9

26 9 1
                                    

Selamat membaca ♡

.
.
.
.

Setiap waktu pasti memiliki kelebihan dan arti tersendiri bagi setiap orang. Begitu juga dengan suasana sepi dan hening di malam hari. Pekatnya suasana malam cukup membuat hati tenang bagi orang-orang yang lelah melalui hiruk pikuk di siang hari. Selain untuk beristirahat, ada juga yang akan memanfaatkan waktu tersebut untuk berpikir atau merenung.

Rasa haus di tengah malam tidak bisa dihindari, akibatnya kualitas tidur menjadi terganggu. Tangan mungil itu berusaha meraih gelas di nakas samping tempat tidurnya yang ternyata sudah kosong. Ia benar-benar lupa untuk mengisi ulang gelas itu. Masih dalam keadaan yang super mengantuk, berusaha untuk bangkit dari tempat tidur lalu beranjak menuju dapur yang ada dilantai bawah.

Tidak ada lagi suara bising dari kendaraan yang berlalu lalang. Yang terdengar hanyalah suara desir angin dan suara hewan-hewan kecil yang saling sahut untuk memecah keheningan malam. Rumah terasa sangat sepi dengan cahaya temaram dari sisa lampu yang dibiarkan hidup itu sangat nyaman bagi Felix, tidak menyakitkan mata.

Saat akan kembali ke kamar, ia mendengar suara samar dari arah pintu depan. Seperti ada yang menabrak pintunya dari luar. Ia pikir mungkin itu hewan, tapi jika dipikir-pikir hewan apa yang berkeliaran di komplek mewah seperti itu.

Karena memiliki rasa penasaran yang tinggi, diletakkannya kembali gelas berisi air ditangannya dimeja makan lalu membawa tungkainya ke arah monitor yang terhubung dengan kamera pada bel pintu rumahnya. Mata yang masih berat karena kantuk itu melebar ketika ia melihat sang kekasih berdiri di depan rumahnya, dengan keadaan yang telihat kacau.

"Hyunjin," panggilnya. Ia berlari kearah Hyunjin dan merengkuh tubuh besar itu.

"Fel.."

"ya ampun, apa yang terjadi? Ayo masuk." Felix mencium bau alkohol yang sangat menyengat di napas Hyunjin.

Felix mendudukkan Hyunjin disofa ruang tengah rumahnya, "kamu kenapa hm?"

"Tidak, aku tidak apa-apa."

"Tunggu sebentar, aku akan mengambil air putih."

Saat Felix akan beranjak dari sana. Secara tiba-tiba Hyunjin menarik tangannya dan berakhir terduduk di pangkuan sang kekasih. posisi Felix membelakangi Hyunjin. Dengan posesif tangan kekar itu melingkar dipinggangnya.

"Hyun.. biarkan aku ke dapur sebentar."

"Biarkan seperti ini, satu menit saja," Hyunjin mengeratkan pelukkannya, menyandarkan kepalanya di bahu sempit yang ada didepannya. Felix hanya bisa terdiam dan menuruti ucapan Hyunjin. Ada banyak pertanyaan dibenak Felix. Tidak biasanya Hyunjin seperti ini.

"Lee Felix.. Aku.. akan membahagiakanmu seumur hidupku dan aku juga akan bahagia seumur hidupku karena kamu, aku... mencintaimu Lee Felix." Suara sengau khas orang mabuk terdengar cukup jelas di telinga Felix.

"Hyun... hei... lepaskan dulu, kamu mabuk, kamu harus istirahat," Felix berusaha melepaskan tangan Hyunjin dari pinggangnya dan berhasil.

Dengan susah payah Felix membawa Hyunjin ke kamarnya. Ia tidak tega jika membiarkan Hyunjin tidur disofa. Ia baringkan tubuh besar itu di kasur miliknya. Dengan telaten Felix melepas kemeja Hyunjin yang sebelumnya terkena muntah. Menggantinya dengan baju kaos yang tidak pernah ia pakai sebelumnya karena kebesaran.

"Fel.." dengan sisa kesadaran, Hyunjin meraih tangan Felix yang sedang menbetulkan posisi selimut yang menutupi setengah tubuhnya.

"Hm?"

"Peluk aku."

"Iya iya sebentar, aku mau ke kamar mandi dulu."

Dirasa ada yang menaiki kasur, Hyunjin kembali membuka matanya. Dengan tidak sabar ia menarik Felix untuk masuk ke dalam pelukannya. Felix yang diperlakukan seperti itu hanya bisa menghela napas pelan. Saat bangun nanti ia akan menanyakan apa yang terjadi pada kekasihnya ini.

Taqdeer (Hyunlix)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang