14. kembali

205 49 40
                                    

Freya sudah sadar, dan sekarang ia tengah menatap lurus kedepan. Tatapannya sangat kosong, fiony dan yang lainnya tentu saja panik melihat freya yang tidak mengeluarkan sepatah kata pun.

"Racun itu ga bikin freya bisukan del?" Tanya marsha sembari melihat ke arah adel yang tengah sibuk mengecek tubuh freya.

"Harusnya sih engga." Jawab adel.

"Frey, ngomong dong anjay. Jangan bikin panik gini." Adel memukul-mukul kecil pipi freya.

Pukk!!!

Punggung tangan adel mendapatkan pukulan dari fiony.

"Kenapa gue ada disini?" Walaupun pelan tapi mereka semua yang berada di dalam kamar itu tentu saja mendengar dengan jelas ucapan freya.

"Sayang...." Fiony tidak dapat menahan air matanya, tangannya sudah terangkat untuk mengelus dahi freya.

"Dek, kamu ga sendirian. Jangan ngomong kaya begitu." Sahutan indira ini mendapatkan anggukkan kepala dari adel dan marsha.

Freya memejamkan matanya, air matanya mengalir. Tidak sanggup menyaksikan fiony yang menangis tepat di hadapannya.

"Dengan kalian bawa gue pergi dari flora malah semakin bikin flora nekat." Lanjut freya di sela ringsannya.

"Stop banget ya, jangan bahas flora terus. Kamu masih sakit frey, fokus untuk sembuh dan kita sama-sama hadapi tu anak kecil." Marsha kesal sekali sekarang.

"Kamu nanya kenapa kamu disini? Emangnya kamu mau terus sama flora? Mau jauh terus dari cepio? Mau kamu gaada nanti waktu cepio lahiran? Kamu apa gamau temenin masa-masa cepio hamil gini?" Marsha tidak bisa menutupi rasa kesalnya lagi.

"Bukannya ini rencana kalian?" Ucapan freya ini membuat marsha tidak bisa melanjutkan argumennya lagi.

Freya memalingkan wajahnya, menatap wajah fiony yang masih berair.

"Jangan nangis sayang...." Walaupun terasa nyeri tapi freya tetap mengangkat tangannya untuk menghapus air mata fiony.

Fiony memegang lengan kanan freya, menatap pergelangan tangan freya yang terluka. Kembali menangis seraya mengecup punggung tangan kanan freya.

"Tapi bukannya rencana kita lebih baik ketimbang kamu yang pasrah untuk benerran ceraiin cepio? Kalo cinta itu ya kamu perjuangin cepio sampe akhir, bukannya malah bodoh dan nurutin kemauannya si flora itu." - Marsha.

"Harusnya kamu ambil contoh nyata kaya flora itu, dia demi dapet cinta dari kamu rela ngelakuin hal-hal jahat. Ga mikirin resikonya gimana, harusnya kamu kaya gitu juga." - Marsha.

"Sha, udah...." Adel mengelus bahu marsha, berharap emosi marsha akan mereda.

"Kamu tu---" Marsha menunjuk freya, menggeram kesal setelah itu memilih untuk pergi dari kamar itu.

Adel yang melihat itu langsung menyusul marsha.

Indira bangkit dari duduknya, dan sekarang sudah berdiri di samping freya.

"Dek, aku tau ini ga mudah untuk kamu. Tapi dengan kamu yang ambil tindakan untuk balik lagi ke flora yang ada malah bikin tambah runyam, harusnya kamu bilang makasih sama marsha adel karena selama kamu pergi emang mereka yang selalu ada untuk istri kamu." Tangan indira terangkat untuk mengelus dahi freya.

Mata freya sudah memerah, ia mengulum bibir bawahnya mencoba untuk menahan air matanya.

"Mereka berdua selalu puter otak untuk bantu kamu, apa sih yang mereka dapet? Coba deh kamu pikir, bisa aja loh mereka bodo amat dan biarin kamu hadapin masalah ini sendiri, biarin cepio sendiri disini. Ini sebenar bukan tanggung jawab mereka, tapi mereka ikhlas lakuinnya karena sayang sama kamu, sama cepio." Ucap indira lagi.

02. MNKH ; a sequel of pcrn [ frefio ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang