Ch. 6

95 22 5
                                    

Jantung Arion berdetak kencang, sial! Apa ini awal mula kenyataan dari mimpi buruknya itu?

Amit-amit, Ya Tuhan. Anaknya sebentar lagi akan launching ke dunia ini.

Arion tidak mengatakan apapun, ia hanya merasa apapun yang akan mulutnya katakan akan berbuah buruk bagi kehidupannya selanjutnya.

"Aku mau bilang makasi karna kamu udah nerima aku jadi bagian dari perusahaan kamu." Fara mendudukan diri di depan Arion, menatap pria itu dengan penuh senyum dan tangan yang saling bertaut di atas meja.

Menggeleng, Arion menyenderkan punggungnya pada kursi. Membuat jarak sejauh mungkin karena jujur, ia masih trauma dengan mimpi bajingan itu.

"Aku ngga ada andil dalam keterimanya kamu di perusahaan aku, semua proses yang dilakuin untuk seleksi itu dipegang sama staf HR. Jadi kalau kamu lolos, berarti menurut mereka kamu mampu."

Mengangguk paham, Fara menghela nafas pelan. "Ya aku tau. Dan untuk masalah waktu kita kuliah, itu-"

"Aku ngga tertarik, jujur aku udah ngga peduli. Itu udah bertahun-tahun lalu dan apapun alasan kamu, cukup kamu simpan buat diri kamu sendiri aja. Sekarang aku udah punya kehidupan aku sendiri bareng istri aku, dan akan ketambahan lagi sama anak kami nanti. Jadi, jangan diungkit lagi. Aku ngga mau istri aku salah paham." Berdiri dari duduknya, Arion berlalu meninggalkan Fara yang masih duduk terdiam tak ingin beranjak.

Lebih baik ia mendengar omelan Rumi.

"Tapi aku masih belum bisa lupain kamu."

"Itu urusan kamu, bukan aku."

**

"Sayang, mas pulang. Bawa ice cream nih. Bagi kiss dulu, nanti mas kasih." Menenteng satu kantong plastik di tangannya dan tersenyum lebar melihat Rumi yang sudah berdiri di belakang pintu.

"Adek aja ngga boleh makan es sama mami." Merengut menatap Arion, ia ingin, tapi tidak boleh, tapi ingin. Kenapa dunia jahat sekali kepada ibu hamil?

"Walaaah, rugi bandar saya." Gumam Arion. "Kenapa?" Tanya Arion penasaran. Tidak balik modal uang ice cream ini.

"Kata mami nanti bayinya beku." Dengan wajah tertetuk sedih, Rumi frustasi. Yang pasti Rumi sudah berniat untuk balas dendam saat ia melahirkan nanti. Akan ia makan semua yang menjadi pantangannya selama sembilan bulan ini.

"Ngada-ngada ih, ya kali mami bilang gitu." Seingat Arion, Edlyn tidak akan percaya pada hal-hal seperti itu, apa maminya sudah berubah haluan?

Menatap sengit Arion, Rumi mengerutkan dahinya. Tersinggung dia ini. "Mas ngga percaya sama adek?"

"Percayaaa."

"Ah ga mau lah. Adek ngambek. Ngga usah deket-deket, mas bau." Berbalik meninggalkan Arion, Rumi berjalan pelan menuju ruang keluarga, ingin menonton televisi aja Rumi. Sia-sia memang menunggu Arion pulang.

"Udah mandi parfum loh ini?"

"Kenapa mandi parfum? Wangi-wangi mau ketemu siapa? Mas selingkuh yaa? Mentang-mentang adek lagi ngembang kek adonan roti kebanyakan ragi gini mas nyari cewe lain?" Tuding Rumi. Sakit sekali hatinya, sudah susah-payah Rumi mempercayai bentuk tubuhnya yang membengkak seperti ikan buntal, dan Arion memilih untuk mencari wanita lain?

"Emang ya, semua cowo sama aja." Sinis Rumi.

Tertawa kencang, Arion tidak tahu harus merespon seperti apa. Memeluk Rumi dengan gemas dan menciumi seluruh sudut wajah cantik itu. "Gimana mau selingkuh? Bayi gede mas aja masih sering tantrum gini."

By My sideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang