Melindungi korban bully|Bab 7

49 34 9
                                    

"Kamu kenapa ngomong gitu nak? Semua makhluk Tuhan, punya hak untuk hidup. Jangan ngomong gitu lagi ya? Janji?" Rayu Melody dengan lembut, sejujurnya dia ingin sekali mencecar Filip agar mengaku, tapi sepertinya ini bukan waktu yang tepat.

Namun, tanpa Melody minta, Filip menjelaskan kejadian yang tak mengenakan hatinya.

Kemarin***

"Ooooyyy Filip, sini ga lu," teriak Farhan dengan begitu keras, membuat Filip yang berbadan mungil ini ketakutan. "Ada apa ka?" Tanya Filip takut-takut.

Plaaaaakkk.....

Satu tamparan mendarat persis di pipi kurus Filip. Ya, Filip nampaknya adalah anak kurang gizi. Entahlah, apakah orang tuanya tak memperhatikan makanan buah hati nya ini? Tamparan tersebut mengundang gelak tawa seantero kelas 6. "Kakak kenapa tampar aku? Aku salah apa ka?" Tangis nya mulai membludak. Air mata yang tadinya dia pendam, kini mulai terjun bebas membasahi kedua pipinya.

Nampak seperti apa attitude anak kelas 6 ini. Melihat adik kelasnya meringis kesakitan, bukannya minta maaf malah semakin menjadi-jadi. Farhan dan Farhat, adalah saudara kembar yang di anugerah Tuhan lemak yang berlimpah. Lemak-lemak itu yang membantu mereka terlihat lebih besar ke samping daripada ke atas.

Brrraaaaakkk....

Dua kursi kayu mereka angkat, dan dengan tega mereka lemparkan ke tubuh kecil Filip. Filip hanya bisa menangis dan lari dari kelas 6 itu. Gelak tawa makin menjadi-jadi, kata-kata binatang dan kata kasar lainnya mulai terdengar diantara tawa mereka. Sungguh miris.

"Kamu gak berani ngomong?? Kapan kejadiannya nak? Kok kamu gak bilang sama ibu? Tanya Melody yang mulai kesal. Tentu dia tak kesal pada Filip, tapi pada anak-anak murid kelas 6 itu. Masih kecil pandai buat keributan. "Sudah bu, tapi mereka sangat hebat. Buktinya pak dan bu guru yang lain, malah mendukung mereka. Dan mereka bilang, kakak-kakak itu hanya bercanda," jelas Filip kepada Melody. Dia makin geram, bisa-bisa nya ada guru setega itu?

"Tapi ibu jangan bilang siapapun ya bu. Plisss. Ini biar jadi rahasia kita," mohon Filip. Melody tidak pernah berbohong atau membuat janji palsu, tapi sepertinya ini kali pertama dia harus melakukan kedua hal itu secara bersamaan. Kalau tidak, pembulian ini akan terus berjalan. "Okey deh kalau gitu, ibu janji gak akan bilang siapa-siapa. Tapi sekarang, Filip harus janji juga ya. Kalau mereka ganggu kamu lagi, lawan. Pukul balik, lempar balik barang-barang mereka. Sekuat tenaganya Filip saja. Okey?" Kata Melody penuh harap. Supaya, ketika dia sedang merapatkan ini dengan guru-guru lain, Filip masih ada celah untuk membela dirinya sendiri.

Jam 13.00

Anak-anak semua sudah pulang, tersisa para karyawan sekolah. Melody sudah mulai ancang-ancang, entah apa yang akan terjadi padanya hari ini. Tapi, apapapun itu, demi Filip dia akan lakukan. Anak-anak bersekolah untuk menimba ilmu, bukan untuk bertengkar, bukan untuk dendam, ataupun bermusuhan. Anak-anak harus merasa aman dan nyaman di tempat dia bersekolah, apalagi para orang tua sudah sangat enjoy menitipkan anak-anak mereka pada guru. Jadi, sebagai guru, aku harus berani bertanggung jawab atas kenyamanan anak didikku.

"Pak Encong, bu Retno, bu Mega. Saya boleh bicara sebentar nggak?" Tanya Melody dengan penuh ke hati-hati an. "Ohh boleh bu boleh. Ada apa ya?" Ucap mereka secara bersamaan, dan secara bersamaan pula mendekati Melody. Guru-guru lain yang sejak tadi sibuk mengurus nilai-nilai anak didik, jadi ikut kepo dan mendengarkan Melody.

Secangkir Kenangan Masa lalu (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang