Kasa 8

132 19 10
                                    

Arka bermuka masam, setelah puas menceramahi kasa dengan kesan marah emosi tapi tetap saja berdiam diri di kamar adiknya itu.

Kasa tidak bisa berkutik, kalau sudah arka mode maung gitu intinya kesalahan yang dilakukan tidak bisa lagi di tolerir.

"Bang..?" Tak ada sahutan, arka masih diam sibuk dengan handphonenya. "Bang..?"

"Apa?!"

"Jangan marah, kasa juga gak tau kalo bakalan jadi kayak gini"

"Alesan aja, kan udah gua bilangin. Gak usah makan disitu!"

"Kok, gitu?! Yang salah kan kasa, bukan tempatnya"

"Arkasaaaa...! Anak pak Arga. Itu tempat per-mie an. Dan Lo.. makan mie yang bikin Lo jadi kayak gini"

"Tapi kan gak pedess"

"Lo kira gua gak ada mata?"

"Cuma sedikit"

"Iya, dikit aja bikin Lo setengah mati kan tadi? Apa lagi kalo banyak? Hah?! Dan mie makanan yang emang gak harus Lo makan, ingat itu!"

Ya, sekarang Kasa ingat kenapa dirinya sampai sebegitu lemasnya tadi. Udah berasa ngambang aja itu nyawa.

Tapi Kasa tidak terima, biarpun salah tetap saja harus ada pembelaan.

"Sewot banget!"

"Ya karena gua peduli!"

"Yang peduli cuma Abang aja ya?"

Arka mendelik, mulai deh pertanyaan ngawur adiknya ini.

"Yang tadi bantuin Lo di kamar mandi siapa? Yang tadi nemenin Lo sampe ngorok siapa?"

"Mas Vian"

"Nah, itu Lo tau. Yang peduli sama Lo bukan cuma gua"

"Kalo peduli kenapa marah terus? Adiknya sakit malah dimarahin"

"Gua bukan marah, gua cuma ngingetin"

"Tapi pake emosi, sama aja"

"Dahlah, serah Lo aja, Dek!"


Cklek

Pintu kamar terbuka, disana terlihat Mira masuk dengan nampan berisi makanan. Sudah pasti untuk anak bungsunya, tidak. Maksudnya Kasa.

"Ka, sana makan dulu"

"Nanti ajalah, Ma. Arka nemenin adek makan dulu"

"Sekarang aja, mumpung papah sama mas Vian masih di ruang makan"

"Mama aja dulu, nanti arka nyusul"

"Mama udah makan, ayo sana. Kasa biar mama yang temenin" Arka melirik adiknya sekilas, raut manis dengan senyuman hangat membuatnya yakin bahwa kasa mengharapkan waktu berdua dengan mamanya itu. "Ayo, abis itu Langsung bersih-bersih aja, Ka. Istirahat"

"Yaudah, deh, Arka keluar dulu. Dek, gua makan dulu ya, makannya abisin jangan ngeyel" Pesan Arka sebelum pergi.

"Iyaiya, bawel banget"

Sepeninggal Arka yang sudah melenggang pergi tanpa jejak kini hanya ada Mira juga Kasa saja, keduanya sibuk dengan pemikirannya.

Mira menggeser beberapa barang yang ada disisi nakas untuk meletakan nampan yang dibawanya, sementara Kasa masih diam memperhatikan ibunya yang tengah fokus.

Kasa kalau dihadapan Mira layaknya anak kucing, kecil mungil tak bisa berkutik apapun. Jadi anak baik juga penurut. Itu di depan ibunya saja.

"Bisa makan sendiri kan?" Kasa menatap Mira sejenak, lalu mengangguk lesu. "Tidak usah manja, ini karena ulah sendiri" Mira memberikan mangkuk berisi bubur polosan itu di pangkuan Kasa.

KasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang