spin-off [ Suo Hayato ]

63 12 0
                                    

Sebenarnya Hayato itu memiliki kakak kembar, dia terlahir sebagai anak kembar yang dibesarkan oleh kedua orangtuanya yang penuh akan kasih sayang. Suo juga mengingat banyak kenangan indah bersama kakaknya.

Seorang kakak yang memberikan segala-galanya tentang kebahagiaan. Bahkan Suo sendiri sangat bergantungan pada kakaknya.

Di dunia yang menakutkan ini, hanya pelukan dari kakaknya yang membuat Suo merasa baik-baik saja. Dia juga kuat karena kakaknya, sang kakak yang tidak pernah meninggalkannya sama sekali.

Keduanya juga memiliki paras yang nyaris tak bisa dibedakan. Mereka bukan kembar fraternal, melainkan kembar identik. Biasanya saja orang-orang hanya bisa memanggil keduanya saja, tanpa bisa membedakan keduanya sama sekali.

"Kak, jika aku besar nanti. Aku ingin menjadi seperti kakak!" ucap Suo dengan begitu antusias.

"Kenapa harus menjadi seperti aku? Bukannya kita pun saling melengkapi. Aku adalah kau, dan kau adalah aku."

Saat mengatakannya sang kakak tersenyum manis padanya. Bahkan sampai saat ini Suo masih mengingat senyumannya itu, sampai dia melupakan fakta yang sebenarnya terjadi.

Kakaknya meninggal dunia karena penyakit ginjalnya, dia tidak dapat diselamatkan. Mau sebanyak apapun yang dilakukan oleh kedua orangtuanya, sang kakak tetap tidak bisa terselamatkan.

Kata-kata terakhir yang kakaknya katakan pada Suo hanyalah, "hiduplah dengan baik. Dan juga, berbuat baik pada siapa saja. Karena dengan kebaikanmu itu, kau juga akan merasa bahagia."

Karena perkataannya itulah Suo tumbuh menjadi anak yang mementingkan orang lain, dia menolong banyak orang disekitarnya. Dan berbuat baik pada mereka. Suo melakukan itu karena mengingat perkataan dari kakaknya.

Ternyata memang benar, jika hanya dengan berbuat kebaikan saja. Suo dapat merasakan kebahagiaan, apalagi jika melihat orang-orang di bantu olehnya tersenyum. Mungkin karena Suo pun melakukannya dengan tulus.

"Anak muda, apa kau mau permen? Terimakasih karena sudah membantu nenek membawakan barang belanjaan nenek. Kau memang anak yang baik," puji seorang nenek pada Suo.

Suo hanya bisa mengukir senyumannya, dia merasa senang saat membantu orang lain. Apalagi yang dikatakan oleh kakaknya, memang selalu mengantarkan pada hal-hal yang membahagiakan.

Ketika Suo harus kehilangan kakaknya, dia merasakan kesedihan yang mendalam. Kehilangan senyumannya, dan lupa caranya untuk berbahagia. Hingga kedua orangtuanya pun berusaha untuk membuat Suo baik-baik saja.

Mengingat dirinya yang rapuh itu, membuat Suo merasa bersalah pada kedua orangtuanya. Padahal mereka ikut terluka, tapi Suo justru menambah luka mereka.

"Suo, kau sedang apa? Ayo kita pulang bersama," ucap sang ayah yang melambaikan tangannya.

Suo pun perlahan-lahan menuruni anak tangga, sesampainya di bawah dia langsung menggandeng tangan ayahnya. Tidak peduli jika dia bukan anak-anak lagi, Suo hanya ingin menikmati kebahagiaannya. Dia selalu membuktikan pada kakaknya, jika dia pastinya sudah baik-baik saja.

Walaupun masih ada rasa sakit, bukan berarti Suo pun harus menyerah pada hidupnya. Semua yang bernyawa pasti akan mati, jadi tidak ada yang bisa mencegahnya sama sekali.

Hingga pada saat-saat yang tak terduga-duga, Suo melihat Sakura yang dimatanya memiliki sifat seperti kakaknya. Seseorang yang tidak banyak bicara, dan hanya tersenyum saat orang-orang mengajaknya berbicara.

Karena hal itu juga Suo mengenal Sakura dengan baik. Dia merasa bahwa kakaknya masih hidup, walaupun dia tahu Sakura tetaplah Sakura.

Jika saja kakaknya masih hidup, kemungkinan senyuman kakaknya akan semanis milik Sakura. Mereka tidak jauh berbeda, sekadar menatap Sakura saja. Suo merasakan bahwa kakaknya tidak pernah meninggalkannya.

Meskipun ini menyedihkan, karena dia yang berharap pada orang lain. Setidaknya Suo merasakan sebuah kebahagiaan. Namun, Suo merasa bahwa Sakura tidak baik-baik saja pada hidupnya.

Senyumannya itu sedikit berbeda dengan milik kakaknya. Senyuman Haruka terlihat jelas seperti sebuah kebohongan, bahkan saat kakaknya tersenyum. Senyumannya terlihat sangat indah dan bercahaya. Akan tetapi, milik Sakura terlihat penuh akan kebohongan.

"Apa yang kau lihat?"

"Sakura, aku yakin sekali dia sedang berpura-pura bahwa dia baik-baik saja. Kenapa dia harus melakukannya?" ucap Suo yang berkeinginan untuk mengetahuinya.

Walaupun dia tahu, bahwa hal seperti itu sangat ikut campur. Sementara mereka tidak terlalu dekat.

Hanya saja, karena Suo yang merasa bahwa kakaknya hidup dalam diri Sakura. Tidak mungkin membiarkan Sakura kenapa-kenapa. Mungkin sudah seharusnya dia mengetahuinya, jika bisa pun. Dia mesti membuat Sakura untuk tersenyum tanpa kebohongan lagi.

"Kak, dia bukan dirimu. Tapi dia menghidupkan dirimu pada dirinya."

Penuh Dengan Kebohongan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang