Kasa 4

147 23 3
                                    

Langit-langit kamar bernuansa putih lebih menarik untuk ditatap, kasa menikmati waktu malam dengan renungan kejadian beberapa waktu lalu.

Selang oksigen masih terpasang, cairan infus menetes perlahan. Tidak ada siapapun, ruangannya begitu sepi.

Acara makan malam keluarga ketika itu bisa Kasa pastikan kacau, semua terjadi tidak lain tidak bukan karena dirinya. Apa itu kesalahan kasa?

Yang kasa ingat setelah suapan pertamanya masih baik-baik saja, kasa menelan sempurna rasa manis udang itu dengan was-was. Namun tak bertahan lama, kegelisahan Kasa mulai bereaksi nyata.

Tenggorokannya terasa panas, sakit hingga membuatnya sulit mencari jalur napas yang semakin menyempit.



Setelah itu, Kasa tidak tahu.



"Mama pasti marah" Lirihan kalimat itu membuat pikirannya semakin bercabang.

Kasa tidak takut apapun, bahkan menantang maut hanya untuk tidak membuat Mira kecewa pun dia lakukan.

Kini semuanya menjadi kacau, Kasa merasa bingung untuk menyikapi semuanya.

"Cucu eyang sudah bangun?" Usapan Hanum pada pucuk kepala Kasa menarik perhatian. "Gimana? Udah baikan?"

"Eyang..?"

"Kenapa? Adek masih sakit?"

"Maaf, maaf membuat semuanya kacau"

"Sstt, kenapa harus minta maaf? Adek gak salah, harusnya kita yang minta maaf. Maafin eyang, ya? Eyang tidak memperhatikan makanan yang seharus tidak bisa adek makan"

"Mama?"

"Ada, mama dan semuanya menunggu diluar. Mereka sedang berbicara dengan eyang kakung"



~~~



"Mira, apa kamu tidak sadar apa yang baru saja terjadi?" Suara tegas sedingin es itu membuat semuanya terasa kaku, "Tidak hanya untuk kamu saja, tapi semuanya! Arga?!"

"Maaf, Pa. Mira salah, Mira mohon maaf"

"Kami salah, Pa. Arga akan lebih memperhatikan lagi anak-anak kedepannya"

"Ini urusan dapur. Mira, berhati-hatilah lain kali. Kamu hampir saja mencelakai anak mu sendiri"

Tidak ada sahutan, setelah mendengar itu Mira hanya menunduk patuh.

Tapi tidak dengan hatinya, satu yang Mira sangkal. "Kasa bukan anaknya"




°°°

Pagi ini hanya ada Arga juga Arka diruang rawat, selain dari itu semua pulang ke rumah karena permintaan Arga yang memaksa.

Masih dalam suasana hening, Kasa yang masih tertidur juga Arka yang masih setia memeluk hangat adiknya itu. Semalaman adik kakak itu tidak pernah jauh, yang pastinya Arka yang tidak ingin berjauhan.

"Abang.. lepas" Kasa bergumam serak, masih dalam posisi terlentang dipeluk  Arka dengan nyaman. "Aku mau pup!"

Masih tidak ada pergerakan, sepertinya Arka sedang simulasi mati.

"Abang! Aku gak kuat ini!" Kesal, ternyata sama saja. Arka masih tetep pelor.

"Kenapa, Dek?" Arga mendekati, anak bungsunya itu terlihat murung dipagi hari.

"Mau pup, abangnya gak bangun-bangun"


Puk

Puk

Puk





Tepukan dilengan kirinya Arga berikan.

"Bang, bangun udah siang ini. Adeknya mau ke air itu, lepas dulu"

KasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang