bagian lima || tak tersia-siakan hidupnya yang sebentar itu

72 12 0
                                    

Karena mengetahui apa yang sudah terjadi dalam hidup Sakura, Suo selalu memastikan jika Sakura tidak kenapa-kenapa. Dia seringkali berkunjung ke flatnya, bahkan menginap di flat miliknya itu. Semua yang dilakukan oleh Suo agar dia tahu, bahwa Sakura dalam keadaan baik-baik saja.

Sakura memang tidak mengatakan sepenuhnya apa yang terjadi, hanya saja Suo yang melihatnya sendiri. Langsung mengetahuinya dengan mudah, maka dia tidak akan banyak bertanya. Membiarkan Sakura sendiri yang bersedia menceritakan padanya, itupun jika Sakura mau. Jika tidak, Suo juga tidak mempermasalahkannya sama sekali.

Yang terpenting saat ini hanyalah melindungi Sakura, agar dia baik-baik saja dan agar dia bisa menjalani kehidupannya tanpa perlu terluka. Meskipun luka yang diberikan oleh ayahnya sendiri, pasti tidak akan langsung sembuh begitu saja.

"Sakura, kau mau aku buatkan apa buat sarapan hari ini?" tanya Suo yang pagi-pagi sekali sudah sibuk di dapur.

"Kau tidak perlu repot-repot seperti itu, Suo. Maaf karena aku malah membiarkanmu melakukan hal seperti ini. Padahal kan kau tidak perlu melakukannya," ucap Sakura merasa begitu bersalah.

Sementara Suo yang merasa bahwa ini pun niatnya sendiri, tidak mempermasalahkannya sama sekali. Bahkan tidak seharusnya Sakura sampai mengatakan hal sedemikian. Suo sendiri yang memutuskannya, maka dia tidak akan mungkin menganggap telah kerepotan.

Jika saja harus kehilangan senyuman dari Sakura yang telah menghidupkan kakaknya pada dirinya itu, pastinya Suo juga tidak akan baik-baik saja. Walaupun begitu, bukan berarti Suo memberikan ketulusan pada Sakura. Alih-alih untuk kakaknya saja.

Dia tidak mau jika Sakura sampai kenapa-kenapa, dan yang ditakutkannya jika Sakura justru berakhir sama dengan kakaknya.

"Suo, sepertinya surat yang kau bilang waktu itu tulisannya Endo. Aku rasa memang benar," ucap sakura secara tiba-tiba.

Padahal beberapa hari ini dia juga tidak membahas tentang siapa penulis surat itu. Tapi dia barangkali masih dibuat penasaran, dan hal itu wajar saja jika dibicarakan kembali.

Suo menatap Sakura dengan lekat, dia yang belum sepenuhnya yakin dengan dugaannya sendiri pun. Merasa bahwa bisa saja dia salah, karena sudah lama sekali tidak melihat tulisan Endo. Suo mengenali tulisan itu juga karena dulu pernah meminta Endo, untuk membantunya merekap absen.

Tulisan tangan Endo juga terlihat rapih dan cantik. Tapi tetap saja kan, itu sudah lama. Mana tahu juga jika tulisannya sudah berubah.

"Sakura, sebenarnya ada apa? Apa kau benar-benar tidak ingin memberitahuku?" padahal Suo tidak ingin bertanya sama sekali tentang hal itu hanya saja rasa penasaran, dan kepeduliannya menjadi satu.

Membuat Suo pun tanpa sadar mempertanyakan hal itu pada Sakura. Sakura bahkan sampai tertunduk saat mendengar Suo mengatakan hal tersebut. Karena itu pula, Suo merasa bersalah. Memang sudah seharusnya dia diam saja, dan membiarkan Sakura yang mengatakannya sendiri.

Tidak ingin berada dalam keadaan yang canggung, Suo pun memutuskan untuk melanjutkan membuat sarapan pagi hari ini. Dia juga melambaikan tangannya pada Sakura, rasanya Suo benar-benar payah sekali.

Namun, Sakura juga menahan pergerakannya. Dia memang tidak menatap Suo, hanya saja Sakura seperti ingin mengatakan sesuatu. Yang membuat Suo pun menunggu dengan sabar.

"Apa kau ingin mendengarkan tentang keadaanku sekarang? Kau tidak akan menganggapnya menyedihkan bukan?" kata Sakura yang memberanikan dirinya, untuk menatap Suo.

"Mana mungkin aku beranggapan seperti itu. Semua orang kan punya lukanya masing-masing, dan sudah pasti mereka berusaha untuk kuat. Bukannya di anggap menyedihkan."

Penuh Dengan Kebohongan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang