BAB I || Sebuah Ide

4 0 0
                                    

CEK 1 2 3 DICOBA, EKHM

HAI HAI HAI!!

ADAKAH ORANG?!!

KOK NGGAK ADA YANG NYAUT??!!

BERI AKU BUNGA DONG!!!

OKE SILAKAN MEMBACA😌

JANGAN LUPA VOTE AND COMMENT🙉

BAB 1|| Sebuah Ide

***

Ayam berkokok, semilir angin membelai mesra kulit seorang gadis--yang indah bak lembayung yang menari di ujung langit--yang masih tergulung elok dalam kehangatan pilinan wol.

Portal peraduan bergemuruh hebat menandakan sebuah angkara murka telah berkumpul dari baliknya. Namun sang putri tak merasa terganggu sedikit pun.

Sedikit meregangkan tubuhnya, ia kembali terlena akan alam bawah sadar yang mengajaknya berkeliling menikmati indahnya sebuah kerajaan yang menempatkannya sebagai ratu.

Sungguh bahagia hidupnya.

Berjalan perlahan menuju singgasana, dirinya tersenyum menatap sang raja yang menunggunya seraya tersenyum juga.

Senyuman itu membuatnya terbuai, melayang tak memedulikan daratan, dan tak memerhatikan kulit pisang yang entah bagaimana ada di depannya. Hingga...

Bruk!!!

"Aww!!!"

Gadis itu terbangun. Gedoran di pintu kamarnya yang terkunci sudah tak terdengar lagi. Dan saat menatap jam di dinding kamarnya, matanya langsung terbelalak. 06.30!

Mampus, dia belum shalat Subuh!

Bergerak cepat menuju kamar mandi untuk wudlu, kemudian gadis itu cepat-cepat menunaikan shalat. Alhamdulillah.

Haish, salahkan saja aplikasi oranyenya yang membuatnya begadang hingga telat bangun seperti ini! Kalo dia, sih, sudah berniat akan berjamaah di masjid tadinya, tapi malah digoda oleh aplikasi itu, baca aku, baca aku, jadi kalo telat begini salah siapa? Ya salah aplikasinya 'lah!

***

Gadis itu menjatuhkan tubuhnya di sofa ruang tamu rumahnya. Iya, maksudnya rumah orang tuanya, dia belum punya rumah sendiri, oke?

Huft, presentasi hari ini lumayan menguras tenaga dan pikirannya, ya meskipun dia hanya beban di kelompoknya, sih.

Maksudnya, tuh, kayak, dia capek bolak-balik rumah-kampus-rumah cuma buat jadi beban kelompok, gitu?

Hadeuh.

Dia kira, kuliah itu seru banget kayak di novel-novel gitu. Kalo habis kuliah lanjut nongkrong atau lanjut rapat atau paling nggak jalan buru-buru di lorong sambil bawa buku se-abrek terus tiba-tiba nabrak kating cakep terus, you know what I mean 'lah, ekhm.

Tapi boro-boro mau nongkrong kayak begitu, temen aja cuma se-uprit. Pada sibuk semua. Itu juga temen-temen dari SMA. Kalo temen waktu masuk kampus? Ada, satu doang. Yang lain cuma kenalan, soalnya nggak akrab.

Ngenes, ya?

Iya, dia tahu, tapi nggak usah diperjelas, dong!

Andai dia punya kesibukan yang bermanfaat. Pasti hidupnya nggak cuma sibuk untuk meratapi nasib doang.

"Udah pulang, Kak?"

"Udah dari tadi, sih. Mama udah pulang?" tanyanya balik pada sang mama yang kelihatannya sih juga baru pulang kerja.

Sang mama ikut-ikutan duduk di sofa. "Kalo Mama belum pulang, ngapain juga ada di sini."

Lah, yang pertama tanya kayak gitu siapa, tadi? Kalo dirinya belum pulang juga nggak mungkin ada di sini kalee.

Akhirnya gadis itu hanya mendengus menanggapi sang mama.

"Udah shalat?"

Gadis itu cengengesan mendengar pertanyaan mamanya. "Hehe. Belum."

"Ya Allah, nungguin apa, sih? Udah mau jam dua loh ini," ucap sang mama kesal. "Tadi Subuh shalatnya waktu Dhuha, sekarang? Mau sekalian Asar?!"

"Iya, iya, ini shalat." Gadis itu beranjak sebelum sang mama kembali berkhotbah. "Lagian tadi pagi Mama nggak bangunin, sih."

"Nggak bangunin katamu?! Itu aja ayamnya Papa di belakang rumah sampe ikut bangun gara-gara Mama gedor-gedor pintu kamarmu tapi kamu nggak bangun-bangun. Masih bisa gitu kamu bilang Mama nggak bangunin kamu, Nat?!"

Renata meringis mendengar omelan mamanya. Cuma satu tarikan napas, Coy! Kalo mau, bisa kali, ya, mamanya ini jadi rapper terkenal sekelas Eminem? Eum, atau Jay-Z gitu? Eh, tapi jangan sekelas Jay-Z 'lah, serem ih, komplotannya P. Diddy guys, amit-amit, iyuhh!

Duh, kok malah ngalor-ngidul, sih, pikirannya?

Dia kemudian cepat-cepat ke kamar untuk menunaikan shalat.

"Aamiin." Renata mengakhiri doanya. "Apa gue jualan kue aja, ya?" gumamnya sembari melipat mukena. Entah kenapa dirinya tiba-tiba terbayang strawberry shortcake dan lemon cake yang begitu lembut di dalam mulutnya saat sujud terakhir tadi.

Nggak khusyu', ya, shalatnya? Tuh, salahkan setan yang menggodanya dengan kelezatan kue! Kalo dirinya, sih, niatnya mau khusyu' tadi.

Renata berhenti dari aktivitasnya sejenak. "Eh, tapi siapa yang mau beli nanti?"

Ah, itu urusan belakangan.

Lagipula hasil tidak akan mengkhianati usaha 'kan? Parah, sih, kalo sampe 'si hasil' berkhianat, udah diperjuangin loh ini, masa kayak nggak ada harga dirinya banget 'si usaha' yang sudah berusaha.

Renata meletakkan mukena yang telah dilipat rapi ke dalam laci di bawah tempat tidur.

Setelah itu dirinya membuka handphone untuk mencari resep kue yang akan dia buat.

"Ini blueberry cheesecake kelihatannya enak juga." Jarinya bergerak menekan video how to make blueberry cheesecake. Sudah, tak perlu heran, namanya juga Renata, niatnya apa, yang terjadi juga apa. Eh?

"Blueberry harganya berapa, ya?" Tangannya beralih membuka Google untuk mencari tahu berapa harga buah beri berwana biru itu. "Lah, 200 rebu? Mahal amat. Ck, udah bagus tadi dapet hidayah bikin strawberry shortcake atau lemon cake yang lebih low-budget," gumamnya menyalahkan otaknya yang gampang goyah.

Akhirnya dirinya mencari resep lemon cake. Menonton video tutorial dan mencatatnya. Hm, gampang juga ternyata. Yakin, sih, kalo kue buatannya nanti akan enak. Batinnya bersorak bangga.

Ok, lemme see how this will go.

***

Huhu see you next chapt

Tbc.













Metamorfosis RenataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang