Sumpah? Aku juga dateng lo pas itu. Cuman aku ga notice kalo ternyata aku pernah liat kamu sebelumnya," kataku setelah mendengar fakta tak terduga dari Hanni.

Tiba-tiba aku teringat sesuatu.

"Eh, jangan-jangan timmu yang menang juara dua? Keknya aku emang pernah tau namamu."

Hanni menanggapiku dengan senyum bangga.

"Hehe, iya. Itu aku."

Aku ikut tersenyum mendengar jawaban hanni.

"Kamu keren, selamat ya," pujiku.

Ya ampun, aku selalu ditakdirkan dekat dengan anak-anak yang aktif ya?

"Mantanmu juga keren tau, timnya kan juga dapet juara 3. Jujur aku agak kesusahan pas ngehadepin argumen dia."

Aku menanggapi pujian Hanni dengan senyum canggung. Dia sungguhan suka padaku? bagaimana mungkin dia justru memuji mantanku yang harusnya menjadi rivalnya.

"Eh maaf ya kalo perkataanku nyeleneh. Tapi aku harus sportif. Aku ga bisa menampik kalo mantanmu emang keren. Gak kusangka ternyata kamu pacarnya. Selera dia bagus juga." Hanni menaik-naikkan satu alisnya. Bisa-bisanya dia menggodaku??

"Mantan pacar."
Aku mengoreksi perkataan Hanni. Hanni hanya tertawa.

"Ngomong-ngomong, temanmu beneran naksir sama minji?" Sejujurnya aku tak heran jika ada yang naksir dengan minji. Namun, kali ini aku jadi agak penasaran.

Hanni terlihat berfikir sejenak.

"Iya, temen deketku di kelas. Danielle itu lo, yang kemarin kita ketemu"

Aku manggut-manggut. Kemarin kami memang bertemu dengan teman kuliah Hanni ketika sedang membeli buku di gramedia.

"Danielle ga pernah cerita lagi sih, soal dia naksir orang lain selain Minji. Tapi dia udah nyerah kok pas tau Minji punya pacar cantik banget sefakultas."
Hanni lagi-lagi menggodaku dan menekankan nadanya ketika menyebut kata cantik. Aku hanya memutar bola mataku malas. Bukannya harusnya aku yang jadi pihak yang flirting ke dia ya?

"Jujur aku bener-bener ga nyangka kalo pacar minji yang pernah Danielle ceritain itu kamu. Aku emang ga pernah lihat wajahnya sih, tapi Danielle cerita kalo pacar Minji itu feminim banget, coquette-coquette gitu kayak aku"
Hanni masih memberiku tatapan menggoda. Dia usil sekali ya.

"Makannya aku ceritain semua ke kamu. Soalnya kamu tertarik sama aku juga karena ngira aku punya aura dominan kan?" Aku akhirnya membuka suara.

Namun, hanni membalas pertanyaanku dengan gelengan kepala.

"Enggak juga. Di mataku sekarang kamu emang keren meski pakaianmu simple-simple gitu. Tapi yang bikin aku suka kan personalitymu. Meski kamu sekarang emang lebih pendiem daripada dulu. Bisa aja nanti kamu jadi ketularan hobi ngoceh lagi kan? Aku keknya juga bakal seneng kalo kita explore baju-baju lucu bareng"
Hanni memberikan senyuman yang membuatku ikut tersenyum. Hanni imut banget ya, jadi pengen kukarungin.

"Aku gak peduli kamu bakal jadi sosok yang kayak mana. Selama kamu masih jadi Haerin dengan segala kebaikannya yang aku tau, aku bakal tetap suka sama kamu"
Emang boleh bikin perut orang serasa dipenuhin kupu-kupu gitu?

"Aku suka kamu Haerin, izinin aku jadi gadismu ya? Aku tau Minji pasti ga bakal mudah buat kamu lupain. Kamu boleh nyimpen dia di memorimu. Meski dia brengsek, tapi aku paham kalo dia juga berpengaruh besar buat hidupmu." Hanni terlihat mengambil nafas. Dia mengambil tanganku dan mengusapnya.



"Izinin aku gantiin posisi Minji di hatimu ya? Aku janji bakal bikin kamu lebih banyak senyum kayak dulu. Aku janji bakal bikin kita ngerasain bahagia sama-sama."


Tbc

~-~

Kalian tim haerin balikan sama mantan atau sama yang baru?

Sweet and Sour Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang