Bab 4 | "Siapa namamu?"-⚠️terdapat adegan pelecehan

11 3 0
                                    

Selama berjalan pulang ke bangunan busuk itu, aku hanya berdua dengan laki-laki yang terus memaksaku. Tidak ada orang lain lagi selain kami berdua, bahkan mobil yang digunakan untuk mengantarku sudah hancur.

"Dimana yang lain?" tanyaku padanya.

"Memang hanya aku."

"Tidak mungkin! Tadi banyak sekali suara kendaraan dan langkah kaki yang mengejar di belakangku."

"Tidak ada."

"Lalu yang tadi itu apa? Suaranya banyak sekali."

"Itu bukan dari kami."

Langkahku yang terus mengikuti laki-laki menyebalkan itu akhirnya terhenti.

"Rayana—"

"Aku tidak mengerti .... bukan milik kalian? Lalu kenapa mengejarku? Kalian selalu membingungkan, bahkan bukan saat ini saja. Pagi tadi saat sarapan juga aneh. Bukannya dengan diambilnya anggota dari bangunan busuk itu—yang adalah aku, akan membuat kalian lebih di percaya oleh Tuan Besar? Tapi anehnya, kalian malah membuatku tertahan di bangunan busuk itu."

"Diamlah, Rayana! Jangan terus-terusan bertanya!"

"Jika jadi aku, kau pasti juga banyak bertanya."

"Kami tidak mengenal Rayana yang banyak bicara."

Setelahnya, dia berjalan lagi mendahuluiku, seolah tau jika aku akan mengikutinya. Dan lagi .... kenapa aku mengikutinya? Apa karena takut padanya? Atau perasaanku tau akan ada hal buruk jika aku tidak mengikutinya? Sepertinya pilihan kedua adalah yang aku rasakan.

"Siapa namamu?" tanyaku berusaha mengalihkan perasaan takut.

"Siapa saja."

Aku tidak berbicara lagi, jelas saja dia enggan untuk mengatakannya padaku. Memangnya juga aku itu siapa? Jelas saja kami seperti pengembala part time, dan hewan ternaknya.

"Leo," ucapnya tiba-tiba.

"Siapa?"

"Namaku."

"Aku sudah tidak peduli."

"Tapi tadi—"

"Baru saja. Aku baru saja tidak peduli."

Kami lanjut berjalan lagi. Tidak ada pembicaraan, toh aku sudah merasa aman saat kami berada di area bangunan busuk itu. Dan dua orang yang tadi mengantarku ada di sana. Tapi .... mereka diam dan tidak mengatakan apapun.

"Berpura-puralah seperti biasanya, Rayana."

"Kenapa?"

"Lakukan saja seperti yang aku bilang. Bukankah lebih baik jadi hewan peliharaanku daripada hewan ternak mereka?"

Alisku mengerut karena tidak suka. Kata-kata itu, jika dikeluarkan dari mulut orang lain ternyata menyebalkan sekali, apalagi kalimat tersebut datang dari mulut orang seperti Leo.

"Masuklah, aku akan menemuimu esok hari."

"Tidak mau! Jangan menemui aku!"

Leo menampilkan senyum meremehkannya, "siapa peduli?"

••••

Keesokan paginya, aku tidak mendapati Seila di samping tempat tidurku. Padahal seharusnya dia sudah sampai beberapa jam lalu saat masih gelap, dan sekarang sinar matahari sudah mulai tampak.

"Kamu tau nggak?! Yang mesan Seila itu keluarganya sendiri tau!"

"APA?! Maksudnya ada keluarganya ya suka—"

RayanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang