Sakura mengabaikan keberadaan ayahnya, pria baya itu pagi-pagi sekali sudah berada di depan pintu flat milik nya itu. Sakura juga tidak berniat sama sekali untuk mempersilahkannya agar masuk ke dalam. Karena bagaimanapun, Sakura tahu niat dari ayahnya.
Sudah pasti ayahnya tidak benar-benar tulus, semua yang dilakukan agar sang kakek mau menjadikannya sebagai seorang penerus perusahaan berikutnya. Mengingatnya saja sudah membuat Sakura kesal sendiri.
Padahal dia sudah diusir dari rumah, sang ayah lebih memilih wanita yang di cintainya. Wanita yang berselingkuh bersamanya saat ibunya sedang sakit. Tidak perlu diperjelas juga kenapa Sakura sampai membenci ayahnya sendiri. Pria baya itulah yang membuat Sakura membencinya seperti ini.
"Sakura kau tinggal di sini sendirian? Di sini juga bukan tempat yang seharusnya kau tinggali," ucap ayahnya sambil menatap lekat pada Sakura.
"Setidaknya tempat ini paling nyaman dari pada di rumah. Tempat yang bisa ku jadikan tempat berpulang, dari pada tempat yang penuh pesakitan didalamnya," jawab Sakura dengan ekspresi wajahnya yang dingin.
Ayahnya ternyata tidak menyerah, dia tanpa tahu malu sama sekali mencoba segala cara agar Sakura kembali pulang ke rumah. Sementara dia melupakan, bahwasanya sudah mengusir putra kandungnya sendiri.
Seandainya Sakura menerimanya tanpa mengingat rasa sakit yang ada, pastinya Sakura juga akan menyesal. Karena dia mengenal ayahnya lebih banyak dari siapapun. Maka sudah seharusnya Sakura tidak langsung mempercayainya.
"Pulang saja, yah. Aku sibuk hari ini."
Setelah mengatakannya, Sakura langsung menutup pintu flatnya. Benar-benar membiarkan ayahnya yang berada di luar, dan tidak mengizinkannya untuk masuk sama sekali. Kemarin saja ayahnya memaksa masuk sendiri, dan berakhir menginap di flatnya.
Sakura sudah berjanji pada dirinya sendiri, bahwa dia tidak akan mempercayai kepedulian dari ayahnya. Karena semua itu sudah pasti kebohongan, ada niat lain di baliknya juga. Bagaimanapun Sakura hanya sekadar untuk dimanfaatkan saja.
Meskipun mengetahuinya dengan baik, Sakura tidak ingin mengakuinya. Karena ini menyedihkan sekali, sang ayah yang datang padanya. Bukan benar-benar menyesali perbuatannya, semua terjadi karena dia menginginkan sebuah kedudukan.
Beberapa hari ini juga Sakura sering mendapatkan surat di lokernya, ataupun di dalam laci mejanya. Sakura mendapatkan surat itu juga di sekolahnya saja, sebenarnya juga Sakura ingin langsung membuangnya. Tapi dia justru penasaran untuk lebih baik membacanya saja.
Tidak ada yang dapat dipastikan siapa penulis surat tersebut. Entah itu benar-benar diperuntukkan padanya, atau hanya sebuah surat iseng belaka. Sakura tidak benar-benar mencari tahunya.
Jika esok hari belum membaik juga, kenapa tidak penasaran dengan hari berikutnya lagi. Percaya saja jika tidak semua hari itu bertentangan dengan rasa sakit. Jadi apakah kau tidak penasaran dengan kehidupan berikutnya untukmu?
Setelah membacanya Sakura justru tanpa sadar tertawa kecil. Sudah beberapa hari mendapatkan surat yang justru membuatnya berkeinginan untuk hidup. Entah kenapa hanya sebuah kalimat sederhana, yang nyatanya membuat Sakura penasaran akan kehidupannya.
Jika saja dia mengetahui siapa penulis surat tersebut, kemungkinan dia akan langsung mengajukan kalimat tanya padanya. Hanya saja Sakura belum sepenuhnya penasaran, dia hanya menyukai rangkaian kata-kata yang tertuliskan. Yang kemudian memutuskan untuk menyimpannya, jika Sakura membutuhkan beberapa kalimat penguat.
Namun, sebenarnya Sakura semakin dibuat penasaran. Kenapa penulis surat itu seakan-akan tahu dengan keadaannya? Apakah dia seseorang yang memang mengenalinya. Atau bahkan dia sudah lama mengetahui apa yang terjadi dalam kehidupannya itu? Jika dipikir-pikir lagi Sakura tidak memiliki banyak teman dekat.
Jika memang seperti itu adanya, seharusnya pun Sakura mencari tahu saja. Dari pada dia terus merasa penasaran, dan tidak mengetahui siapa penulis surat itu sampai akhir.
┅┅┅┅┅┅┅༻❁༺┅┅┅┅┅┅┅
"Sakura kau harus menjadi ketua kelas ya? Aku tidak bisa menjadi ketua kelas karena merasa tidak seharusnya berada di posisi itu. Tolong gantikan Takeda, karena dia sudah pindah sekolah. Jadi posisi ketua kelas saat ini kosong," ucap Suo yang memohon-mohon pada Sakura.
Sakura mana mungkin langsung mengiyakannya, dia tidak pantas menjadi ketua kelas. Apalagi dia lebih sering tertidur di dalam kelas, dan mengabaikan banyak hal yang terjadi di sekolahnya. Maka dia yang lebih tidak pantas dari pada Suo.
Tidak seharusnya Suo memohon-mohon seperti itu padanya. Yang ada Sakura merasa terbebani, dia pun tidak percaya diri sekali.
"Jangan aku."
"Tapi yang lainnya setuju lho, mereka yang minta aku buat memberitahumu. Jadi tolong ya, lagian cuma buat sampai kelas tiga nanti," ucap Suo seakan-akan itu bukan hal yang merepotkan.
Sakura tentunya tahu beberapa kesibukan seorang ketua kelas. Apalagi jika harus mengikuti rapat, dan akan disalahkan jika terjadi keributan di kelas. Memikirkannya saja sudah membuat Sakura tidak yakin, jika dia bisa menjadi ketua kelas yang baik.
"Kau lumayan, aku langsung ikutan setuju," sahut Endo yang baru saja datang bersama Chika.
"Jangan seenaknya setuju lah," sahut Sakura masih ragu-ragu dengan keputusannya sendiri. "Mana mungkin aku bisa dipercaya, aku juga tidak pernah menjadi ketua kelas sebelumnya. Pengalamanku masih kurang banyak."
Tapi melihat tatapan dari teman sekelasnya yang menaruh banyak harapan padanya. Membuat Sakura tidak enak hati jika harus menolaknya. Maka dari itu, dia pun hanya bisa menganggukkan kepalanya saja. Bahwa dia menerima posisinya itu, meskipun dia masih merasa tidak pantas saja.
Namun, dengan antusias Suo menggenggam tangannya. Dia yang merasa paling senang di antara yang lain. "Dari dulu aku kepenginnya kau jadi ketua kelas. Karena auramu itu benar-benar seperti seorang pemimpin."
Seketika pipi Sakura memerah setelah mendengar perkataan dari Suo. Baru kali ini seseorang mengakuinya, bahkan memujinya secara terang-terangan.
Barangkali Sakura yang terlalu menutup diri, sehingga dia tidak tahu bahwa disekitarnya banyak sekali hal-hal baik. Bukan hanya tentang rasa sakit, dan membuatnya berkeinginan untuk menghindarinya.
Saat Sakura kembali duduk di bangkunya. Sakura menemukan sebuah surat lagi, dia langsung mengambilnya dan membacanya.
Bagaimana dengan harimu?
Jangan khawatir dengan hari-hari yang tak menyenangkan. Karena pada akhirnya kau pasti akan diberikan kebahagiaan, yang tak terduga-duga nantinya.Hanya dengan surat yang memiliki beberapa kata-kata yang membuat Sakura tersenyum. Sudah seharusnya dia menemukan siapa penulis surat tersebut. Orang itu juga harus tahu, bahwa Sakura perlahan-lahan disembuhkan olehnya.
Bagaimanapun caranya sembuh itu sederhana, tidak harus dengan hal-hal yang luar biasa dan mengistimewakan. Hanya dengan beberapa kalimat saja, seseorang dapat tersembuhkan bahkan terselamatkan dengan mudah.
"Sepertinya kau tahu banyak tentangku."
Tanpa Sakura ketahui sama sekali, bahwa penulis surat itu merupakan teman sekelasnya. Yang saat ini ikut tersenyum karena sudah membuatnya mengukir senyumannya dengan manis itu. Dia yang tahu tentang apa yang telah terjadi, dan dia yang memutuskan untuk memberikan kata-kata penguat untuk mengobati rasa sakitnya.
•┈┈┈••✦ ♡ ✦••┈┈┈•
ᴛʙᴄ🍁
Endo sama Chika di sini dapat peran protagonis ya. Mereka juga tak buat sekelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Penuh Dengan Kebohongan
FanfictionKalimat semuanya akan baik-baik saja itu, hanyalah kalimat penghibur diri. Sementara dengan kenyataannya. Ada yang tak bisa di damaikan apalagi tersembuhkan. Hanya saja, Endo dengan ketulusannya membantu Sakura untuk sembuh. Kini Sakura yang baik-b...