Pulang Sekolah # Di MasionDi kamar Leo
Di dalam kamar, seorang pemuda duduk termenung di tepi ranjang, pikirannya melayang jauh entah ke mana. Wajahnya tampak lelah, tapi tatapan matanya menyimpan tekad yang kuat
"Hah, seingat gue, nih figuran mati. Gak bakal gue biarin gue mati lagi," batin Rangga sambil menghela napas panjang.
"Bikin rencana bagus gak sih, tapi masalahnya gue gak tau ini figuran jarang nongol di novel... Ya, intinya diabaikan dan bakal jadi 'ubi'. Emang agak lain." Rangga geleng-geleng kepala sambil berpikir keras.
"Yah, coba cek barang-barang bocah ini, siapa tau nemu yang menarik," gumamnya sambil mulai menggeledah kamar.
Rangga mulai mencari-cari barang yang kira-kira bisa ngebantu. Walaupun fasilitas di mansion ini lengkap, menurut Rangga bukan itu yang penting. "Bukan soal barang yang mewah.melainkan Keluarga itu yang bikin kita kuat. Keluarga adalah tempat pulang dan sumber semangat, bukan malah bikin mental anak rusak," batinnya.
Lagi asyik mencari, matanya tertuju pada beberapa barang: ada HP, laptop, dan terakhir... sebuah buku diary yang terkunci?
#pin
Contoh gambarnya buku diary leo
"Semoga aja ada informasi bagus," ucap Rangga sambil tersenyum kecil.
Saat mau buka HP, "Untung gak dikunci," ucap Rangga dengan lega.
Dia langsung buka beberapa aplikasi, termasuk WhatsApp, dan menemukan nomor yang agak aneh. Salah satunya bikin dia penasaran banget.
(itu tiap malamye jam 12.00)
" wah, diancam cok! Serem, ih jadi atut aku !" Rangga setengah kaget fan bercanda sambil terus membuka kontak lainnya. Semakin dibuka, dia makin bingung dengan nama-nama di kontak itu.
"Siapa gak bingung coba? Ada empat nomor, nih! 'Daddy', 'Papi', 'Ayah', dan terakhir... 'Papah .'"
Rangga ketawa ngakak. "Fiks sih, bapaknya Leo banyak amat. Tapi gak papa, banyak bapak, banyak rezeki. Hahaha!"
Sebenarnya, Rangga salah paham, mengira itu bapak-bapak tiri nya Leo. Ya, Rangga emang CEO, tapi dulu dia dari keluarga pas-pasan, jadi proses hidup yang dilaluinya gak gampang.
Setelah puas ngutak-atik HP, dia beralih ke laptop. "Ah, nanti aja lah, mager buka. Kayaknya lebih seru buka yang lain," ucapnya malas-malasan.
Matanya kemudian kembali tertuju pada buku diary yang terkunci. "Nah, ini baru lebih menantang. Buka diary lebih seru," gumamnya sambil mencoba membuka kunci diary itu.
"Jancok, kenapa sih mesti ada kuncinya segala?" ucap Rangga sambil memegang buku itu erat-erat, mencoba menahan kesal.
"Tapi dipikir-pikir, ya wajar juga sih kalo ada kunci. Malu kali ya kalo ada yang baca diary lu. Hehe," Rangga tersenyum kecil, baru sadar dari emosinya. Maklum, jomblo ngenes kadang suka gitu.
---
"Halah, gak sadar diri lu, Thor!" Rangga tiba-tiba ngomong sendiri, sok meniru gaya superhero.
"Ya terserah gue lah, mau gue jadiin lu ubi apa," lanjutnya lagi sambil nyengir. (Padahal, itu cuma bayangan kocak Rangga doang).
"Lengah dikit diancam jadi ubi " ucap Rangga
---
Di Waktu yang Sama, Rangga Masih dengan Diary
Rangga terus mencoba membuka kunci diary. "Hmm... coba pake tanggal ulang tahun gue," pikirnya.
Dan...
.
.
tetap gak berhasil.
"Sabar, ini tantangan. Coba ulang tahun Leo aja, lah," batinnya menahan diri meski sabarnya tipis banget.
Akhirnya, buku diary itu kebuka juga. Tapi hal yang bikin Rangga merinding, di beberapa halamannya ada noda darah yang sudah kering.
"Akhirnya kebuka juga, nih buku sialan," Rangga merasa lega.
"Tapi baca isinya besok aja deh, udah mau makan malam juga," ucap Rangga sambil menutup diary itu.
Tanpa terasa, waktu berlalu cepat. Ya, kalo main HP emang selalu gitu, kan? Cepet banget berlalu, beda banget kalo lagi di sekolah. Lamaaaa bener rasanya, ampe bingung juga kenapa.
Rangga buru-buru merapikan barang-barang tadi dan menyembunyikannya di bawah kasur. Dia kemudian bersiap untuk mandi.
---
Di Wastafel Kamar Mandi
"Segarnya mandi," ucap Rangga sambil memandang wajahnya di cermin. Penampilannya kek anak bocil, padahal udah SMA.
Matanya atau bola matanya biru , rambut agak panjang tapi stylish, pipinya tembem kayak moci, dan tinggi badan di sekitar 150-160 cm.
(visual sementara itu yang diatas ☝️, gue hobi banget ubah ubah visual )
###Pin
Sebagai ilustrasi atau visual doang 😌
"Hah, ini Leo anak tiri ya? Kok gak kayak bapak sama abangnya yang tinggi kek tiang dan ganteng. Gue akuin itu," ucap Rangga, mulai mikir yang aneh-aneh lagi.Tok
tok
tok.
(benar gak sih suaranya kayak gini )
Terdengar suara ketukan di pintu.
"Den, waktu makan malam mau dimulai," ucap Bibi Susi dari balik pintu.
"Iya, Bi, bentar," balas Rangga.
Setelah mandi, Rangga menuju lemari pakaian, ganti baju, dan segera keluar kamar untuk menuju ruang makan, siap untuk makan malam.
"Halo para pembaca setia! Gimana nih, menurut kalian cerita ini? Kalau ada saran, kritik, atau ide yang bisa bikin cerita makin seru, jangan ragu buat kasih tahu, ya. Semua masukan dari kalian bakal bikin cerita ini lebih keren! 😉"
Setuju gk ganti cover
KAMU SEDANG MEMBACA
Bayang-Bayang Kehidupan ( Belum Revisi )
Подростковая литература**Spoiler: "Bayang-Bayang Kehidupan"** Rangga Putra Alamsyah, seorang CEO sukses, mengalami kematian tragis saat menyelamatkan seorang anak kecil. Namun, ia tidak mati seperti yang diharapkan. Sebaliknya, jiwanya terbangun dalam tubuh Elian, seorang...