7

69 12 6
                                    

Selamat membaca ♡

.
.
.
.

"H-hyunjin."

Siapa yang tidak terkejut, pagi-pagi seperti ini sudah ada yang bertandang ke rumah. Apalagi orang itu adalah orang yang ingin ia hindari sementara karena merasa gugup bila berdekatan.

"Selamat pagi," sapa Hyunjin dengan penuh semangat.

"Ada apa pagi-pagi sudah kesini?"

"Aku tidak boleh kesini?"

"Tidak bukan begitu. A-ayo masuk, diluar dingin." Ajak Felix.

Hyunjin pun ikut masuk kedalam mengikuti langkah Felix.

"Kamu belum sarapan kan? Duduklah aku akan membuatkan sarapan," ucap Felix yang tampak malu-malu menatap Hyunjin.

Hyunjin tersenyum melihat tingkah orang yang ia cintai ini, sangat lucu. Dia tau Felix masih gugup. Dan Hyunjin juga sadar, Felix tidak memanggilnya dengan sebutan 'kau' lagi, melainkan 'kamu'. Dengan konotasi yang lembut terasa lebih akrab dan lebih dekat dibanding sebelumnya, Mendengar itu saja sudah membuat Hyunjin bahagia.

"Kamu harus terbiasa, karena mulai sekarang aku mungkin setiap pagi akan datang kesini, anggap saja sebagai simulasi menjadi suami dan ayah yang baik untuk kamu dan Soobin." Ucap Hyunjin. Sangat berlebihan, "oh atau aku langsung saja menikahimu, bagaimana? Kamu mau?"

Felix yang tengah sibuk dengan adonan pancake didepannya menghentikan kegiatannya sejenak. Ia tidak menjawab apapun. Tapi tidak tau saja Hyunjin, Felix yang tengah membelakanginya kini sedang merona. Pipinya terasa sangat panas saat ini. Ia pikir wajahnya pasti akan sangat merah.

"kamu tidak mendengarkanku?" tanya Hyunjin memastikan.

"Aku dengar," jawab Felix singkat.

Hyunjin menghela napas pelan, ia tidak puas karena tidak mendapat jawaban apapun. Berdiri dari duduknya lalu menghampiri Felix.

Felix tersentak kaget merasakan sepasang tangan yang melingkar dipinggangnya. Ya, Hyunjin memeluknya dari belakang. Membuat Felix seakan lupa cara bernapas dan membeku ditempat. Walaupun begitu sejujurnya Felix merasa hangat dan nyaman dan merasa sangat dicintai oleh orang yang kini tengah memeluknya.

"Bernapas Felix." Suara rendah Hyunjin terdengar tepat disamping telinga kanannya membuat jantung Felix berdegup tak karuan.

"H-hyun..."

"Hm?"

"A-apa yang kamu lakukan?"

"Aku tidak boleh memelukmu?"

"B-boleh saja. Tapi aku sedang memasak." Jawab Felix.

"Aku hanya ingin memelukmu. Abaikan saja, kamu bisa melanjutkannya," jawab Hyunjin sembari menyandarkan kepalanya dibahu Felix. Karena terlalu dekat, deru napas Hyunjin terasa hangat menyapa lembut kulit leher Felix. Sukses menimbulkan gelenyar asing ditubuhnya.

"T-tapi aku sulit bergerak." Felix berusaha membalikkan tubuhnya, mencoba mendorong Hyunjin menjauh. Namun tenaganya kalah kuat. Ia menyesal, malah kini mereka saling berhadapan dengan jarak yang sangat dekat. Hyunjin mengunci tubuhnya agar tidak bisa kemana-mana. Posisi seperti ini sangat berbahaya bagi Felix, cukup membuat jantung terasa akan meledak.

Hyunjin memang sering menunjukkan tindakan yang sangat menyentuh hati Felix, sangat bertanggung jawab, peka dan perhatian yang membuat Felix mantap menerima perasaan Hyunjin. Namun, apa yang dilakukan pria jangkung itu saat ini benar-benar membuat Felix terkejut, sejak Hyunjin mengungkapkan perasaannya, Hyunjin semakin menempel padanya.

Taqdeer (Hyunlix)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang