Ch. 7

63 16 1
                                    

"Chi!" Melempari Echi dengan kulit kacang, Arion mulai tersenyum penuh makna.

Dengan pandangan was-was, Echi beringsut menjauh saat ia merasakan ada hawa-hawa tidak enak di sekitarnya."Ape, Pih?"

"Bini gua mau ketemu lu." Ujar Arion. Menunjukan ruang obrolannya bersama Rumi yang memang benar jika ibu hamil itu ingin bertemu dengannya.

"Ga mau gua." Tolak Echi mentah-mentah. Menggeleng ribut dan duduk semakin dekat dengan Exu. Dua anomali ungu yang kelakuannya sama saja.

"Lah? Biasanya lu yang demen banget mepetin Rumi, kenapa sekarang ogah?" Riji mencium ada bau-bau tidak sedap. Apa iya Arion benar-benar cemburu dan berpikir bahwa Echi benar-benar memutuskan untuk belok dan menyukai sesama wanita?

Lalu Krow? NT kah?

"Trauma gua." Sinis Echi.

"Kenapa dah?" Juna penasaran. Echi? Trauma? Memangnya bisa?

"Lu ngga inget rambut gua yang kuning stabilo itu? Sama rambut Exu yang ijo neon itu?" Dengan semangat empat puluh lima, Echi menunjuk semua orang yang ada di ruangan itu. Betapa tersiksanya Echi kala itu.

"Jangan bilang itu juga ngidamnya Rumi kemarin?" Riji mulai menebak-nebak. Sepertinya bukan hal yang mustahil juga.

"Iya, Anjing!"

__

"Bumiiil." Merentangkan tangannya dan langsung memeluk Rumi. Echi suka dengan bau bayi yang menempel pada tubuh Rumi. Ia jadi seperti mempunyai bayi juga.

"Tumbenan si bapak roblok baik." Echi curiga, entah kenapa perasaannya tiba-tiba menjadi tidak enak. Rasanya ada sesuatu yang mengganjal.

"Bini gua ngidam." Ujar Arion sekenanya. Jika bukan permintaan Rumi, mana sudi Arion membiarkan anomali itu mendekati istrinya

"Ngidam apa tuh? Aku kabulin nih semua yang bumil mau." Mengibaskan rambutnya, Echi sudah siap menjadi satu-satunya manusia yang bisa Rumi andalkan. Untuk saat ini derajat Echi sudah lebih tinggi dibanding Arion.

"Gapapa kah?" Rumi memastikan. Sedikit tidak enak hati pada Echi yang mana tahu keberatan.

"Gapapa dong, apa sih yang ngga buat kamu." Mengedipkan matanya, Echi langsung tertawa senang melihat wajah jijik Arion.

"Najis!"

"Janji?" Menyodorkan jari kelingkingnya, Rumi menatap Echi penuh harap.

"Janji!"

"Aku pengen liat Echi ganti warna rambut jadi kuning stabilo." Menunjukan layar ponselnya yang menampilkan rambut dengan model warna sesuai permintaan Rumi.

Melotot kaget, Echi tidak percaya. "Anjing. Spesifik banget nih kuning stabilo?"

"Lu udah janji, Chi. Pria sejati memegang teguh ucapannya." Tersenyum senang, Arion bersidekap dada seraya menatap Echi yang sudah terpuruk sedih.

"Gua bukan laki, ngga berguna kata-kata lu. Lagian gua ga bertitit, apa yang mau gua pegang." Sinis Echi. Bagaimana bisa ia rela rambut ungu cantiknya ini tergantikan dengan warna kuning tai itu?

"Minimal janji adalah hutang sih." Mengunyah buah melon dengan wajah menyebalkannya, Arion menatap sedih pada Rumi, "ngga mau dia, Dek."

"Rusak rambut gua." Keluh Echi. Perawatan rambutnya mahal ya, maaf-maaf saja.

"Lima juta?" Tawar Arion.

"Gas! Gua ke salon dulu."

Menarik tas selempang Echi, Arion menahan langkah penuh semangat anomali kesayangannya ini. "Eeh, barengan nih sama satu lagi."

By My sideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang