bagian sebelas || Endo tak akan berbohong

34 7 0
                                    

Waktu itu senyuman Sakura memang selalu merekah dengan indahnya, dia memang tidak banyak bicara. Dia hanya menanggapi setiap perkataan orang-orang dengan senyumannya. Senyuman yang di miliki pun, selalu memperlihatkan keindahannya. Seakan-akan Sakura tak memiliki luka sama sekali, senyuman yang bahkan tidak memiliki beban.

Awalnya begitulah yang Endo pikiran tentang Sakura, dia juga mengakui jika Sakura memang terbebaskan akan rasa sakit. Akan tetapi, lama-kelamaan Endo merasa janggal. Tidak mungkin manusia tak memiliki luka, sudah pasti mereka pasti akan terluka.

Mengenai sebuah senyuman, dan bagaimana Sakura terus menyatakan bahwa dia baik-baik saja. Endo semakin mencurigainya, pasti itu merupakan kebohongan. Dan Sakura sedang menyembunyikan rasa sakit yang dimiliknya, serta takut jika di ketahui bahwa dia terluka.

Kenyataannya memang begitu adanya, saat Endo sengaja bertanya pada wali kelasnya di mana Sakura tinggal. Sang guru yang waktu itu hanya tahu rumah Sakura sebelumnya pun, membuat Endo memutuskan untuk menemuinya secara langsung di rumahnya. Entahlah Endo hanya ingin berbincang-bincang saja dengan Sakura, agar keduanya pun bisa saling mengenal satu sama lain.

Namun, hal yang mengejutkan membuat Endo tak habis pikir. Jika Sakura sudah lama tak tinggal bersama orangtuanya. Dia juga mendengar dari tetangga Sakura, jika ibunya meninggal beberapa tahun yang lalu karena sakit. Dan kini Sakura memiliki ibu tiri, Endo baru mendengarnya. Karena dia tidak sedekat itu dengan Sakura, bahkan guru-guru pun tidak mengetahuinya sama sekali.

Mungkin karena keluarganya terlalu memprivasi kehidupan milik mereka. Membuat orang-orang pun tak sepenuhnya tahu, terutama dengan Endo sendiri. Walaupun dia tak dekat dengan Sakura, setidaknya dia tahu jika ibunya—Sakura meninggal dunia.

"Itu lho, Sakura juga tinggal di flat kecil dekat bofurin. Dia memang sudah lama tinggal di sana, entah kenapa dia malah tinggal di sana menjauh dari ayahnya sendiri."

Endo masih mengingat jelas perkataan itu, dia juga berusaha mencari tahu. Agar dia mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Hingga dia melihat sendiri, ketika pria baya menemui Sakura sambil memintanya untuk kembali.

Seseorang yang barangkali telah memberikan luka, yang membuat Sakura kehilangan alasan untuk bertahan hidup. Yang kemudian di minta untuk kembali, hanya sekadar dimanfaatkan saja. Endo yang tidak sengaja mendengarnya, langsung memahami keadaan Sakura.

Sebelumnya Endo memang curiga, maka dari itu dia berkeinginan untuk menguatkan Sakura dengan cara apapun. Akan tetapi, di saat Endo sudah membulatkan keinginannya. Endo justru terbaring lemah di atas brankar.

Jika saja Chika tak mau membantunya, mungkin surat-surat yang di tulisnya untuk Sakura. Tidak akan sampai pada si penerima, Endo juga sudah lama menuliskannya. Bahkan sebelum dia benar-benar mengetahui apa yang sudah terjadi, Endo hanya merasa jika Sakura tak baik-baik saja.

Hingga dia mengetahui kenyataan yang ada, saat melihatnya secara langsung. Padahal Endo berusaha untuk berpikir positif, Sakura pasti baik-baik saja. Dan Sakura tidak mungkin berbohong.

"Kau mau aku bawakan bunga apa lagi?" tanya Chika yang baru selesai menyirami bunga anggrek milik Endo itu.

"Aku ingin bunga matahari."

Chika langsung menoleh pada Endo, Endo selalu saja meminta bunga-bunga yang menurutnya indah. Tanpa memikirkan bagaimana caranya untuk membawa bunga seperti itu.

"Aku tanam saja di rumahmu ya?" kata Chika.

"Kenapa tidak kau bawa ke sini? Aku kan mau bunga matahari," sahut Endo tak terima. Padahal dia benar-benar menginginkannya.

"Aku belikan yang buketnya aja ya? Besok aku janji akan membawakannya."

Pada akhirnya Chika tak dapat menyelanya sama sekali, semua keinginan Endo pasti akan langsung di turuti olehnya. Karena bagaimanapun, Chika takut jika dia akan menyesal. Lebih baik baginya, jika dia memberikan apapun yang di inginkan oleh Endo.

Penuh Dengan Kebohongan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang