Bab 5 | Samsak

9 3 0
                                    

"SUDAH TERLAMBAT!!" teriakku pada mereka, "Jam nya sudah terlambat! Kalau tidak segera sarapan, kita akan dihukum!!" Aku menunjuk keluar, tepatnya ke arah penjaga yang berjalan melewati ruangan kami.

"Ini semua salah kamu, Rayana!"

Akhirnya mereka bertiga pergi dengan tergesa-gesa.

Aku bersyukur sekali saat itu. Walau pakaian dan rambutku sudah hancur, setidaknya aku selamat dari 3 orang mesum itu. Sekarang aku hanya bisa berharap tidak ada yang menyadari ketidak hadiranku.

•••

Sepertinya, doaku terkabul karena tidak ada yang mencariku saat sarapan. Begitu selesai mengganti baju, mencuci muka, dan sikat gigi, aku segera berlari kecil menuju ke ruang tugas.

"Untukmu, Rayana." Penjaga yang memberikan kertas tugas itu tersenyum.

Si penjaga baik hati itu yang membagikan tugas. Tapi sama saja, tak ada yang protes atau meminta tugasnya ditukar.

"Apa tugasmu hari ini?"

Aku menggeleng. Amplop suratku belum terbuka dan aku memang tak berniat memberitahukannya pada siapapun.

"Me–menjadi samsak?"

Dia melihat ke arahku saat selesai membaca kertas tugasku. Kenapa sih dia mengintip tugas milik orang lain! Dasar penjaga tidak sopan!

"Samsak apa?"

Aku menyembunyikan kertas tugasku dan segera berlari darisana.

Seketika tugasku yang kemarin dan sekarang langsung berbalik begitu saja. Jika kemarin harus berdanda cantik, hari ini harus berpenampilan buruk.

"Hei!" panggil seseorang dari balik kaca mobil tua.

Sepertinya kendaraan yang ditumpangi orang itu selalu terbatuk saat hendak dihidupkan.

"Dimana yang lain?" tanyanya padaku.

Aku menggeleng tak tau. Padahal biasanya mereka selalu sudah siap.

"Yasudah aku tunggu."

Setelahnya, sekitar 16 anak berlari ke arahku dan memberikan banyak kain yang jika dikumpulkan akan lumayan tebal.

"Ini baju yang nggak dipakai lagi, dan ada lap yang nggak terlalu bau. Ikat di perut kamu," kata salah satunya sambil memberikan kain-kain itu dan sebuah tali—sepertinya nama anak ini Devan.

"Mau aku bantu pakainya, Rayana?" ucap gadis bermata bulat.

Sepertinya nama seseorang yang menawari untuk membantuku adalah Vega. Setahun lebih tua dariku dari kota yang jauh sekali dari tempat kami.

"Sini."

Vega menutupi tubuhku yang kurus hingga tidak akan terlihat oleh yang lain. Dengan cekatan, dia mengikat kain-kain yang jadi tebal itu di perutku.

"Mungkin sakitnya bakal kerasa, tapi nggak akan terlalu parah."

Kami semua naik ke atas pick up milik bapak gendut yang tak pernah bau sama sekali—sangat-sangat bersih dengan warna yang tidak pernah pudar.

"Ini pertama kalinya Rayana dapat tugas kayak gini, jadi dia masih nggak tau."

Total anggota ada 17. 11 di antaranya adalah laki-laki, sisanya adalah perempuan. Umur kami mungkin kisaran 15-17 tahun. Malang sekali bukan? Di umur yang muda ini kami malah berperan jadi karung pasir bernyawa. Aku .... baru sebentar di tempat ini dan sudah merasa stress tidak karuan. Bagaimana dengan mereka yang sudah lama? Apa hatinya memang sudah mati?

RayanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang